Kamis, 27 Desember 2012

Gelombang Dingin, Ratusan Orang Tewas


Gelombang Dingin,  Ratusan Orang Tewas

 
Kapal pemecah es membelah lapisan es di Sungai Moskwa untuk melancarkan pelayaran di sungai tersebut, yang melintas di tengah-tengah kota Moskwa, 22 Desember lalu. Gelombang dingin pada pekan ini melanda ibu kota Rusia. Temperatur di kota Moskwa hari itu mencapai minus 16 derajat celsius.


MOSKWA.Gelombang udara dingin di Rusia menyebabkan 123 orang tewas dalam 10 hari terakhir, menurut seorang pejabat, Selasa (25/12). Sementara Amerika Serikat dilanda badai yang membawa korban tiga orang tewas pada hari Natal.

Suhu udara anjlok mencapai minus 30 derajat celsius di kawasan Moskwa dan minus 60 derajat celsius di Siberia timur. ”Sejak gelombang dingin melanda, 123 orang tewas karena kedinginan hingga terkena radang beku (frostbite),” kata sebuah sumber kedokteran yang dikutip kantor berita Interfax.

Sedikitnya 833 orang lainnya harus dirawat di rumah sakit karena hipotermia dan radang beku, termasuk 123 orang dalam 24 jam terakhir. Sumber itu menambahkan, dari jumlah tersebut terdapat 14 anak-anak.

Televisi Pemerintah Rusia hari Selasa menampilkan laporan yang berfokus pada Desa Khovu Aksy di Tyva, salah satu kawasan termiskin Rusia di Siberia selatan. Kawasan yang dihuni sekitar 4.000 warga itu dinyatakan dalam keadaan darurat setelah pembangkit listrik setempat tak berfungsi, sementara suhu mencapai minus 40 derajat celsius.

Upaya reparasi pembangkit terhambat oleh kondisi cuaca. Akibatnya, sebagian warga ditampung di sekolah yang memiliki sistem pemanas darurat. Sebagian warga lain, termasuk anak- anak, dibawa dengan helikopter ke Kyzyl, pusat kawasan itu. Saat ini suhu sekitar 12 derajat celsius di bawah suhu normal musiman di Rusia. Cuaca terdingin biasanya baru datang pada Januari dan Februari.

Badan cuaca Rusia memprakirakan, turunnya suhu secara drastis di Rusia bagian Eropa pada hari-hari mendatang, di bawah 0 derajat Celsius, diperkirakan akan terjadi di Moskwa. Kementerian Keadaan Darurat memperingatkan bahwa penurunan suhu itu akan disertai dengan angin kencang dan hujan yang membekukan. Keadaan itu kemungkinan besar akan merusak komunikasi dan memperlambat lalu lintas.

Di negara tetangga Rusia, Ukraina, pekan lalu, cuaca dingin menelan korban 83 jiwa. Sementara di Polandia 57 orang tewas karena cuaca dingin bulan ini. Terakhir Eropa dilanda gelombang dingin parah adalah pada musim dingin 2009-2010. Menurut Regis Crepet, ahli meteorologi pada Meteo-Consult, ini mungkin gelombang dingin paling parah dalam 70 tahun terakhir.

Menghangat

Saat negara-negara Eropa timur kedinginan, Inggris menghadapi banjir setelah hujan lebat, sedangkan warga dan turis di Perancis selatan dan Italia justru mendapat cuaca hangat.

Suhu udara sehari sebelum Natal naik menjadi 24,3 derajat celsius di Biarritz di pesisir Atlantik, Perancis, hampir 12 derajat lebih hangat dibandingkan suhu rata-rata musim dingin. Ini mendekati rekor tahun 1983, yakni 24,4 derajat celsius.

Di Catania, pesisir Sisilia, Italia, suhu pada hari Natal naik sampai 22 derajat celsius di beberapa tempat. Di Austria, desa kecil Brand pada ketinggian lebih dari 1.000 meter di atas permukaan laut, pada 24 Desember mencapai suhu 24,4 derajat celsius, yang merupakan rekor tertinggi.

Tim Palmer, Guru Besar Fisika Iklim Universitas Oxford, mengatakan, cuaca ekstrem ini terjadi karena ada aliran jet stream belahan bumi utara, sebuah pita udara yang bergerak cepat mengitari bumi tinggi di atmosfer. Pita jet stream yang bergelombang ini menarik udara dingin dari kawasan kutub di utara ke Rusia serta membawa udara panas naik dari Perancis selatan dan sekitarnya.

Di benua lain, badai musim dingin menyapu AS bagian selatan, Selasa, menimbulkan angin topan di beberapa negara bagian dan menyebabkan sedikitnya tiga orang tewas. Beberapa penerbangan ditunda dan dibatalkan sehari setelah tornado musim dingin merusak sejumlah rumah di Louisiana dan Alabama.

Di India utara, gelombang dingin yang menyapu menewaskan 25 orang, terutama para tuna wisma dan warga lanjut usia, di Uttar Pradesh, Rajasthan, dan Punjab. (AFP/AP/Reuters/DI




sumber

0 komentar:

Posting Komentar

Form Kritik & Saran

Nama

Email *

Pesan *