Rabu, 19 Desember 2012

Indonesia, 10 Besar Negara Pengakses Situs Porno


Indonesia, 10 Besar Negara Pengakses Situs Porno

Jakarta, Kompas - Ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak Arist Merdeka Sirait, Kamis (15/3), menegaskan, Indonesia adalah negara pembuat dan pengguna situs porno terbesar ketiga di dunia setelah China dan Turki.
”Data Google ini berdasarkan jumlah orang yang mengakses situs porno, termasuk membuka, mengunggah, dan mengunduh tulisan, foto, atau video porno,” kata Arist.
Kedudukan Indonesia sebagai pembuat dan pengguna situs porno terbesar ketiga ini telah berlangsung selama beberapa tahun terakhir. ”Masyarakat kita, termasuk anak-anak, menjadi terbiasa dengan hal-hal berbau pornografi dan pornoaksi karena upaya pencegahannya selama ini salah,” kata Arist.
Oleh sebab itu, membentuk gugus tugas antipornografi atau merazia warung internet (warnet) merupakan program sesaat yang justru akan menimbulkan masalah baru. Ketika ada kasus video porno pasangan artis muda beberapa tahun lalu, warnet dan telepon seluler siswa di banyak kota dirazia. Akibatnya, kabar soal video itu makin santer dan anak muda sampai orang tua mencarinya karena ingin tahu.
Arist juga menyayangkan, pendekatan pencegahan pornografi dan pornoaksi lebih dibenturkan pada nilai-nilai agama semata. Semua agama sepakat bahwa tontonan itu dosa. Namun, yang mungkin lebih bisa masuk ke logika anak-anak adalah hal yang dapat langsung berimbas kepada mereka, seperti dampak terhadap kesehatan reproduksi dan kesehatan psikologi.
Apabila ini dapat diterjemahkan ke dalam bahasa sederhana dan dikampanyekan efektif hingga ke anak-anak sekolah dasar, antisipasi penyebaran pornografi bisa lebih efektif. Internet, kata Arist, juga bukan sekadar situs porno. Ada banyak kegiatan positif yang bisa dilakukan dengan bentuk kecanggihan teknologi itu untuk membantu proses belajar-mengajar serta mendapat kesenangan/relaksasi.
Komisi Nasional Perlindungan Anak juga setuju jika ada sanksi berat bagi warnet yang memperbolehkan anak di bawah umur mengakses situs porno.
Terus naik peringkat
Seiring dengan pesatnya jumlah pengguna internet, Indonesia menjadi pasar potensial pornografi dunia. Negeri ini tidak hanya berperan sebagai pengakses, tetapi juga penyedia pornografi dalam rangkaian bisnis dunia.
Sejak tahun 2005, Indonesia masuk dalam 10 negara yang paling banyak mengakses situs porno. Pada tahun 2005, Indonesia berada di posisi ke-7, tahun 2007 di posisi ke-5, dan tahun 2009 berada di posisi ke-3. Peringkat Indonesia cenderung meningkat seiring dengan pesatnya pengguna internet yang mencapai 55,2 juta orang (data 2011).
”Apakah kita rela jika tahun ini peringkat Indonesia naik menjadi yang pertama? Ini bukan perkara mudah. Kami tidak dapat bekerja sendiri, kami perlu mitra kerja,” kata Freddy Tulung, Direktur Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik Kementerian Komunikasi dan Informatika, Kamis, dalam seminar bertajuk ”Online Child Pornography” di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia (UI), Depok, Jawa Barat.
Freddy memaparkan fakta bahwa jumlah pengguna internet sampai tahun 2011 meningkat lebih dari 1.000 persen dibandingkan dengan data tahun 1988 sebanyak 500.000 orang. Sementara 40 persen pengguna internet saat ini berusia 15-24 tahun. Sebanyak 94 persen di antaranya menggunakan media sosial.
Menurut dia, pengguna internet di Indonesia sedang mengalami masa kebanjiran informasi dari banyak sumber. Pada saat yang sama, tidak semua pengguna internet mengetahui informasi tersebut baik atau buruk.
Meski sudah memblokir ribuan situs porno, pornografi masih saja dapat dinikmati penggunanya. Hal ini terjadi karena tampilan situs porno mengalami perubahan. Jika sebelumnya situs porno muncul dengan kata kunci yang berbau porno, kini situs tersebut muncul dengan kata-kata yang jauh dari pengertian porno.
Dia menyampaikan, ada sepuluh kata kunci yang paling sering dipakai untuk mengakses situs porno di Indonesia. Sepuluh kata populer ini sesuai dengan data yang tampil di mesin pencari Google tahun 2012.
Bisnis dunia
Pornografi kini menjadi bisnis dunia yang menguntungkan secara ekonomi, tetapi minim risiko. Guru Besar Kriminologi UI Adrianus Meliala mengatakan, nilai bisnis ini paling tidak mencapai 4.000 miliar dollar AS per tahun. Jumlah ini melebihi nilai bisnis narkoba dan senjata.
Suburnya potensi bisnis pornografi dipicu oleh pengguna internet pemula. Mereka lebih banyak ingin mencari tahu situs-situs yang mengundang rasa ingin tahu. Selanjutnya, ada yang ketagihan dan ada yang sesekali saja melihat situs tersebut.
Adrianus menambahkan, tahun 2008, jumlah anak yang tertayang sebagai subyek dan obyek situs porno sebanyak 4.000 orang. Namun, tahun 2011, jumlahnya meningkat empat kali lipat menjadi 16.000 orang. Dia mengingatkan, dampak bisnis ini dapat menghancurkan masa depan bangsa. Jika sejak awal moral anak-anak sudah rusak, selanjutnya mereka akan menjadi beban hidup masyarakat. (nel/NDY)



kompas.com

1 komentar:

  • ricus says:
    22 Februari 2013 pukul 00.00

    suka nga suka, dong nga dong, Khilafah solusinya.

Posting Komentar

Form Kritik & Saran

Nama

Email *

Pesan *