Minggu, 23 Desember 2012

Maya, Bangsa yang Tak Pernah Meramalkan Akhir Zaman



Bangsa Maya kuno pendukung salah satu peradaban terpenting Mesoamerika—terkenal karena membangun candi agung serta mengembangkan matematika dan astronomi. Mereka juga terkenal karena membuat sistem kalender. Namun, mereka tak pernah meramalkan hari Jumat (21/12) ini sebagai hari akhir zaman.

”Mereka tak pernah mengatakan itu,” kata Walter RT Witschey, peneliti Maya dan guru besar antropologi di Universitas Longwood, Virginia, AS.

”Sebagian sejarah Mesoamerika dan artefak di kawasan itu berbicara mengenai dunia baru dan zaman baru, tetapi orang- orang yang mengukir semua inskripsi (arkeologis) ini tidak meramalkan akhir dunia sama sekali. Sebaliknya, kalender mereka terus berjalan melewati tanggal ini,” katanya.

Hal ini juga dikatakan para pakar Maya atau Mayanis lainnya.

Sistem kalender Maya kuno dikembangkan 1.200 tahun lalu. Mereka membuat tak hanya satu, tetapi serangkaian kalender untuk membantu menghitung lewatnya waktu.

Ada Tzolk’in yang mengukur siklus 260 hari, Haab yang mengukur siklus 365 hari, dan Kalender Hitungan Panjang yang mengukur siklus 400 tahun atau Bak’tun. Jumat ini adalah akhir Bak’tun ke-13.

Profesor David Stuart dari University of Texas di Austin menegaskan, ukiran di candi- candi Maya tak menyebut ramalan akhir zaman. Catatan kuno itu malah berbicara mengenai tanggal di masa depan, jauh melewati tahun 2012. Seperti ukiran di candi di Palenque, Meksiko, berbicara mengenai peristiwa yang akan terjadi tahun 4772.

Dari mana gagasan akhir zaman 21 Desember 2012? Pada tahun 1966, peneliti Maya, Michael Coe, menulis buku yang menyebutkan ada petunjuk akan ada kiamat pada hari akhir kalender Maya itu.

Gagasan ini dikembangkan para pengarang New Age pada tahun 1970-an, dan makin lama makin menyebar.

Di tengah kehebohan di seluruh dunia saat ini untuk mempersiapkan akhir zaman itu, kelompok etnis Maya, yang merupakan keturunan bangsa Maya kuno, memilih bersikap tenang dan sabar.

Hidup sederhana

Di jantung Semenanjung Yucatan, Meksiko, kaum Maya melanjutkan hidup mereka yang sederhana. ”Kami tidak tahu apakah dunia akan berakhir,” kata Liborio Yeh Kinil, pemilik warung kelontong di pojok alun- alun kota Uh-May, Negara Bagian Quintana Roo. ”Kenapa panik? Kalau sesuatu akan terjadi, itu akan terjadi.”

Peradaban Maya bermula pada akhir abad ke-4 sebelum Masehi dan mencapai puncaknya tahun 250 M-900 M saat mereka menguasai kawasan yang kini berada di Meksiko selatan, Guatemala, Honduras, dan Belize.

Kini, etnis Maya diperkirakan berjumlah 7 juta orang, tersebar di Meksiko, Guatemala, dan sejumlah bagian Amerika Tengah.

”Ini psikosis,” kata psikolog Vera Rodriguez (29), warga Meksiko keturunan Maya yang tinggal di Izamal, Negara Bagian Yucatan, dekat situs purbakala Chichen Itza.

”Saya rasa ini buruk untuk masyarakat kami dan budaya kami,” ujar Rodriguez mengomentari kehebohan sebagian orang menyambut ”hari kiamat”.

Hari-hari ini orang berduyun- duyun mendatangi situs arkeologi Maya di Meksiko selatan dan Amerika Tengah, menanti akhir zaman.

”Kami tak percaya itu,” kata Socorro Poot (41), ibu tiga anak di Holca, desa yang terletak sekitar 40 kilometer dari Chichen Itza. ”Tak ada yang tahu hari dan jam terjadinya kiamat. Hanya Tuhan yang tahu.” (AP/Reuters/AFP/DI)

0 komentar:

Posting Komentar

Form Kritik & Saran

Nama

Email *

Pesan *