Senin, 10 Juni 2013

Vietnam membangun enam pesawat tak berawak


Pesawat udara tak berawak: Dua orang ahli teknik merangkai pesawat tak berawak di Pabrik Perbaikan Pesawat Udara di Minsk, Belarusia. Vietnam sedang membangun pesawat tak berawak milik sendiri dan belum lama ini mengumumkan rencana untuk membeli pesawat tambahan dari Belarusia. [AFP]
Pesawat udara tak berawak: Dua orang ahli teknik merangkai pesawat tak berawak di Pabrik Perbaikan Pesawat Udara di Minsk, Belarusia. Vietnam sedang membangun pesawat tak berawak milik sendiri dan belum lama ini mengumumkan rencana untuk membeli pesawat tambahan dari Belarusia. [AFP]


HANOI - Vietnam berhasil melakukan uji penerbangan enam pesawat udara tak berawak (UAV) yang dimanufaktur secara lokal. Dibangun oleh Vietnam Academy of Science and Technology [VAST], keenam pesawat tak berawak tersebut berhasil melakukan 37 kali penerbangan di provinsi tengah Lam Dong, menurut laporan media negara.
VAST telah mengumumkan sebelumnya pada bulan Mei bahwa akademi ini telah berhasil menguji tiga purwarupa UAV, yang "pertama dari pesawat sejenisnya" di Vietnam, di Pangkalan Udara Hoa Lac di Hanoi.


Seiring dengan memiliki sendiri pesawat tak berawak, Vietnam pun berencana membeli UAV dari Belarusia.
Setelah mengumumkan keberhasilan uji terbang terakhir, keenam pesawat UAV buatan dalam negeri telah diberikan lampu hijau untuk tujuan penggunaan oleh warga sipil maupun militer.

Pengumuman ini merupakan upaya terbaru Vietnam untuk melindungi negara terhadap pengerahan tekanan kekuatan militer atau non-militer, juga dikenal sebagai kekuatan lunak, untuk mengerahkan tekanan.
Vietnam mendirikan UAV berdasarkan program yang disebut “Penelitian dan pembuatan pesawat udara tak berawak untuk tujuan riset ilmiah," suatu riset yang dimulai tahun 2008, kata direktur proyek, Pham Ngoc Lang.

UAV dirancang untuk terbang menurut peta digital yang sudah ditetapkan sebelumnya, diperlengkapi dengan kamera resolusi tinggi yang dapat merekam gambar di siang dan malam hari, spektrometer dan perangkat lainnya. Pesawat udara tersebut akan “digunakan untuk pengawasan sumber daya alam lingkungan di wilayah yang sulit didekati; pengamatan, komunikasi dan penyelamatan tepi laut; eksplorasi sumber daya alam, mengendalikan kebakaran hutan, dan untuk memantau situasi sistem kelistrikan dan transportasi nasional," demikian menurut situs web VAST.

Dari keenam pesawat tak berawak ini, yang terkecil hanya seberat 4 kilogram dan “dapat terbang pada kecepatan 70 kilometer per jam dalam radius 2 kilometer pada ketinggian maksimum 200 meter,” sementara pesawat terbesar, beratnya 170 kilogram, “dapat terbang lurus selama enam jam pada kecepatan 180 kilometer per jam pada ketinggian 3.000 meter,” menurut situs web VAST.
Tergantung pada modelnya, pesawat tak berawak ini dapat tinggal landas dari landasan pacu, dari atas mobil, bahkan dari tangan manusia, kata Lang seraya menambahkan bahwa jangkauan penerbangan dari sebagian UAV dapat diperpanjang dengan bantuan satelit pemandu atau stasiun kendali bumi.

Vietnam dapat melakukan semua tahap manufaktur
Lang mengatakan bahwa aspek paling signifikan atas keberhasilan pengujian UAV yaitu, Vietnam akan mampu menguasai teknologi yang diperlukan untuk membangun pesawat udara semacam itu.
“Sekarang, Vietnam dapat melaksanakan semua tahapan proses manufaktur UAV, dari riset hingga produk jadi," kata Lang.
Tetapi, Vietnam tidak dapat memanufaktur dua bagian: mesin dan baling-baling, yang diimpor dari Perancis dan Jepang, katanya.

“Mulai sekarang, Vietnam siap memanufaktur pesawat terbang tak berawak secara massal,” kata Lang kepada Tuoi Tre News.
Setelah uji-terbang, Lang memuji para ilmuwan dan insinyur Vietnam yang bekerja pada proyek tersebut, dan mengatakan bahwa mereka adalah para pemimpin di Vietnam yang berhasil melakukan riset dan memanufaktur UAV.

Tetapi, Kol. Vu Hong Quang, presiden Vietnam Aeronautics and Space Administration [VASA], membantah pernyataan Lang. Nguyen Duc Cuong mengatakan kepada Tuoi Tre News bahwa Institute for Air Defense Technology telah menciptakan UAV Vietnam pertama sembilan tahun yang silam.
Lang mencermati bahwa ada sejumlah faktor yang menonjol antara UAV baru dan “sasaran terbang” yang dimanufaktur pada tahun 2004, tetapi dia tidak menjelaskannya lebih lanjut.

Vietnam ingin membeli UAV dari Belarusia
Setelah pertemuan antara Perdana Menteri Vietnam, Nguyen Tan Dung dan mitranya dari Belarusia Mikhail Myasnikovich di Minsk, tanggal 16 Mei lalu, kedua negara itu mengumumkan bahwa Belarusia akan mengirimkan UAV ke Vietnam tanpa mengungkapkan jumlah maupun purwarupa UAV mana yang dibeli.
Rusia telah berjanji untuk menjalin kemitraan militer dengan Vietnam sebagai “salah satu prioritas” kebijakan luar negeri Rusia. Kemitraan pun telah berkembang sejak janji Rusia untuk memperbarui kerja sama militer secara aktif antara Moskow dan Hanoi dalam waktu dekat.

Belarusia tampak seiring-sejalan dengan negara tetangganya.
“Kami menaruh harapan besar atas kerja sama ilmiah dan teknik ini. Yang saya maksudkan adalah sistem keudaraan, kontrak yang akan kami tandatangani dalam rangka kerja kunjungan Anda," kata Myasnikovich.
Komite Industri Militer Negara Belarusia, juga mengusulkan pengaturan usaha patungan dengan Vietnam untuk memproduksi senjata dan perlengkapan militer.

“Belarusia mengusulkan kepada mitranya dari Vietnam untuk menjelaskan lebih lanjut bentuk baru kerja sama ini yang memungkinkan kita mengembangkan peluang bagi kedua pelah pihak dalam kerja sama militer,” demikian menurut berita yang dikeluarkan setelah pertemuan ke-13 panitia Belarusia-Vietnam tentang kerja sama industri militer.

“Khususnya, pendekatan kami adalah mengkaji kebutuhan untuk melanjutkan operasi ekspor-impor hingga berbagi teknologi dalam memproduksi produk berorientasi militer, menarik teknologi inovatif baru, dan menyiapkan usaha patungan untuk memproduksi senjata dan perlengkapan militer, juga untuk negara-negara ketiga.”

 apdf

0 komentar:

Posting Komentar

Form Kritik & Saran

Nama

Email *

Pesan *