Kamis, 24 April 2014

Su-35 Super Flanker Strong !


 
Sukhoi Su-35

Sukhoi Su-35

Assalamu alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh.
Salam sejahtera.

Beberapa minggu sampai sekarang JKGR tercinta menampilkan artikel-artikel terkait dengan Su-35, dan menimbulkan komentar pro dan kontra yang ramai secara sehat. Mengapa begitu? Tentu saja terkait antara lain dengan keputusan TNI AU dalam memilih Su-35 sebagai pilihan nomor 1 sebagai pengganti F-5, dan antisipasi ancaman kedaulatan udara kita jangka waktu 5 – 10 tahun ke depan.
Pertanyaannya, mengapa sebagai nomor 1 dipilih Su-35, dan bukan pespur lain seperti F-16 Fighting Falcon di atas blok 24 buatan Amerika Serikat, F-15 Strike Eagle buatan Amerika Serikat, atau SAAB Gripen buatan Swedia, maupun Eurofighter Typhoon buatan konsorsium Eropa, atau Rafale buatan Perancis. Meskipun tidak pernah dijelaskan secara gamblang, namun dapat diduga bahwa TNI AU tidak mau diembargo lagi, sudah berpengalaman dan nyaman lebih satu dekade mengoperasikan pesawat sejenis (Flanker), dan percaya/ yakin kepada kelebihan Su-35 di atas pespur-pespur lain tersebut. Soal harga itu adalah domain pemerintah, meskipun nyatanya harga Su-35 sangat bersaing.
Beberapa fitur-fitur kelebihan Su-35, yaitu antara lain :
o Pengembangan Su-35 dari Su-27M
o Airframe (Fuel fraction, combat persistence dll)
o Radar (avionik dan ECM)
o Kinematika (Thrust vectoring control 3D, wing loading, T/W ratio dll)
o Persenjataan
o Nilai strategis dan taktis,
Namun tidak semuanya dibahas karena akan memakan ruangan yang cukup besar. Supaya tidak ditegur oleh Bung Diego/ Bung NYD, maka rencananya Insha Allah akan ditulis dalam beberapa seri.
Beberapa singkatan kata
 
W/L : wing loading
T/W : thrust weight (ratio)
TVC : thrust vector control
3D : 3 dimensi
VLO : very low observables (siluman/ stealth)
MFD : multi function display
HUD : heads up display
HOTAS : hands on throtle and stick
SINS : strapdown inertial navigation system
SAR : synthetic aperture radar
JTIDS : joint tactical information distribution system
MIDS : multifunctional information distribution system

Pengembangan Su-35
 
Su-35 dikembangkan dari Su-27M, sebagai sebuah konsep upgrade komprehensif dari keluarga pesawat tempur Su-27/ Flanker, dan telah dimulai pada pertengahan dekade pertama abad baru. Jadi, apa yang baru dalam desain Su-35 itu ?.
Airframe : peningkatan airframe menampilkan lebih banyak paduan titanium, yang menghasilkan perpanjangan service life pesawat yang cukup besar hingga 6.000 jam atau 30 tahun beroperasi, dengan waktu sebelum rekondisi pertama dan antara overhaul tumbuh sampai 1.500 jam atau 10 tahun beroperasi.
Konfigurasi aerodinamis Su-35 adalah sama seperti yang Su-27, lihat Gambar 1 dan 2, ada perbedaan sedikit lebih besar di tinggi badan dan bentang sayap, dan juga karena dilengkapi dengan TVC 3D, kemungkinan posisi mesin lebih renggang serta di belakang sedikit menjorok ke luar untuk memaksimalkan efek TVC. Namun volume internal badan pesawat didesain ulang memungkinkan peningkatan kapasitas bahan bakar Su-35 lebih dari 20 persen menjadi 11.500 kg dibandingkan 9.400 kg kapasitas Su-27 . Selain itu, pesawat dapat membawa dua drop tank 1.800 liter masing-masing di bawah sayap. Dengan drop tank, total ukuran kapasitas bahan bakar menjadi 14.300 kg. Pesawat ini juga dilengkapi dengan sistem pengisian bahan bakar AAR.
Gambar 1 – 3 view line drawings Su-27

Gambar 1 – 3 view line drawings Su-27
Gambar 2 – 3 view drawings Su-35

Gambar 2 – 3 view drawings Su-35

Keluarga pesawat tempur Flanker dari semula tidak didesain sebagai pesawat VLO, namun berita beredar menyebutkan bahwa Su-35 akan dilengkapi dengan radar absorbent material untuk mewujudkan pemotongan/ reduksi X–band RCS dalam sektor ± 60°.
On board systems: berbeda dengan Su-30MKI, tidak akan memiliki canards tetapi akan menampilkan sebuah quadruplex, digital fly-by-wire control system KSU-35 dikembangkan oleh Avionika Moscow Research and Production Complex JSC (MNPK Avionika). Ciri khas dari Su-35 adalah on board systems baru yang utamanya adalah sistem informasi manajemen (IMS), yang mengintegrasikan informasi, fungsional, logis, dan subsistem perangkat lunak ke dalam sebuah kompleks tunggal yang menjamin interaksi antara pilot dan peralatan.
IMS termasuk dua pusat komputer digital, perangkat pembantu dan informasi serta sistem indikasi yang dibangun di atas konsep “all glass cockpit”, dengan dengan dua 230mm x 305mm LKM-35 liquid crystal display resolusi tinggi dengan panel kontrol multifungsi dan HUD display IKSh-1M dengan lebar bidang pandang (FOV) 20° x 30°.
Pilot memiliki dua VHF / UHF sistem komunikasi radio terenkripsi dan sistem data link militer yang jam resistant antara pesawat dalam satu skuadron dan antara pesawat dan ground control. Sistem navigasi didasarkan pada tampilan peta digital dengan sistem navigasi inersial strapdown (SINS) dan GPS. Pada saat yang sama, KSU-35 akan menangani fungsi keselamatan proaktif. On board systems dan persenjataan serta kontrol mesin di kokpit baru Su-35 dikendalikan oleh tombol multi-fungsi dan switch pada joystick kontrol pesawat. Sehingga konsep HOTAS direalisasikan dan kinerja penerbangan dan manuver tempur akan menjadi lebih maju karenanya.
Gambar 3 – Simulator Su-35 all glass cockpit dan joystick

Gambar 3 – Simulator Su-35 all glass cockpit dan joystick

Sistem ini menggantikan penanganan pekerjaan yang dulu dilakukan oleh beberapa sistem individu di Su-27, fly- by-wire system, sistem kontrol otomatis, peringatan stall dan data udara, pengereman roda landing gear dan sistem kontrol nosewheel .
Kokpit dilengkapi juga dengan sebuah kursi lontar Zvesda K-36D-3.5E zero-zero ejection seat yang memungkinkan pilot untuk eject pada zero speed dan pada zero altitude.
Engines : fitur kunci lain membedakan Su-35 dari pendahulunya keluarga Su -27 adalah mesin pendorong yang sangat ditingkatkan dikembangkan oleh NPO Saturnus dan dijuluki ‘Produk 117S’.
Sejauh desain mesin yang bersangkutan, ini adalah turunan dari produksi sebelumnya AL-31F, menggunakan teknologi generasi kelima, kipas dengan diameter 3 % lebih besar ( 932 mm dari 905 mm ), kemajuan metalurgi dan sistem kontrol all-new digital.
Ketentuan telah dibuat untuk menggunakan nozzle TVC 3D mirip dengan AL- 31FP . Upgrade telah menghasilkan tambahan gaya dorong sebesar 16% menjadi 14.500 kgf dalam moda afterburner/ wet dan sebesar 8.800 kgf dalam maksimal moda non– afterburning/ dry . Dibandingkan dengan AL – 31F , service life mesin baru melonjak dengan faktor 2-2,7 kali, dengan waktu antara overhaul meningkat dari 500 jam ke 1.000 jam, waktu sebelum perbaikan pertama di 1.500 jam dan umur mesin melonjak dari 1.500 jam ke 4.000 jam.
Gambar 4 – Mesin 117S (AL-41F1) mesin generasi 5 dengan TVC 3D

Gambar 4 – Mesin 117S (AL-41F1) mesin generasi 5 dengan TVC 3D


X-band Radar: Su-35 telah dilengkapi dengan X-band radar PESA ‘Irbis’ E, yang merupakan komponen penting dari sistem fire control pesawat, merupakan pengembangan dari NIIP PESA ‘Bars’ radar, yang mempunyai sudut pindai lebih besar dan dipasang ke sebuah two-axis (azimuth and bank) hydraulic drive. Radar ini mampu mendeteksi sasaran udara RCS 3 meter persegi head-on pada jarak 400 km (250 mil), sementara overtaking pada jarak tidak kurang dari 150 km (dengan tinggi sasaran 10 km atau lebih).
Sasaran “siluman” RCS 0.01 meter persegi dapat dideteksi pada jarak 90 km. Dan dapat melacak (track & scan) 30 sasaran udara dan mengunci serta menembak delapan di antaranya pada waktu yang sama, memastikan penembakan simultan dari dua sasaran dengan dua rudal pemindai semi- aktif dan hingga delapan sasaran dengan delapan rudal pemindai aktif, dalam kasus seperti empat sasaran pada jarak lebih dari 300 km. Radar juga dapat memetakan sasaran di tanah dengan menggunakan berbagai moda, termasuk moda SAR.
 Gambar 5 – Radar Irbis E (kanan) dengan dudukan two-axis (azimuth and bank) hydraulic drive (kiri)

Gambar 5a – Radar Irbis E

 Gambar 5 – Radar Irbis E (kanan) dengan dudukan two-axis (azimuth and bank) hydraulic drive (kiri)

Gambar 5b – Radar Irbis E  dengan dudukan two-axis (azimuth and bank) hydraulic drive

L-band Radar : Su-35 juga dilengkapi dengan 2 radar L-band yang dipasang di leading edge sayapnya. Radar L-band ini menjadi sangat penting karena pesawat siluman rentan terhadap radar yang beroperasi pada gelombang pendek seperti L-band dan juga VHF-band.
Website APA mem-posting artikel yang bagus “Assessing the Tikhomirov NIIP L-Band Active Electronically Steered Array” tentang ini. Selain sebagai counter VLO, radar L-band juga dapat dikembangkan untuk digunakan pada :
o Pelacakan pasif jarak jauh sudut dan geolokasi dari emitter JTIDS/MIDS/Link-16.
o Pelacakan pasif jarak jauh sudut dan geolokasi dari L-band AEW&C / AWACS dan radar di darat.
o Pelacakan pasif jarak jauh sudut dan geolokasi IFF musuh (yaitu Barat) dan transponder SSR.
o Active jamming daya tinggi dari emitter JTIDS/MIDS/Link-16.
o Active jamming daya tinggi dari penerima navigasi satelit di daerah yang luas.
o Active jamming daya tinggi jarak jauh L-band AEW & C / AWACS dan radar di darat .
o Active jamming daya tinggi guided munition command datalinks di daerah yang luas.
Gambar 6 – Radar L-band dipasang pada wing leading edge

Gambar 6 – Radar L-band dipasang pada wing leading edge
 Gambar 7 – Susunan AESA menghasilkan bentuk kipas yang menyapu di azimuth untuk menutupi volume di sebelah depan pesawat


Gambar 7 – Susunan AESA menghasilkan bentuk kipas yang menyapu di azimuth untuk menutupi volume di sebelah depan pesawat
 Gambar 8 – Bidang geometris AESA, dengan asumsi sudut mainlobe beam steering angle ± 50° off boresight array (credit APA).


Gambar 8 – Bidang geometris AESA, dengan asumsi sudut mainlobe beam steering angle ± 50° off boresight array (credit APA).
Gambar 9 – Solusi paling murah untuk mendapatkan kemampuan heightfinding adalah menyuruh pilot untuk mengarahkan hidung pesawat ke sasaran kemudian melakukan sebuah aileron roll manoevre pada saat yang sama, dengan demikian memperoleh hasil ketinggian dengan azimut (credit APA)

Gambar 9 – Solusi paling murah untuk mendapatkan kemampuan heightfinding adalah menyuruh pilot untuk mengarahkan hidung pesawat ke sasaran kemudian melakukan sebuah aileron roll manoevre pada saat yang sama, dengan demikian memperoleh hasil ketinggian dengan azimut (credit APA)
Gambar 10 – Solusi cerdas lebih mahal tetapi lebih pasti untuk mendapatkan kemampuan heightfinding adalah dengan menambah antena heightfinding pada sirip tegak ekor pesawat (credit APA)

Gambar 10 – Solusi cerdas lebih mahal tetapi lebih pasti untuk mendapatkan kemampuan heightfinding adalah dengan menambah antena heightfinding pada sirip tegak ekor pesawat (credit APA)
Gambar 11 – Tikhomirov NIIP L-band AESA memiliki potensi pertumbuhan yang besar berdasarkan ukuran airframe pesawat Flanker yang besar, memungkinkan tambahan elemen antena, pendinginan dan daya (credit APA)

Gambar 11 – Tikhomirov NIIP L-band AESA memiliki potensi pertumbuhan yang besar berdasarkan ukuran airframe pesawat Flanker yang besar, memungkinkan tambahan elemen antena, pendinginan dan daya (credit APA)
 Gambar 12 – Diagram sederhana menjelaskan efek gelombang radar pada pesawat siluman : hijau aman, kuning waspada, dan merah kritis


Gambar 12 – Diagram sederhana menjelaskan efek gelombang radar pada pesawat siluman : hijau aman, kuning waspada, dan merah kritis
IRST : Seperti pada pendahulunya, Su-35 juga dilengkapi OLS-35, yang adalah sistem pencarian dan pelacakan inframerah (Infra Red Search & Track), sistem pengendalian penembakan canggih yang dirancang untuk generasi pesawat tempur 4++ menggantikan OEPS-27 dan 30 yang dipasang pada keluarga pesawat Su-27/Su-30. OLS-35 terdiri dari pencari panas, laser rangefinder / designator dan kamera TV bersama dengan algoritma baru dan perangkat lunak canggih untuk mengungguli pendahulunya dalam hal jangkauan, presisi dan keandalan. OLS-35 menyediakan cakupan + / -90° di azimuth dan +60° / -15° di ketinggian dengan berbagai akuisisi sasaran untuk non-afterburning head on target dari 50 km dan 90 km untuk overtaking target. Penjejak jarak laser memiliki lima meter CEP dan berkisar hingga 20 km untuk target udara dan 30 km untuk target di tanah.
Kabarnya, OLS-35 juga dapat digunakan sebagai fire control system kanon 30mm yang diusung Su-35, lebih akurat dari radar.
Kesimpulan dan Penutup
Su-35 adalah sebenar-benarnya generasi pesawat tempur 4++ sebelum generasi 5 (siluman) yang tercanggih di dunia saat ini. Pihak Barat belum punya pesawat sekelas yang bisa menandinginya, apalagi melebihinya. Bila diadu sekalipun dengan pesawat siluman F-22 Raptor, belum tentu kalah, apalagi dengan F-35 Lightning II yang lamban dan gendut dijuluki “Pigeon”.
Karena merupakan pengembangan dari seri keluarga Flanker sebelumnya, maka beberapa fitur canggih Su-35 secara teknis mudah dicangkok/ retrofit ke “adik2nya”, antara lain mesin, radar X-band dan L-band, serta IRST OLS-35.
Sebagai pengguna Su-27/30, TNI AU (sebagaimana juga AU China) pasti merasa kekurangan pada sistem radar yang diusung yaitu N001E Myech/ N001M. Karena itu, dengan membeli Su-35, kita akan mendapat juga kesempatan emas untuk upgrade Flanker kita, sebaiknya dengan cara dikerjakan disini, mungkin melalui semacam Maintenance Depot. Isu selentingan cangkok/ retrofit ini mungkin sudah dilakukan secara rahasia, karena alasan disebutkan di atas. Akan tetapi isu baby Flanker dapat dipastikan tidak benar alias hoax, karena dengan badan yang lebih kecil, Flanker akan kehilangan combat persistence – nya, yang justru merupakan keunggulanya.
Sebagai penutup, mohon maaf bila ada kesalahan disengaja maupun tidak, dan diucapkan terima kasih kepada para pembaca. Wasalammu alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh (by Antonov)



0 komentar:

Posting Komentar

Form Kritik & Saran

Nama

Email *

Pesan *