Minggu, 11 Mei 2014

Referendum dilaksanakan, Ukraina terancam perang saudara

Seorang wanita melakukan pemilihan di referendum Ukraina timur (Reuters)

 Massa pro-Rusia di Ukraina timur pada Minggu (11/5/2014) akhirnya tetap akan melaksanakan referendum. Para pemimpin mereka menekankan bahwa mereka ingin membentuk pemerintahan sendiri dengan nama Republik Rakyat Donestk.
Referendum ini memicu kehawatiran di Kiev akan ada perang saudara di kawasan Ukraina. Seperti dilaporakan Reuters, tanda-tanda perang sudah mulai tercium sehari sebelum referendum di laksanakan, di mana pasukan Ukraina di Mariupol menyerang massa pro Rusia dan menewaskan 30 diantaranya.

Para warga di Ukraina timur telah menetapkan, mereka ingin berpisah dari Ukraina dan mendirikan negara sendiri. "Saya ingin datang sedini mungkin (untuk memilih). Kita semua ingin hidup di negeri kita sendiri," ungkap Zhenya Denyesh, seorang mahasiswa berusia 20 tahun,

Pemimpin Ukraina, Oleksander Turchinov, memperingatkan kepada massa pro Rusia, bila mereka tetap melaksanakan referendum, maka mereka akan terjerumus ke dalam jurang konflik yang dalam. Dia mengatakan, langkah tersebut juga akan menghancurkan iklim perekonomian di daerah mereka.

Pihak pro Rusia sendiri telah selesai mencetak surat suara, dan sudah mulai merampungkan persiapan akhir untuk referendum. Keamanan pun diperketat dengan barikade yang semakin kuat untuk mengahalau serangan dari pasukan Ukraina.

Kiev dan Barat menuduh Moskow berada di balik krisis yang terjadi di Ukraina. Mereka menuduh Rusia sebagai dalang yang menjalankan sebuah sekenario besar dalam merekayasa krisis di negara tetantangganya.

Hal ini segera ditanggapi dengan tegas oleh Rusia, dengan menyatakan bahwa mereka tidak terlibat dalam krisis yang terjadi di Ukraina



0 komentar:

Posting Komentar

Form Kritik & Saran

Nama

Email *

Pesan *