Selasa, 30 Desember 2014

Kalky Autar, Nubuat Muhammad dalam Kitab Hindu Wedha






Seorang professor bahasa dari Alahabad University, India, dalam salah satu buku berjudul Kalky Autar (Petunjuk Yang Maha Agung), memuat sebuah pernyataan yang sangat mengagetkan kalangan intelektual Hindu.
Betapa tidak? Sang professor secara terbuka dan dengan alasan-alasan ilmiah, mengajak para penganut Hindu untuk mengimani risalah Kalky Autar dalam kitab Wedha, karena menurutnnya, sebenarnya Muhammad saw adalah sosok yang dinanti-nantikan sebagai sosok pembaharu spiritual.

Prof. Waid Barkash (penulis buku) yang masih berstatus pendeta besar kaum Brahmana mengatakan bahwa ia telah menyerahkan hasil kajiannya kepada delapan pendeta besar kaum Hindu dan mereka semuanya menyetujui kesimpulan dan ajakan yang telah dinyatakan di dalam buku.
Semua kriteria yang disebutkan dalam buku suci kaum Hindu (Wedha) tentang ciri-ciri Kalky Autar sama persis dengan ciri-ciri yang dimiliki oleh Rasulullah Saw.
Dalam ajaran Hindu disebutkan mengenai ciri KALKY AUTAR diantaranya, bahwa dia akan dilahirkan di jazirah, bapaknya bernama VISHNUBHAGAT dan ibunya bernama SUMANEB.
Dalam bahasa sansekerta kata VISHNUBHAGAT adalah paduan dua kata yaitu VISHNU artinya ALLAH sedangkan BHAGAT artinya hamba yang dalam bahasa Arab disebut ABDUN. Dengan demikian kata VISHNUBHAGAT artinya "ABDULLAH".

Demikian juga kata SUMANEB yang dalam bahasa sansekerta artinya AMANA atau AMAAN yang terjemahan bahasa Arabnya "AMINAH". Sementara semua orang tahu bahwa nama bapak Rasulullah Saw adalah ABDULLAH dan nama ibunya AMINAH.



Dalam kitab Wedha juga disebutkan bahwa Tuhan akan mengirim utusan-Nya kedalam sebuah goa untuk mengajarkan KALKY AUTAR (Petunjuk Yang Maha Agung).
Cerita yang disebut dalam kitab Wedha ini mengingatkan akan kejadian di Gua Hira saat Rasulullah didatangi malaikat Jibril untuk mengajarkan kepadanya wahyu tentang Islam.
Bukti lain yang dikemukakan oleh Prof Barkash bahwa kitab Wedha juga menceritakan bahwa Tuhan akan memberikan Kalky Autar seekor kuda yang larinya sangat cepat yang membawa kalky Autar mengelilingi tujuh lapis langit.

Ini merupakan isyarat langsung kejadian Isra Miraj, dimana Rasullah mengendarai makhluk yang bernama, Buraq. (*sumber: media.isnet)
sumber: http://www.atjehcyber.net/2014/12/kalkyautar.html

Read more »

Blogger Cina Sebelumnya Ramalkan AirAsia Target "The Back Hand"



Seorang Blogger Cina melalui jaringan sosial Cina Weibo telah memprediksi sejak 15 hari sebelumnya, bahwa pesawat AirAsia sedang menjadi “Target” Oleh apa yang ia sebut sebagai “The Back Hand”

Ia tampaknya telah meramalkan akan hilangnya di AirAsia Flight QZ8501 hampir dua minggu sebelum pesawat itu hilang.

Dalam postingannya ia dengan segera memperingatkan kepada warga negara Cina untuk tidak menggunakan pesawat itu (Air Asia) dalam puluhan postingannya.

Laporan, yang dilakukan oleh Epoch Times, menceritakan kisah tentang bagaimana individu itu secara “berulang kali memperingatkan orang untuk “menjauhi” dari Malaysia Airlines (dan) AirAsia.”

“Jangan menjadi korban lain dari MH370,” pengguna misterius itu memperingatkan sejak 15 Desember lalu yang terlihat dari postingannya.

Brogger ini juga meramalkan AirAsia akan segera ditargetkan oleh “kekuatan atau pasukan yang super” atau “powerful forces“, yang ia disebut sebagai “tangan hitam” atau “black hand“.

“Ini adalah pesan yang akan menyelamatkan jiwa masyarakat Eropa atau AS yang akan bepergian atau tur, untuk tidak menaiki AirAsia (atau) maskapai Malaysia lainnya,” ia menyatakan dalam versi terjemahan dari salah satu postingannya. (simak: translate.google.co.id)

Blogger asal Cina itu kemudian menegaskan bahwa ada “tangan hitam” atau “black hand” akan keluar untuk “merusak AirAsia” (to ruin AirAsia) yang merupakan sebuah maskapai atau perusahaan penerbangan terbesar kedua di Malaysia itu.

“Black hand, adalah “metafora” untuk sebuah organisasi bayangan yang melakukan pekerjaan di balik layar yang telah membajak dan menembak jatuh MH370 dan MH17. Kejadian ini cukup melumpuhkan salah satu maskapai penerbangan besar ke-6 dunia, Malaysia Airline,” jelas blogger misterius itu.

“Sekarang, Black Hand sedang menargetkan AirAsia untuk merusak maskapai tersebut, yang juga milik Malaysia. Mengingat betapa dahsyatnya Black Hand, saya sarankan agar semua orang Tiongkok menghindari perjalanan dengan AirAsia, sehingga anda tidak menghilang (mengalami kejadian serupa) seperti yang terjadi pada MH370″, tambahnya.

“Anda bisa bahagia berlibur, bekerja, atau berlayar di atas kapal, tetapi jika anda pergi menggunakan Malaysia Airline atau AirAsia, kau akan mati, hati-hati. Katakan pesan ini kepada teman-teman anda untuk menghindari Malaysia Airline dan AirAsia,” terang blogger misterius itu mengahkiri diskusi. (TGR/ICC)


Sumber: http://www.theglobal-review.com/content_detail.php?lang=id&id=16862&type=3#.VKJTKFAgA

Read more »

Kapal Selam Nuklir Vladimir Monomakh Tiba di Armada Utara


Kapal Selam Nuklir Vladimir Monomakh
Kapal Selam Nuklir Vladimir Monomakh

MURMANKS: Kapal selam nuklir kelas Borei Rusia Vladimir Monomakh (Proyek 955) menyelesaikan pelayaran pertama pada hari Senin (29/12/2014) dari Severodvinsk ke pangkalan utama Armada Utara di Gadzhiyevo di Northwest Rusia di wilayah Murmansk. Juru bicara untuk Armada Utara Vadim Serga kepada mengatakan pelayaran berjalan normal. “Di Gadzhiyevo kapal itu berlabuh di dermaga yang baru dibangun untuk kapal selam bertenaga nuklir kelas Borei,” kata Serga.
Vladimir Monomakh strategis rudal balistik kapal selam meninggalkan galangan kapal Sevmash di Severodvinsk pada 26 Desember. Kapal ini adalah hasil ketiga Proyek 955 yang ditugaskan dengan Armada Utara Rusia dan seri kedua sub proyek. Selama uji coba laut di Laut Putih kapal selam Vladimir Monomakh menunjukkan kinerja yang diharapkan, Dalam rangka uji coba kontraktor awak kapal selam berhasil menguji-tembak rudal balistik Bulava pada tanggal 10 September 2014.
Vladimir Monomakh merupakan kapal selam rudal balistik generasi keempat. Proyek ini dikembangkan oleh Biro Desain Rubin, dengan desainer kepala adalah Sergei Kovalev. Keel dibaringkan pada tanggal 19 Maret 2006 di galangan kapal Sevmash di Severodvinsk. Lambung kapal selam kelas Akula K-480 Ak Bar digunakan dalam pembangunan Monomakh. Kapal selam dipersenjatai dengan 16 rudal balistik Bulava (NATO penunjukan SS-N-32). Vladimir Monomakh dan saudaranya akan menggantikan kelas Delta III dan IV di Angkatan Laut Rusia. Kapal selam ini diluncurkan pada tanggal 30 Desember 2012 dan mulai tes tertambat pada bulan Januari 2013. Kapal selam selesai percobaan laut pertama pada 8 Oktober 2013 ketika kembali dari uji coba 25 hari di laut.
Proyek 955 kepala kapal selam – Yuri Dolgoruky dan seri pertama strategis kapal selam rudal balistik nuklir generasi keempat Aleksandr Nevsky sebelumnya telah dikirim ke Armada Utara. Mereka berhasil melewati semua cobaan laut di bawah program pelatihan tempur dan uji tembak rudal balistik Bulava. (REY)


Sumber: Itar Tass: Jejaktapak

Read more »

Fregat China Juga Bergabung dalam Pencarian AirAsia

china fregat2

BEIJING: Kekuatan untuk mencari pesawat AirAsia yang diperkirakan jatuh di Laut Jawa bertambah. Selain Amerika yang mengirimkan kapal destroyer, China juga menggerakkan kapal kapal perang jenis fregat dan pesawat Angkatan Udaranya untuk bergabung dalam pencarian pesawat yang hilang dalam penerbangan Surabaya-Singapura, Minggu (28/12) pagi.
“Setelah berkoordinasi dan mendapat izin dari Pemerintah Indonesia, China memutuskan untuk mengirimkan kapal dan pesawat untuk membantu pencarian,” demikian pernyataan Kementerian Pertahanan China yang dirilis, Senin (29/12/2014) malam.
Kementerian Pertahanan China menyatakan satu kapal perangnya yang tengah berpatroli di kawasan Laut China Selatan, menuju ke wilayah Indonesia, yang diduga menjadi lokasi hilangnya pesawat.
Sementara itu, satu pesawat Angkatan Udara China sedang dipersiapkan sambil menunggu hasil koordinasi dengan pihak otoritas penerbangan Indonesia.
Dari Jakarta dilaporkan, pencarian pesawat AirAsia QZ 8501 pada Selasa dilanjutkan (30/12/2014) dengan penyisiran di sisi selatan Pulau Kalimantan, tepatnya di wilayah Kabupaten Pangkalanbun, Kalimantan Tengah.


Sumber: Jejaktapak

Read more »

Destroyer USS Sampson Bergerak ke Laut Jawa Cari AirAsia

uss sampson

USS Sampson (DDG 102)
WASHINGTON: MOSKOW: Amerika Serikat telah mengirimkan sebuah kapal perusak ke Laut Jawa untuk membantu misi pencarian internasional menemukan AirAsia Flight QZ8501, yang hilang sejak Minggu (28/12/2014). Komando Pasifik AS mengatakan dalam sebuah pernyataan. Pengiriman ini dilakukan atas permintaan Indonesia.
“Atas permintaan Pemerintah Indonesia dan seperti yang disampaikan kepada Komando Pasifik AS, Armada Pasifik AS telah resmi USS Sampson (DDG 102) di daerah pencarian umum untuk mendukung pencarian Air Asia Penerbangan QZ8501,” demikian bunyi pernyataan yang dirilis Senin (30/12/2014).
USS Sampson dijadwalkan tiba di tempat kejadian sehari setelah keberangkatan. Kapal berbasis di San Diego, California.
AirAsia Flight QZ8501, terbang dari Surabaya, Indonesia, Singapura, kehilangan kontak dengan kontrol lalu lintas udara pada hari Minggu pagi. Airbus A320-200 membawa 155 penumpang  dan tujuh awak. Pesawat hilang tanpa mengirimkan sinyal bahaya sebelum menghilang dari layar radar di atas Laut Jawa. (VIT)


Sumber: Sputnik:Jejaktapak

Read more »

Senin, 29 Desember 2014

Geopolitik Zaman Edan dan Abstraksi di Era Modern


Penulis : M Arief Pranoto, Research Associate Global Future Institute (GFI)

Masih ingat ujaran Rangga Warsita perihal eling ‘lan waspada dalam cuplikan bait Zaman Edan? Apabila ditelusuri, dikaji, lalu dikomtemplasikan secara out of the box, siapa menyangka bahwa untaian bait pujangga Kasunanan Surakarta (1802 – 1873) itu merupakan ajaran geopolitik tingkat tinggi. Entah dulu ditujukan kepada rakyat kala itu, atau barangkali dipersembahkan untuk anak cucu di masa depan melalui kiasan (sastra) secara filosofi, maka tergantung the man behind the gun dalam sistem apapun.

Walau prakteknya kini, oleh beberapa kalangan, ujaran eling lan waspada lebih diartikan (dan cenderung dilarikan) ke ranah spiritual. Kenapa ia tidak dijadikan titik pijak kajian terhadap hal-hal yang lebih besar, kompleks dan strategis? Kembali pada urgensi the man behind the gun di atas, siapa mampu menangkap hal tersirat daripada yang tersurat, siapa bisa menguak sesuatu terdalam dari yang dianggap paling dalam. Begitulah hakiki ajaran.

Mari simak penggal ajarannya yang dikenal dengan sebutan “Zaman Edan”. Konon istilah ini kali pertama diperkenalkan dalam SERAT KALATIDA yang terdiri atas 12 bait tembang sinom. Salah satu bait yang paling terkenal adalah:

amenangi zaman édan,
éwuhaya ing pambudi,
mélu ngédan nora tahan,
yén tan mélu anglakoni,
boya keduman mélik,
kaliren wekasanipun,
ndilalah kersa Allah,
begja-begjaning kang lali,
luwih begja kang éling klawan waspada.


Adapun terjemahannya adalah:

menyaksikan zaman gila,
serba susah dalam bertindak,
ikut gila tidak akan tahan,
tapi kalau tidak mengikuti (gila),
tidak akan mendapat bagian,
kelaparan pada akhirnya,
namun telah menjadi kehendak Allah,
sebahagia-bahagianya orang yang lalai,
akan lebih bahagia orang yang tetap ingat dan waspada.


Ajaran Rangga Warsita di muka tadi, saya sebut ‘Geopolitik Zaman Edan’ sesuai judul tulisan ini, atau boleh juga dinamai ‘Geopolitik Eling lan Waspada’ selaku sari ajaran. Silahkan pilih mana.

Ya. Eling itu bahasa Jawa, artinya ingat. Ingat kepada siapa? Secara horizontal, siapa lagi? Kalau tidak ingat akan jati diri baik selaku pribadi, keluarga terutama jati diri sebagai bangsa, selain paling utama ---secara vertikal--- ialah mengingat Tuhannya (Wirid/Dzikir). Inilah salah satu substansi ajaran beliau.

Kemudian abstraksi horizontal misalnya, bahwa selama ini kita dikenal sebagai bangsa yang ramah, sopan, pasrah, rukun, toleran, dst yang pada gilirannya menjadi ciri dalam percaturan dunia sekaligus (mungkin) sebagai merek bangsa selaku bagian integral warga dunia. Tidak boleh dielak, brand atas kerukunan serta keramahan bangsa ini pernah mengglobal. Maka ibarat koin emas, brand tersebut laku keras dimana saja. Indonesia disukai banyak bangsa-bangsa lain di dunia. Bahkan Ban Kie Moon, selaku Sekjen Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) kemarin pun menyatakan secara resmi pada forum United Nation Alliance of Civilization (UNAOC) ke-6 yang diselenggarakan di Bali Nusa Dua Convention Centre, Bali, Jumat (29/8/2014), “Indonesia merespentasikan kehidupan yang harmonis di tengah perbedaan, hal itu merupakan cerminan dari semboyan Indonesia, yakni Bhinneka Tunggal Ika atau Unity in Diversity yang kita angkat sebagai tema UNAOC 2014,” kata Ban. “Lewat semboyan Bhinneka Tunggal Ika, saya berharap akan muncul saling pengertian antarbangsa di dunia, menghindari terjadinya konflik dan korban jiwa dari warga sipil, serta mendorong kemajuan yang baik bagi peradaban dunia,” lanjut Ban.

Akan tetapi, dari tinjauan internal sendiri, justru terasa bahwa warga kini telah berubah “galak”. Ada apakah gerangan? Muncul benih intoleransi, saling curiga bahkan kerapkali terlihat beringas, terutama manakala menyikapi warna-warni perbedaan yang dulu justru dimaknai sebagai ‘taman sari’ Indonesia. Unity in Diversity. Riskannya kini, rakyat mudah ditunggangi oleh anasir-anasir asing yang sepertinya tidak menginginkan kondisi gayeng dan guyub tersebut. Betapa sedih, ketika rakyat hanyut diadu-domba, maka perhatiannya teralih cuma di hilir persoalan, tidak lagi mampu --- apalagi peduli terhadap hal-hal penting, strategis, yang merupakan hulu permasalahan bangsa. Mereka gampang diperalat untuk memberangus dan menindas sesama atas nama perbedaan suku, ras, sosial budaya (dan bahkan agama). Pada gilirannya,  semakin lama kian terasa bahwa republik ini --- ibarat kapal di tengah samudera---- sedang oleng dihantam badai (konflik) internal. Inilah sekilas tinjauan keadaan zaman dari perspektif  ELING-nya sang pujangga. 

Selanjutnya, makna waspada pada “geopolitik”-nya Rangga Warsita adalah kecermatan dan sikap (budi) kehati-hatian terhadap lingkungan yang senantiasa bergerak dan berubah. Apa boleh buat. Gerak memang keniscayaan, perubahan adalah kepastian, dan keduanya tak bisa dilawan. Dengan kata lain, siapapun ‘kita’ tidak akan dapat menghindar dari perubahan (dan kemajuan) peradaban. Tersirat pesan sang pujangga, mutlak kita harus memiliki kewaspadaan atas segala sesuatu yang datang-pergi silih berganti, terutama kewaspadaan pada nilai-nilai yang masuk, khususnya lagi terhadap nilai dan ideologi apapun yang tidak selaras dengan kepribadian bangsa. Intinya, bangsa ini tidak boleh lupa akan jati diri, oleh karena status orang lupa itu hukumnya seperti sosok yang gundah hatinya, bingung pikirannya. Lalu dalam bersikap dan bertindak, orang bingung pun cenderung menuruti (ego) sendiri. Sak karepe dewe. Merasa hebat, ingin benar sendiri, maunya menang sendiri, padahal hakiki bingung ialah tidak paham akan jati (diri)-nya sendiri.

Dari fenomena sekilas di atas, sang pujangga telah mengingatkan jauh-jauh hari melalui bait-bait sastranya, “ ...sebahagia-bahagianya orang yang lalai, akan lebih bahagia orang yang tetap ingat dan waspada.”  Pertanyaannya adalah, bagaimana menjadi bangsa bahagia (dan makmur), sedang kita sendiri gagal mengingat, niscaya cenderung (lupa) terseret arus dan (bingung) terombang-ambing ombak (globalisasi) lingkungan yang selalu berubah. Mana kewaspadaan sebagai diri dan bangsa?

Milan Kundera berkata, “Perjuangan melawan kekuasaan (zalim) adalah perjuangan ingatan melawan lupa.” Inilah urgensi sejarah sebagai alat bangsa guna melawan lupa. Bangsa yang tidak mempelajari sejarah, akan mengalami amnesia, dan niscaya terjengkang pada lubang (kekeliruan) yang sama hanya berbeda bentuk dan model belaka. Jas Merah, kata Bung Karno (BK), “Jangan sekali-kali melupakan sejarah!”

Berbasis data serta pengalaman empirik, salah satu pola kolonialisme ialah ‘menghancurkan dulu sejarah negeri yang dijajah’ --- maka pantaslah apabila tata cara seperti itu dijadikan metode baku dalam kolonialisme. Juri Lina, penulis Swedia menyatakan pada buku Architects of Deception- the Concealed History of Freemasonry (2004), “Bahwa ada tiga cara untuk melemahkan dan menjajah suatu negeri, antara lain: (1) kaburkan sejarahnya, (2) hancurkan bukti-bukti sejarahnya agar tidak bisa dibuktikan kebenarannya, (3) putuskan hubungan mereka dengan leluhurnya, katakan bahwa leluhurnya itu bodoh dan primitif.”  Dan tak kurang, pointers diskusi terbatas di Global Future Institute (GFI), Jakarta, pimpinan Hendrajit (17/1/2013) cenderung menebalkan asumsi Lina tadi. GFI mensinyalir, ada hal-hal berulang dalam kolonisasi di muka bumi yaitu ‘pengaburan atau pembengkokan sejarah leluhur di negara koloni (terjajah)’. Itulah agenda besarnya.

Menurut GFI, langkah-langkah pengaburan histori bangsa terjajah melalui beberapa tahapan antara lain: pertama, penghancuran bangunan fisik agar generasi baru tidak dapat mengenali (bukti-bukti) kejayaan nenek moyangnya, otomatis selain tak bisa menarik hikmah dan mengutip nilai-nilai emas histori sebagai teladan sebab tidak dapat dibuktikan secara ilmiah; kedua, diputus hubungan histori dengan leluhur melalui penciptaan stigma dan opini bahwa leluhurnya bodoh, primitif, tidak beradab, penyembah berhala, dan lain-lain; ketiga, dibuat sejarah baru versi penjajah.

Inti kedua asumsi tadi sepintas identik, hanya GFI menambahkan poin: ‘dibuat sejarah baru versi penjajah’ --- hal inilah yang tidak terlintas di benak Lina. Entah kenapa, atau mungkin negaranya tidak pernah dijajah? Bisa jadi. Memang ada beberapa negara yang tidak pernah dijajah seperti Arab Saudi, Islandia, SWEDIA, Nepal, Denmark, Norwegia, Thailand. dan Turki.

Dalam konteks (geopolitik) global, Indonesia dianggap mengalami amnesia. “LUPA AKAN JATI DIRI.” Betapa negeri agraris beriklim tropis dengan dua musim dan curah hujannya tinggi, kenapa mesti mengimpor berbagai komoditi yang sebenarnya berlimpah ruah di Bumi Pertiwi? Celakanya lagi, komoditi yang diimpor justru berasal dari berbagai negara empat musim. Sungguh ironi. Bukankah peluang untuk cocok tanam dan berproduksi lebih besar di negeri dua musim seperti takdir Ibu Pertiwi daripada di negeri-negeri empat musim? Indonesia itu anak kandung matahari dimana sinar mentari tidak pernah bosan menyinari buminya. Tetapi agaknya, para elit politik dan segenap pengambil kebijakan di negeri ini enjoy saja menjalani ironi geopolitik semacam ini. Kenapa? Adakah mereka benar-benar tidak memahami (takdir) geopolitik negerinya sendiri, atau pura-pura tidak paham karena faktor fee dari berbagai impor komoditi bila dibanding dengan melemahnya martabat, tergerusnya nilai kedaulatan dan nasib anak cucu kelak?

Hidup memang pilihan. Maka pertanyaannya, “Pilih menjadi komprador atau nasionalis?” Silahkan memilih mana. Adalah hak setiap warga negara, kendati tidak sedikit yang enjoy sebagai pengkhianat, namun banyak pula yang rela gelisah menyaksikan carut marut bangsa ini akibat laku komprador. Mereka tetap memilih gelisah sebagai kaum nasionalis daripada komprador. Di Bumi Pertiwi ini, masih banyak ‘kembang sore’ dan ‘bunga –bunga sedap malam’. Dan saya memiliki keyakinan, bahwa kejayaan Indonesia sudah di depan mata. Bagi segenap anak negeri, nasionalisme adalah pilihan utama, sedangkan komprador sebenarnya cuma pelarian atas jiwa-jiwa kompromis dan (mungkin) KEGUGUPAN MENGHADAPI HARI TUA serta akibat hedonisme yang membadai sebagaimana penggalan syair (geopolitik) Rangga Warsita:

            “... menyaksikan zaman gila,
            serba susah dalam bertindak,
            ikut gila tidak akan tahan,
            tapi kalau tidak mengikuti (gila),
            tidak akan mendapat bagian..”


Dan agaknya, keadaan inikah yang tengah menerjang Ibu Pertiwi?

Sekarang kita membahas penitrasi nilai dan ideologi asing di Indonesia dari perspektif  ‘geopolitik eling lan waspada’-nya sang pujangga. Tak boleh dipungkiri,  di satu pihak, meski secara de jure, ideologi bangsa ini adalah Pancasila namun dalam implementasi sudah jarang disebut (apalagi diamalkan?). Di pihak lain, liberalisme sebagai nilai bahkan ideologi asing telah “diterima  masyarakat” kita hampir tanpa kritik tanpa selidik. Inilah yang kini terjadi.

Menurut Dina Y Sulaeman, salah satu research associate GFI dalam artikelnya bertajuk “Tentang Liberalisme Ekonomi (2): Membongkar Kerapuhan Asumsi Liberalisme”. Bahwa benang merah liberalisme yang telah merambah di segala sektor dapat dilacak muaranya. Misalnya, ketika liberalisme digunakan dalam ilmu agama, muncul teori bahwa manusia memiliki kebebasan untuk merevisi agama. Argumennya, toh agama dilahirkan untuk kebahagiaan manusia. Ketika aturan agama sudah tidak sejalan lagi dengan standar kebahagiaan zaman kini, manusia sah-sah saja melakukan revisi. Ketika liberalisme menjadi asumsi bagi politik, lahirlah teori demokrasi; semua warga berhak memilih sendiri pemimpinnya dan menentukan sendiri aturan hukum bagi diri mereka sendiri. Ketika liberalisme menjadi asumsi bagi ekonomi, maka lahirnya teori pasar bebas: biarkan semua orang beraktivitas dalam pasar, jangan ada intervensi pemerintah. Argumennya, manusia adalah makhluk rasional, dia akan mampu melakukan pilihan-pilihan rasional dalam bertransaksi sehingga mampu meraih keuntungan maksimal bagi dirinya. Ketika semua manusia rasional, pasar (proses jual-beli) akan berjalan dengan sendirinya dengan teratur. Jangan ada intervensi pemerintah untuk mengurusi pasar. Biarkan saja pasar beroperasi sendiri.

Sebagaimana isyarat di muka, geliat ekonomi pasar bebas niscaya membuat siapapun tidak dapat menghindar arus modal asing masuk di internal negeri, yang gilirannya akan cenderung ikut pula menguasai aset-aset negara. Inilah keniscayaan peradaban. Kita tidak perlu xenophobia, tetapi juga jangan terbawa oleh arus besar, karena hal tersebut ---jika terseret arus--- membuat lupa akan jati diri. Kita tak boleh lupa dengan pakem nusantara dan konstitusi negara. Jika lalai, maka ibarat orang tersesat, meski sudah tahu bahwa rute yang dijalani keliru tetapi terus (ndableg) menyusuri jalur jalan dengan tata cara menduga-duga. Tentu kian jauh tersesat. Lazimnya jika tersesat, siapapun mestinya kembali dulu ke titik awal.

Sudah mengerti bahwa cabang-cabang produksi yang menguasai hajat hidup orang banyak itu harus dikuasi negara, ini malah dijual ke asing; apakah ‘mereka’ tidak paham bahwa bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara serta dipergunakan sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat, kok masih juga dan hendak dilego atas nama globlalisasi, IPO, privatisasi, dan akuisisi?

Semakin lama negeri ini kian terjerumus di lubang imperialisme modern berkedok soft loan, atau structural adjustment programme (SAP) dan lain-lain. Oleh sebab faktor lupa, bangsa ini menjadi lengah dan tidak mampu melihat modus kolonialisme baru via gerak investasi asing, liberalisme, pasar bebas, dan seterusnya. Maka inilah ujud jalan yang menyesatkan namun terus juga dilalui oleh elit-elit bangsa dengan berbagai alasan, pembenaran teori, dll. Seharusnya kita kembali ke titik awal (UUD 1945) agar tidak tersesat kian dalam.

Telah beberapa pemilihan umum digelar, tidak juga datang patriot sejati memimpin negeri ini. Sebaliknya, sejak dekade 2000-an melalui model pemilu langsung, atau pemilihan kepada daerah (pilkada) berpintu one man one vote dalam skema ‘otonomi daerah’ malah merekomendasi dan melegitimasi penjahat jadi pejabat publik, mengubah syetan duduk sebagai tuan-tuan bahkan seringkali menjadi ‘tuhan’. Banyak Petruk dadi Ratu di antero negeri. Apa boleh buat. Tak boleh gebyah uyah menilai memang, karena tidak semuanya begitu. Ada sedikit sosok patriot lahir dari model pemilihan semacam ini. Namun secara umum, bangunan asumsi dalam sistem politik kita kini, bahwa dengan bermodal pencitraan, rakyat cenderung tertipu. Keliru memilih, lalu menyesali atas pilihan sendiri.

Di tengah gelombang amnesia bangsa ini, pilihan-pilihan publik selalu dilandasi sensasi dan tampilan citra sosok yang berbasis modus tebar sembako, money politic, pengheroan di media mainstream, banyaknya banner, riuhnya tancap baliho, dll maka “Jadilah!”,  bimsalabim! Bukankah citra itu realitas semu belaka; bukankah sensasi itu belum bekerja dan tidak membuat sejahtera? Ia tak nyata. Keduanya, baik sensasi maupun pencitraan itu semacam aroma masakan, baru tercium baunya belum rasanya! Atau juga seperti sihir, mimpi di siang bolong.

Maka inti asumsi GFI menyikapi dinamika politik serta kondisi ini, bahwa model politik semacam ini yang berkuasa adalah pemilik modal, para donatur di balik layar. Pertanyaannya, “Kenapa semua terjadi di Bumi Pertiwi?” Jawabannya sederhana, “Kita abai terhadap ajaran ‘eling dan waspada’-nya Rangga Warsita.” Ajarannya malah dilarikan ke ranah spiritual dalam konteks mikrokosmos. Jagad cilik, jagad gede!

Kita mundur sejenak untuk mengulas sekilas nasehat Milan Kundera tentang perjuangan melawan lupa. Ya, hakiki Konferensi Asia-Afrika di Bandung (1955) misalnya, inti ruhnya juga “geopolitik eling dan waspada”. Tak bisa tidak. Eling atau selalu ingat ---ini ujud perjuangan melawan lupa--- supaya bangsa-bangsa di Dunia Ketiga khususnya, agar senantiasa menggelorakan SEMANGAT ANTI-IMPERIALISME. Bangkit dan melawan segala bentuk penjajahan di muka bumi. Itu pesan tersirat yang harus diingat. Dan juga mutlak WASPADA terhadap lingkungan yang senantiasa berubah. Artinya, berbekal pakem eling dan waspada inilah sebuah bangsa akan mampu mempeta (mapping) apapun baik pergerakan pola, perubahan bentuk maupun modus-modus penjajahan model baru nantinya.

Agaknya, cuplikan pidato pada konferensi di Bandung masih sangat relevan guna memotret fenomena yang sekarang berlangsung di beberapa negara Asia-Afrika, terutama ‘topan badai’ yang menerpa Indonesia, “Kolonialisme juga memiliki penampilan yang modern, dalam bentuk kontrol ekonomi, kontrol intelektual, dan juga kontrol fisik yang dilakukan sekelompok kecil orang asing dalam sebuah bangsa.” (BK, 1955).

Apabila ingin mengkaji statement BK di atas, awal pertanyaan selidiknya adalah, “Apakah ekonomi kita dalam kendali asing; benarkah sebagian tokoh dan kaum intelektual Indonesia dalam kontrol pihak luar?” Lalu, apa saja bentuk kontrol fisik oleh segelintir orang asing kepada bangsa kita? Ini dulu yang harus dijawab dan mutlak di-breakdown sebelum membahas hal-hal yang lebih dalam. Namun sementara abaikan dulu, kita akan bahas pada artikel lain, mari lanjutkan tulisan sederhana ini.

Dan ternyata, banyak dari kita lupa pada semangat itu. Semangat anti-imperialisme. Akibatnya semakin lama justru kian terjajah. Tanpa sadar, kekayaan alam (SDA) dijual habis-habisan, lalu ditawar-tawarkan kepada bangsa luar atas nama investasi, menarik modal asing, IPO dan lain-lain. Jadi teringat ujaran BK terkait antisipasi kolonialisme jenis baru di era modern kelak, “Biarlah kekayaan alam kita tersimpan sampai nanti putra-putra bangsa ini mampu mengolahnya sendiri”.

Menyikapi hal tersebut, ada empat unsur retorika yang tak mampu dibendung, “Apakah kebijakan (obral SDA dan aset negara) tersebut, semata-mata demi kemakmuran rakyat, atau hanya sekedar pencitraan, atau karena politik balas budi, atau jangan-jangan untuk meraih fee yang tak seberapa bila dibanding nasib generasi penerus nantinya?” Entahlah. Dan tampaknya, para elit dan segenap pengambil kebijakan di republik ini lupa atas tampilnya kembali neo-imperialisme sesuai isyarat BK di atas.

Ya, geopolitik memang dapat dipandang sebagai (ilmu) teori, wawasan, konsepsi, dan lain-lain, akan tetapi bila geopolitik diabstraksikan sebagai KEADAAN TERTENTU, maka sesungguhnya Indonesia kini telah masuk ke dalam kubangan “Zaman Edan” sebagaimana ujaran Rangga Warsita, sang pujangga.

Bangun dan bangkitlah bangsaku!
Rangga Warsita, Sang Pujangga Nusantara




Sumber: http://www.theglobal-review.com/content_detail.php?lang=id&id=16835&type=4#.VKEzIlAgA

Read more »

Rusia Ancang-ancang Melawan NATO di Laut Hitam


Rusia Ancang-ancang Melawan NATO di Laut Hitam

Kapal perang AS, USS Donald Cook, dijadwalkan hadir di Laut Hitam. Rusia siap melawan kekuatan NATO di Laut Hitam. | (Reuters / Bogdan Cristel)
MOSKOW - Militer Rusia ancang-ancang melawan kekuatan NATO yang ada di Laut Hitam. Pihak Moskow mengklaim telah dipaksa bertindak, karena NATO terus memunculkan kapal perang Amerika Serikat (AS) di Laut Hitam.

”Sayangnya, Laut Hitam menjadi tempat di mana kekuatan non-regional memiliki kehadiran permanen. Apa yang mereka lakukan di sana tidak jelas,” kata Duta Besar Rusia untuk NATO, Aleksandr Grushko.

”Tentu saja, kami akan mengambil tindakan pencegahan yang diperlukan,” katanya lagi, seperti dikutip Russia Today, semalam.

Grushko juga mengkritik NATO yang menempatkan pasukan siaga tinggi di dekat perbatasan Rusia dengan menggelar latihan militer secara rutin dengan negara-negara Baltik.

Pernyataan diplomat Rusia itu bersamaan dengan terbitnya doktrin baru militer Rusia. Di mana, dalam dokumen doktrin tersebut, NATO dan AS masuk daftar ancaman bagi Rusia. (Baca: Doktrin Baru Militer Rusia, NATO dan AS Masuk Daftar Ancaman)

Kejengkelan Rusia yang akan bertindak di Laut Hitam itu juga menyusul adanya pengumuman, bahwa kapal perang AS, USS Donald Cook, dijadwalkan akan tiba di Laut Hitam pada hari Jumat kemarin untuk memperkuat armada NATO.

”Kehadiran (kapal) USS Donald Cook di Laut Hitam dimaksudkan untuk meyakinkan (NATO), dan pada saat yang sama menunjukkan komitmen kami untuk bekerja sama dengan sekutu NATO guna meningkatkan keamanan maritim,” kata Charles Hampton, komandan kapal perang AS itu dalam sebuah pernyataan.

Ini adalah yang kedua kalinya kapal USS Donald Cook telah memasuki Laut Hitam sejak awal krisis Ukraina yang pecah mulai musim semi 2014.

Dalam Konvensi Montreux 1936, kapal perang non-regional hanya dibolehkan mangkal di Laut Hitam tidak lebih dari 21 hari alias tidak permanen. Dengan demikian, kapal perang AS juga harus tunduk pada aturan itu.

Sumber: SINDO

Read more »

Doktrin Baru Militer Rusia, NATO dan AS Masuk Daftar Ancaman

Doktrin Baru Militer Rusia, NATO dan AS Masuk Daftar Ancaman


Presiden Rusia, Vladimir Putin, menyetujui doktrin baru militer Rusia, di mana NATO dan AS masuk daftar ancaman. | (Reuters)
MOSKOW - Pemerintah Rusia telah mengadopsi doktrin militer terbaru terkait ancaman keamanan nasionalnya. Dalam doktrin itu, NATO dan Amerika Serikat (AS) masuk daftar ancaman bagi Rusia.

Doktrin militer Rusia itu juga merujuk dari penumpukan kekuatan militer NATO di dekat perbatasan Rusia.

Doktrin baru tersebut telah disetujui Presiden Vladimir Putin pada hari Jumat (26/12/2014). Doktrin baru ini sejatinya tidak berubah dari versi sebelumnya, di mana militer Rusia akan digunakan sebagai pilihan terakhir.

Rusia juga tidak mengubah prinsip-prinsip penggunaan senjata nuklir. Yakni, bertujuan untuk mencegah serangan musuh terhadap Rusia. Doktrin itu juga menyindir NATO, bahwa penumpukan kekuatan militernya di dekat perbatasan Rusia telah melanggar hukum internasional.

Dokumen doktrin anyar itu mengkhususkan militer Rusia untuk melindungi kepentingan nasional mereka di wilayah Kutub Utara.

“Di dalam negeri, Rusia menghadapi ancaman dari tindakan yang bertujuan untukmengubah tatanan konstitusinal dengan kekerasan, destabilisasi politik dan sosial, disorganisasi fungsi badan pemerintah, fasilitas sipil dan militer dan infrastruktur dari Rusia,” bunyi dokumen doktrin militer itu, seperti dikutip Russia Today.

Kendati demikian, Rusia masih mengandalkan kerja sama internasional dengan berbagai negara, khususnya anggota BRICS, OSCE, Organisasi Kerjasama Shanghai dan lain-lain sebagai kunci untuk mencegah konflik militer.




Sumber:SINDO

Read more »

Intimidasi di Selat Malaka



Kisah Kapal Perang Australia, Inggris dan Malaysia intimidasi Kapal TNI AL di Selat Malaka. Foto Dokumentasi Kapal Asing membanyangi Kapal Dewaruci

Rabu siang 11 Maret 1964. KRI Dewa Ruci sedang berlayar diantara pulau-pulau dari gugusan Kepulauan Riau, memasuki Selat Durian diantara Pulau Moro dan Pulau Kundur. Ini merupakan alur pelayaran umum yang lebih singkat menuju Selat Malaka, ketimbang melalui Selat Singapura yang harus berputar jauh kearah kanan.

Malam menjelang, dalam cuaca yang mendung dan dingin, kami disongsong oleh bayang-bayang hitam dari dua kapal perang kita, KRI Todak dan KRI Ngurah Rai yang akan mengawal KRI Dewa Ruci selama pelayaran melalui Selat Malaka.

Ada terasa semacam ketegangan yang dingin dan mencengkam menyaksikan kilatan cahaya lampu isyarat yang menyala padam bersahut-sahutan, meloncat-loncat dalam kepekatan malam, memantul pada permukaan laut dan langit yang hitam, dibawah hindung armada Inggris dan Australia yang berpihak ke Malaysia dan mengawal perairannya. Kekuatan armada Royal Navy yang menjaga perairan Malaysia terdiri dari beberapa skuadron Kapal Perusak (Destroyer), Fregat, bahkan Kapal Penjelajah (Cruise). Armada mereka juga dipekuat dengan Kapal Induk HMS Victorius, HMS Hermes, dan HMS Ark Royal. Menurut sebuah sumber, sekitar 80 buah kapal-kapal jenis Destroyer, Fregat, Pemburu Kapal Selam armada Royal Navy dan Australia menjaga perairan Malaysia. Sewaktu-wktu bisa saja terjadi clash diperairan ini.

Selepas pagi hari, tepatnya Pukul 09.57, ketika KRI Dewa Ruci sedang berlayar pada jarak 21 mil laut sebelah timur Pulau Rupat, tampaklah sebuah kapal perang dengan nomor lambung F-07 datang mendekat ke arah KRI Dewa Ruci. Dari nomor lambungnya jelas bukan KRI dan bentuknya menunjukkan bahwa kapal tersebut merupakan jenis yang mutakhir. Ternyata kapal perang tersebut HMAS Yarra, milik AL Australia, merupakan jenis Fregat tipe 13 River Class. Dihaluannya bertengger meriam 113mm (4.5inch). Kapal ini juga membawa torpedo dan pesenjataan lainnya. HMAS Yarra mendekati formasi kami dari arah lambung kanan. Gayanya sangat provokatif. Ia seolah-olah hendak masuk dan memotong ke dalam formasi kami, sehingga KRI Ngurah Rai seketika itu juga langsung cikar kanan menghadangnya.

Buset!....Kami digeladak KRI Dewa Ruci hanya bisa memandangi dengan perasaan geram. Betapa tidak? Jika terjadi sesuatu akibat sikap provokatif kapal perang Australia tersebut, apa yang bisa dilakukan oleh KRI Dewa Ruci yang sama sekali tidak bersenjata?

Melihat sikap yang berani dan tidak ragu-ragu dari KRI Ngurah Rai, HMAS Yarra balik kanan. Tetapi kemudian ia kembali lagi menggertak setelah KRI Ngurah Rai berada dalam formasi pengawalan semula. Kapal perang Australia ini jelas-jelas mau memancing insiden. Maka, sekali lagi KRI Ngurah Rai menyongsong menghadanganya, dan sekali lagi juga HMAS Yarra balik kanan mengundurkan diri. Sementara itu, KRI Dewa Ruci tetap berlayar tanpa mengubah haluan, diiring KRI Todak diburitan yang tetap siaga, sudah membuka penutup meriam-meriamnya, bersedia menghadapi segala kemungkinan.

Tapi, sejurus kemudian, HMAS Yarra kembali lagi dengan gayanya yang sama dan adegan yang sama pun berulang kembali. Kami hanya bisa menonton permainan kucing-kucingan yang penuh bahaya itu dengan perasaan geram bercampur gembira, kadang-kadang sambil bersorak-sorak seperti anak-anak ketika melihat HMAS Yarra balik kanan dihadang KRI Ngurah Rai. Kami berteriak-teriak seperti tidak menyadari bahayanya yang sedang mereka lakukan. Dua kapal perang yang kucing-kucingan itu juga sudah melepas penutup meriamnya, siap-siap memuntahkan kanon masing-masing.

Pukul 10.03 HMAS Yarra kemudian cikar kanan dan meninggalkan formasi kami. Namun, pada pukul 17.00 muncul sebuah kapal perang lainnya dari AL Malaysia, jenis Fregat dengan nomor lambung M-2006 membayang-bayangi kami dari jarak 2 mil. Hal ini berlangsung selama 2 jam dan kemudian M2006 tersebut cikar kanan menghilang ke arah Port Sweetenham di Pantai Barat Malaysia.

Pengalaman dan pelajaran yang dapat kami petik dari peristiwa ini adalah, pameran kekuatan dan kekuasaan di perbatasan harus dilakukan terhadap kapal asing manapun, dalam rangka menegakkan kadaulatan perairan tanah air. Setelah berlayar sejauh kira-kira 985 mil laut, atau 1.824 kilometer, tanggal 14 Maret 1964 pukul 20.45 kami merapat dengan selamat di dermaga Pelabuhan Sabang.[Sturmovik/Dewa Ruci: pelayaran pertama menaklukkan tujuh samudra : sebuah kisah nyata]

Read more »

Satelit LAPAN A2 Siap Awasi Indonesia

Satelit Lapan A2 Siap Awasi Indonesia
Satelit Lapan A2 Siap Awasi Indonesia


Satelit Lapan A2 dengan sistem indikasi otomatis untuk mendeteksi kapal laut dan siap mengawasi laut Indonesia, diperkirakan selesai semester awal 2015. Satelit ini rencananya akan diluncurkan menggunakan roket pengangkut milik India.
Sumber : LAPAN

Read more »

Jumat, 26 Desember 2014

Rusia Nilai Ancaman AS Terkait Sony Pictures Kontraproduktif



Rusia menegaskan ancaman Amerika Serikat terhadap Korea Utara pasca serangan dunia maya terbaru kepada Sony Pictures Entertainment hanya akan menciptakan dan meningkatkan ketegangan lebih berbahaya di Semenanjung Korea.

Alexander Lukashevich, Juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia pada Kamis (25/12/2014), mengatakan Moskow memandang ancaman balas dendam dan seruan Washington agar negara-negara lain mengutuk Korut akan "benar-benar kontraproduktif dan berbahaya."

Menurutnya langkah tersebut hanya akan meningkatkan ketegangan antara dua Korea dan menyebabkan "eskalasi dan konflik lebih lanjut." (baca: Jubir Gedung Putih: Perentas Sony Pictures Persoalan Keamanan Nasional Serius).
Lebih lanjut Lukashevich menambahkan, AS belum memberikan bukti langsung yang membenarkan klaim bahwa Korea Utara ada di balik peretasan ke Sony. Sebelumnya, Korut menolak berkomentar terkait tuduhan meretas Sony Pictures. (TGR/KBS)

Read more »

Hillari Akui ISIS Buatan AS Agar Timteng Terus Bergolak


Hillary Clinton, Mantan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat mengakui, gerakan Islamic State of Iraq and Suriah (ISIS) merupakan gerakan buatan AS guna memecah belah dan membuat Timur Tengah senantiasa bergolak.

Selain disiarkan berbagai media massa barat, pernyataan Hillary tersebut juga dilansir harian Mesir, Elmihwar. Pada Rabu (6/8/2014) lalu harian itu menuliskan bahwa Hillary menyatakan hal itu dalam buku terbarunya, "Hard Choice".

Mantan Menlu di kabinet Obama masa jabatan pertama itu itu mengaku, pemerintah AS dan negara-negara barat sengaja membentuk organisasi ISIS demi memecah belah Timur Tengah (Timteng). Hillary mengatakan gerakan ISIS sepakat dibentuk dan diumumkan pada 5 Juni 2013.

"Kami telah mengunjungi 112 negara sedunia. Lalu kami bersama-sama rekan-rekan bersepakat mengakui sebuah Negara Islam (Islamic State/IS) saat pengumuman tersebut," tulis Hillary.

Buku tersebut juga menguraikan bahwa negara Islam itu awalnya akan didirikan di Sinai, Mesir, sesuai revolusi yang bergolak di beberapa negara Timur Tengah. Semua, kata dia, berantakan saat kudeta yang digerakkan militer meletus di Mesir.

"Kami memasuki Irak, Libya dan Suriah, dan semua berjalan sangat baik. Namun tiba-tiba meletus revolusi 30 Juni-7 Agustus di Mesir. Itu membuat segala rencana berubah dalam tempo 72 jam," ungkap istri mantan presiden AS, Bill Clinton, itu.

Lebih lanjut Hillary menambahkan, pihak barat sempat berpikir untuk menggunakan kekuatan. Persoalannya, Mesir bukanlah Suriah atau Libya, karena militer negara itu tergolong kuat. Selain itu, warga Mesir cenderung tidak pernah meninggalkan militer mereka. "Jadi, jika kami gunakan kekuatan melawan Mesir, kami akan rugi. Tapi jika kami tinggalka, kami pun rugi," tulis dia.

 


Sumber: http://www.theglobal-review.com/content_detail.php?lang=id&id=16849&type=104#.VJ1ch1AgA

Read more »

RS-24 Yars, Suksesor Topol Sukses Uji Tembak

RS-24 Yars
RS-24 Yars

MOSKOW: Angkatan Senjata Strategis  Rusia berhasil menguji rudal balistik Yars dari fasilitas Plesetsk di barat laut negara itu. “Pada tanggal 26 Desember 2014, pukul 11:02 waktu Moskow  peluncuran uji RS-24 Yars rudal balistik berbahan bakar padat dengan hulu ledak dilepas dilakukan dari basis di Plesetsk Space Complexs, “Kolonel Igor Yegorov juru bicara Angkatan Senjata Strategis Jumat (27/12/2014).
Menurut Kolonel Yegorov, hulu ledak buatan berhasil mencapai target di Kura Range di Semenanjung Kamchatka. RS-24 Yars (SS-29), diperkenalkan ke layanan pada bulan Juli 2010, merupakan versi upgrade dari rudal balistik Topol-M. Rudal balistik dapat membawa beberapa hulu ledak nuklir independen ditargetkan, dan dirancang untuk menghindari sistem pertahanan rudal hingga kisaran 7.500 mil (VIT)


Sumber: Sputnik: Jejaktapak

Read more »

Pangkalan Militer Rusia di Krimea Telah Beroperasi

Pangkalan Militer Rusia di Krimea Telah Beroperasi
Berdasarkan rencana, kapal frigat seri pertama Admiral Essen akan datang ke Armada Laut Hitam Rusia menjelang akhir tahun depan. Foto: TASS
“Markas besar gabungan tersebut terletak di Sevastopol. Hingga 19 Maret lalu, kota ini menjadi markas besar Angkatan Laut Ukraina. Satuan gabungan ini akan dipimpin oleh Kolonel AL Rusia Yuriy Zemskiy, yang sebelumnya menjabat sebagai kepala satuan operasional armada laut Rusia di Laut Mediterania,” ujar sang juru bicara.
Seperti yang diumumkan oleh Kepala Pangkalan Laut Militer Krimea Kolonel Aleksey Komarov, brigade pertahanan garis pantai terpisah di kota Perevalnoye dan brigade senjata roket pasukan penjaga pantai terpisah di kota Sevastopol telah terbentuk sejak Senin (1/12).
“Satuan-satuan baru ini telah diaktifkan menjadi bagian kelompok tempur pertahanan serangan kelompok kapal musuh dari Laut Hitam,” terang Komarov.

Kapal Baru Armada Laut Hitam

Divisi Kapal Perang Armada Laut Hitam yang dibentuk kembali pada awal bulan ini rencananya akan dilengkapi oleh kapal-kapal baru proyek 11356 pada pertengahan 2015 nanti. Hal tersebut diumumkan oleh Komandan Divisi 30 Kolonel Oleg Krivorog. “Pada musim panas 2015 mendatang, kami akan kedatangan kapal-kapal tipe frigat proyek 11356 Admiral Grigorevich. Kapal tersebut akan bergabung dengan Armada Laut Hitam,” kata Krivorog.

Berdasarkan rencana, kapal frigat seri pertama Admiral Essen akan datang ke Armada Laut Hitam Rusia menjelang akhir tahun depan. Selang satu tahun, Divisi 30 juga akan kedatangan kapal fregat Admiral Makarov, diikuti kapal Admiral Butakov dan Admiral Istomin.
“Kapal-kapal baru Divisi 30 akan diawaki secara khusus oleh pelaut-pelaut kontrak. Meski kapal-kapal itu belum ada, persiapan awak untuk kapal-kapal itu sudah berlangsung dengan intens,” terang Krivorog.
Musim panas lalu, Resimen Artileri Pasukan Penjaga Pantai 8 telah dibentuk di Krimea. Mereka dilengkapi dengan tank Msta-S, sistem peluncur roket multilaras Tornado-G, dan kompleks peluncur roket antitank kelas berat Khrizantema, yang berjumlah lebih dari 60 unit.
Dalam satuan darat Armada Laut Hitam, terdapat Brigade Pasukan Marinir Terpisah 810 di Sevastopol dan Batalion Pasukan Marinir Terpisah 510 di Feodosiya, yang dibentuk musim panas lalu dengan menggabungkan batalion pasukan marinir Angkatan Laut Ukraina 510 dan Angkatan Laut Ukraina 1. Selain itu terdapat sejumlah sistem pertahanan udara, subidivisi pasukan zeni, pasukan pertahanan serangan kimia, dan lain-lain.


Sumber: RBTH

Read more »

Sekolah Taruna Militer Rusia: Beri Pendidikan Perang, Moral, Hingga Tarian

Sekolah Taruna Militer Rusia: Beri Pendidikan Perang, Moral, Hingga Tarian
Korps taruna militer juga dibekali dengan mata pelajaran moral, karena mereka kelak akan menjadi para elit untuk angkatan bersenjata Rusia. Foto: RIA Novosti

Pada 1880, salah satu penulis terbaik Rusia Nikolay Leskov (1831-1895) menggambarkan sosok Direktur Korps Taruna Militer Pertama Saint Petersburg dalam cerita berjudul “Kadetskiy Monastyr” (arti: Biara Taruna) sebagai berikut:
“Mikhail Stepanovich […] selalu berpakaian seragam. Dengan cara yang paling elegan, ia mengeakan topi berbentuk segitiga “sesuai seragam”, berdiri tegak, berjiwa cerdas, serta memiliki kiprah yang megah. Hal itu menggambarkan seolah jiwanya dirasuki oleh kewajiban pengabdian, namun tidak sedikitpun diliputi rasa rasa takut.”
Seperti itulah gambaran mencengangkan seorang remaja laki-laki berusia tujuh hingga 15 tahun pada masa sebelum terjadinya revolusi, terutama mereka yang bersiap untuk mengabdi menjadi tentara dan belajar di lembaga-lembaga pendidikan khusus seperti di korps taruna militer.

Imperium dan Libertinisme

Di masa Kekaisaran Rusia, lembaga-lembaga pendidikan seperti ini muncul pada tahun 1743. Kala itu, di jalan-jalan Saint Petersburg dan kota-kota lain mulai muncul anak-anak muda berseragam militer dan mengenakan sepatu bot. Kebiasaan berbadan bugar ditanamkan kepada para murid selama masa pendidikan berlangsung. Selain itu, mereka harus andal dalam baris-berbaris, karena saat menjadi senior mereka akan ikut serta dalam ajang perlombaan yang dihadiri oleh Imperator Rusia. Kini, para taruna sekolah Suvorov kerap mengikuti parade-parade di Lapangan Merah.
Korps taruna militer juga dibekali dengan mata pelajaran moral, karena mereka kelak akan menjadi para elit untuk angkatan bersenjata Rusia. Para taruna mempelajari tata bahasa, sejarah, bahkan tarian. Para pria tersebut diwajibkan untuk mampu membawa diri dengan benar tidak hanya di dalam perang, tetapi juga di hadapan masyarakat.
Akan tetapi, semakin luas sebuah pendidikan, semakin besar pula libertinisme dan keinginan yang muncul. Oleh sebab itu, di akhir abad ke-19, kerusuhan meletus di sejumlah besar korps taruna militer, salah satunya karena pemahaman politik yang berbeda. Banyak siswa korps yang dikeluarkan karena alasan “kebobrokan moral”.
Uni Soviet dan Bantuan Bagi Anak Yatim
Di abad ke-20, sekolah taruna militer kembali dibuka pada 1944, tepat 27 tahun setelah Revolusi Oktober.
Sekolah-sekolah militer yang kembali dibuka tersebut membantu memecahkan masalah sosial yang tidak mudah. Berdasarkan data dari penyelidik Pusat Memorial Militer Angkatan Bersenjata Federasi Rusia, Uni Soviet telah kehilangan sekitar 26,6 juta orang dalam perang melawan Nazi, dan mayoritas adalah laki-laki.
Setelah perang berakhir, Rusia didominasi anak yatim. Banyak anak yang hidup tanpa ayah. Sekolah-sekolah militer itu membantu mengompensasi ketiadaan pendidikan bagi anak laki-laki dari keluarga yang miskin.
Para murid sekolah Suvorov, terutama yang menjadi anak dari tentara gugur di medan perang, mendapat pengetahuan yang dibutuhkan untuk masuk ke jurusan-jurusan utama di universitas. Pada zaman Uni Soviet, terdapat 50 sekolah militer yang serupa dengan Suvorov.

Popularitas Sekolah Militer

“Proses persiapan murid sekolah Suvorov dilakukan berdasarkan tradisi terbaik dari korps-korps taruna militer sebelum masa revolusi Rusia,” terang Kepala Sekolah Suvorov Moskow Mayjen Aleksander Kasyanov kepada RBTH.
Selama 70 tahun sekolah Suvorov berdiri, dari satu cabang sekolah di Moskow saja telah terdaftar 12 ribu murid, 40 di antaranya menjadi jenderal, dan delapan orang menjadi pahlawan Uni Soviet dan Rusia.
“Program kami dibuat sedemikian rupa agar anak-anak tidak hanya melatih persiapan fisik saja, tetapi juga sejumlah mata pelajaran lain. Perhatian besar diberikan kepada mata pelajaran pilihan mereka dan kemampuan untuk bersikap di masyarakat. Dalam kurikulum mereka terdapat pelajaran tarian balet dan dasar-dasar etika,” cerita seorang ahli psikologi dari sekolah Suvorov, Evgeniy, kepada RBTH




Sumber: RBTH

Read more »

Form Kritik & Saran

Nama

Email *

Pesan *