Sabtu, 12 September 2015

Militer Kremlin Muncul Dukung Suriah

S da Rusia Memanas Kapal bertenaga nuklir Rusia digunakan untuk upacara militer di Mediterania, Suriah. (RIA Novosti) 

Keberadaan militer Kremlin di Suriah untuk mendukung sekutunya, Presiden Bashar al-Assad, untuk memerangi teroris dan ekstremis membuat ketegangan Amerika Serikat (AS) dan Rusia memanas. AS menilai dukungan militer Rusia terhadap rezim Assad membuat situasi lebih buruk.

Pemerintah AS kini skeptis dengan niat Presiden Vladimir Putin yang benar-benar mengirim personel militernya ke Suriah. Putin telah menyerukan pembentukan koalisi internasional untuk memerangi terorisme dan ekstremisme di Suriah.

Kementerian Luar Negeri Rusia kemarin mengakui bahwa sejumlah penasihat militer Rusia memang dikerahkan di Suriah. Tapi, tugas mereka hanya untuk menyarankan rezim Assad dalam melawan ekstrimis.

Namun, Departemen Luar Negeri AS tidak percaya dengan dalih Rusia. ”Rusia bukan anggota koalisi yang melawan ISIS, dan apa yang kita katakan adalah bahwa dukungan mereka terhadap rezim Assad telah benar-benar membuat ISIS tumbuh di wilayah Suriah dan membuat situasi lebih buruk,” kata juru bicara Departemen Luar Negeri AS, John Kirby, seperti dikutip Business Insider, Kamis (10/9/2015).

Jika mereka ingin membantu melawan ISIS (Negara Islam Irak dan Suriah), cara untuk melakukannya adalah dengan menghentikan mempersenjatai dan membantu dan mendukung Bashar al-Assad,” lanjut Kirby.

Sebuah laporan menyebut drone dan pesawat tempur Rusia melakukan operasi pengintaian terhadap pemberontak Suriah non-ISIS di wilayah Suriah utara. Kendaraan lapis baja pengangkut personel militer dan pasukan berbahasa Rusia juga disebut terlibat pertempuran di Suriah.

Selama ini, Assad menganggap semua pemberontak adalah teroris dan ekstremis. Hal itu membuat AS kesal karena mereka mendukung pemberontak moderat Suriah.

Menurut laporan Reuters, Rusia juga telah mendirikan sebuah menara pengontrol lalu lintas udara dan membangun unit rumah untuk 1.000 personel militer di Latakia, Suriah barat. Dua kapal tangki dan pesawat tambahan Rusia juga telah tiba di Suriah.

Assad telah kehilangan wilayah yang signifikan selama beberapa bulan terakhir; Putin tidak akan mentolerir kejatuhannya,” kata ahli geopolitik, Ian Bremmer, yang merupakan presiden Eurasia Group, kepada Business Insider melalui email. (mas)
Pasukan Rusia Muncul di Suriah, AS Tertekan Tekanan ini muncul paska pengakuan Rusia yang mengatakan telah mengirimkan penasihat, tentara, dan alat-alat militer ke Suriah. (Istimewa) 

Pemerintah Amerika Serikat (AS) mendapat tekanan kuat untuk mengubah kebijakan di Suriah. Tekanan ini muncul paska pengakuan Rusia yang mengatakan telah mengirimkan penasihat, tentara, dan alat-alat militer ke Suriah.

Sejauh ini Presiden AS Barack Obama memang belum memiliki rencana memperluas strategi militernya di Suriah. Ini dikarenakan dirinya masih belum memliki strategi yang jelas untuk bisa menanggulangi krisis di Suriah khusunya paska kehadiran ISIS di negara tersebut.

Menurut Bruce Hoffman seorang pakar terorisme di Georgetown University, seperti dilansir Tampa Bat Times pada Kamis (10/9/2015), apa yang dilakukan pemerintahan Obama di Suriah selama ini tidak menghasilkan apapun. Serangan udara yang ditujukan untuk mengalahkan ISIS, dalam pandangan Hoffman nyatanya tidak memberikan efek sebesar yang diharapakan.

"Hampir segala sesuatu yang telah dilakukan dalam satu tahun terakhir di Suriah adalah strategi yang tidak penting. Kita memang telah berhasil menewaskan beberapa pemimpin ISIS, tapi apa yang terjadi adalah kelompok itu terus berkembang setiap harinya, terus menerus meneror warga setempat, dan memperbanyak budak," kata Hoffman.

Selain gagal mengalahkan ISIS, strategi militer AS di Suriah yang pada awalnya ditujukan untuk membantu pemberontak Suriah melengserkan Presiden Bashar al-Assad pun juga tidak menghasilkan apapun. Saat ini Assad masih memimpin Suriah, bahkan pengaruhnya semakin kuat di negara tersebut. (esn)
AS Minta Rusia Tarik Mundur Pasukan dari Suriah Kerry memperingatkan kehadiran pasukan Rusia bisa memperburuk situasi di negara tersebut. (Reuters) 

Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) meminta Rusia untuk menarik mundur pasukan dan alat-alat militer mereka dari Suriah. Kerry memperingatkan kehadiran pasukan Rusia bisa memperburuk situasi di negara tersebut.

Juru bicara Departemen Luar Negeri AS, John Kirby mengatakan, Kerry telah melakukan kontak dengan Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov mengenai hal ini. Kerry, lanjut Kirby, menjelaskan segala kemungkinan yang terjadi kepada Lavrov, jika Rusia tidak segera menarik mundur pasukan mereka dari Suriah.

"Kerry telah memperingatkan Lavrov, bahwa apa yang telah mereka lakukan di Suriah justru dapat memanaskan situasi, dan semakin mengintensifkan perang saudara yang terjadi di sana," kata Kirby dalam sebuah pernyataan.

"Kerry juga menegaskan keprihatinan kami tentang laporan kegiatan militer Rusia di Suriah dan kami menegaskan pandangan kami. Jika semua laporan itu benar, itu dapat menyebabkan kekerasan yang lebih besar dan ketidakstabilan di Suriah," sambungnya, seperti dilansir IB Times pada Kamis (10/9/2015).

Sejauh ini Rusia baru mengakui bahwa mereka telah mengirimkan penasihat dan alat-alat militer ke Suriah, dan ini sudah terjadi dalam setahun terakhir. Namun, Rusia belum memberikan pernyataan terkait laporan adanya pembangunan pangkalan militer dan pengiriman tentara dalam jumlah cukup besar ke Suriah. (esn)
AS Ingin Gulingkan Assad sebelum Ada Pemberontak Pendiri WikiLeaks, Julian Assange, menyatakan AS ingin gulingkan rezim Suriah sebelum muncul pemberontakan 2011. (RT) 

Pendiri situs anti-kerahasiaan WikiLeaks, Julian Assange, mengungkap buku barunya, ”The WikiLeaks Files” yang membahas soal “Kerajaan Amerika Serikat (AS)”. Dalam buku itu, Assange mengungkap bahwa AS berencana menggulingkan rezim Presiden Suriah Bashar al-Assad sebelum muncul pemberontak tahun 20011.

Bos WikiLeaks mengungkap rencana AS pada rezim Suriah itu dalam program ”Go Underground” di stasiun televisi Russia Today. Menurutnya, AS mulai melirik Suriah sejak 2006.

Bocoran itu dia peroleh dari bocoran kabel diplomatik dari Duta Besar AS di Damaskus pada saat itu, William Roebuck. Dokumen mengungkap bahwa diplomat AS itu mulai membicarakan hal-hal terkait rencana penggulingan Pemerintah Assad di Suriah.

Rencana itu menggunakan sejumlah faktor yang berbeda untuk menciptakan paranoid di Pemerintah Suriah; untuk mendorong reaksi berlebihan, untuk membuatnya takut akan adanya kudeta,” kata Assange, yang dilansir Kamis (10/9/2015).

Sehingga dalam teori itu (AS) mengatakan; 'Kami memiliki masalah dengan ekstremis Islam yang menyeberangi perbatasan dengan Irak, dan kami mengambil tindakan terhadap mereka untuk mengambil informasi ini dan membuat Pemerintah Suriah terlihat lemah, fakta bahwa itu berurusan dengan ekstremis Islam sama sekali’,” lanjut Assange.

Assange melanjutkan, rencana AS itu mencakup upaya untuk mendorong ketegangan sektarian antara Syiah dan Sunni. Assange menekankan bahwa bocoran kabel diplomatik AS itu “cukup memprihatinkan”.

Untuk memahami apa yang terjadi di sekitar Suriah, lanjut dia, salah satunya harus melihat adanya sekutu regional. ”Sebagian dari masalah di Suriah adalah bahwa Anda mendapati sejumlah sekutu AS di sekitar, terutama Saudi dan Qatar, yang menyalurkan senjata,” ujarnya.

Turki juga (adalah) aktor yang sangat serius. (Mereka) masing-masing memiliki ambisi hegemonik mereka sendiri di wilayah tersebut. Israel juga, tidak diragukan lagi, jika Suriah cukup stabil, mungkin negara itu dapat menjaga wilayah Golan selamanya, atau bahkan memajukan wilayah itu. Jadi Anda mendapati sejumlah pemain di sekitar Suriah.

Pemerintah AS belum merespons soal bocoran dari pendiri WikiLeaks tersebut. Namun, AS pernah diketahui berambisi menggulingkan rezim Assad. Salah satunya dengan isu penggunaaan senjata kimia oleh pasukan Suriah. Tapi, ambisi AS saat itu digagalkan Rusia yang membela sekutunya, Suriah. (mas)
Ikut Campur di Suriah, Rusia Bikin Gaduh Pertemuan PBB Keberadaan militer Rusia di Suriah menimbulkan kekhawatiran negara-negara Barat (Asbarez) 

Campur tangan militer Rusia dalam konflik Suriah membuat kegaduhan jelang pertemuan tahunan Majelis Umum PBB. Pasalnya, Rusia tidak memberi penjelasan terkait kemunculan militernya di Suriah. Kemunculan Rusia ini dinilai bisa menggagalkan Barat dalam membangun nilai tawar saat sejumlah negara kuat duduk bersama membahas krisis di Suriah.

Pertemuan Majelis Umum PBB dipercepat pada bulan ini setelah Presiden Rusia Vladimir Putin menyambangi Amerika Serikat (AS), pertama kalinya dalam delapan tahun terakhir, guna berbicara di sidang tahunan Majelis Umum PBB.

Selain itu, dalam beberapa minggu terakhir, Moskow telah mengirimkan sinyal untuk melakukan pertemuan dengan Presiden AS, Barack Obama di New York. Meski begitu, pihak Gedung Putih tidak mengetahui soal rencana pertemuan tersebut.

"Ini semua tentang Majelis Umum. Jika ada sesuatu yang baru dan nyata dalam dialog antara Rusia dan AS, maka kami akan memiliki situasi yang baru," ujar seorang diplomat seperti dikutip dari Reuters, Kamis (10/9/2015).

Sementara seorang pengamat menilai, Moskow akan menampilkan Presiden Putin sebagai seorang penjaga perdamaian dan mitra yang sangat diperlukan Washington dalam menyelesaikan krisis internasional, persis seperti saat krisis melanda Ukraina.

"Rusia akan memberikan tekanan, mereka akan menekan. Mereka ingin pihak lain mempertimbangkan lebih serius tawaran mereka (tentang koalisi anti ISIS). Atau membuat mereka takut jika Moskow akan menggunakan pasukannya untuk tujuan lain," ujar seorang analis pertahanan Pavel Felgenhauer.

Sebelumnya, Washington menyatakan keprihatinannya atas pembangunan pangkalan militer Rusia di Suriah dan memberikan tekanan kepada sejumlah negara untuk tidak mengizinkan Rusia menggunakan ruang udara mereka. AS khawatir, pesawat-pesawat Rusia membawa persenjataan ke Suriah.

Tindakan AS ini pun menuai kecaman dari Kremlin. Mereka menilai apa yang dilakukan oleh Washington adalah sebuah bentuk apa yang mereka sebut dengan isitilah kekerasan internasional. Mereka pun berulang kali mengelak saat ditanya mengenai kehadiran militer mereka di Suriah.

"Pertama kami dituduh memberikan senjata kepada rezim berdarah yang menganiaya aktivis demokrasi. Sekarang tuduhan baru (terkait laporan keberadaan militer Rusia). Kita seharusnya memerangi terorisme. Itu sampah yang sebenarnya," ujar juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia, Maria Zakharova. (esn)
NATO Sayangkan Kebijakan Rusia Soal Suriah Sekertaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg (Reuters) 

Kebijakan Rusia yang mengirimkan penasihat dan alat-alat militer ke Suriah kembali mendapat tentangan. Setelah Amerika Serikat (AS), kali ini NATO yang menyayangkan kebijakan yang diambil Rusia itu.

"Langkah tersebut tidak akan memberikan kontribusi untuk memecahkan konflik," ujar Sekertaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg dalam sebuah pernyataan, sepeti dilansir Al Jazeera pada Kamis (10/9/2015).

Stoltenberg menuturkan, harusnya Rusia berusaha untuk mencari solusi diplomatik dalam membantu menyelesaikan konflik di Suriah, dan bukannya mengirimkan penasihat militer dan tentara ke negara tersebut.

"Saya pikir sangat penting saat ini untuk mendukung semua upaya untuk menemukan solusi politik untuk konflik di Suriah. Kami memberikan dukungan penuh bagi setiap upaya yang coba diambil di PBB," sambungnya.

Sebelumnya, Menteri Luar Negeri AS John Kerry melalui sambungan telepon telah meminta kepada Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov untuk menarik mundur penasihat dan alat-alat militer mereka dari Suriah. Menuru Kerry, kehadiran pasukan Rusia bisa memperburuk situasi di negara tersebut. (esn)
Disebut Kirim Tentara ke Suriah, Rusia: No Comment Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov hanya mengatakan, Rusia hanya akan memberikan bantuan dan dukungan yang diperlukan sesuai dengan permintaan Presiden Suriah Bashar al-Assad. (Istimewa) 

Rusia enggan memberikan komentar mengenai kabar bahwa mereka telah mengirimkan tentara ke Suriah, dan beperang bersama dengan pasukan pemerintah Suriah. Kabar mengenai keberadaan tentara Rusia di Suriah dihembuskan oleh pihak intelijen Libanon.

Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov hanya mengatakan, ISIS adalah ancaman nyata di Suriah, dan Rusia akan memberikan bantuan dan dukungan yang diperlukan sesuai dengan permintaan Presiden Suriah Bashar al-Assad.

"Ancaman yang datang dari ISIS adalah ancaman yang jelas, dan satu-satunya kekuatan yang mampu menolak itu adalah angkatan bersenjata Suriah," ucap Peskov, seperti dilansir Reuters pada Kamis (10/9/2015).

"Saya sekali lagi juga akan mengulangi posisi kami dan Suriah adalah mitra lama, dan kami juga mengulangi seruan agar Suriah dibawah pimpinan Assad dilibatkan dalam upaya internasional untuk memerangi kelompok radikal di negara tersebut," sambungnya.

Dirinya juga menuturkan bahwa Presiden Rusia Vladimir Putin akan berbicara tentang Suriah dan ISIS ketika memberikan pidato pada pertemuan tahunan Majelis Umum PBB di New York, yang rencananya digelar akhir bulan ini. (esn)
  

  sindonews 
 

Read more »

Apakah Su-37 Sengaja Disimpan oleh Rusia?

su-37_2

Pesawat terbaik Rusia saat ini harus diakui adalah Su-35. Tetapi sebenarnya mereka masih menyimpan sebuah prototip pesawat yang jauh lebih mengerikan yang dikembangkan dari Su-35 atau merupakan generasi terakhir dari Su-27. Pesawat itu adalah Su-37.
Sukhoi hanya mengembangkan dua prototipe dari Su-37, untuk menguji nozel dorong-vectoring untuk meningkatkan tempur manuver udara. Pesawat ini diberi kode 711 blue, dan memiliki nomor 344 di badan pesawat.
Su-37 dikembangkan sebagai pesawat tempur multirole untuk semua cuaca yang tetap didasasarkan pada Su-27. Fitur baru dari super bermanuver Su-37 adalah dua dimensi mesin thrust vector control, yang memungkinkan pesawat untuk pulih dari berputar manuver di hampir setiap ketinggian, jet tempur ini juga dilengkapi dengan kontrol full digital fly-by-wire.
Penerbangan pertama prototipe Su-37 pada tanggal 2 April 1996. Hanya lima bulan setelah itu pesawat langsung melakukan demonstrasi penerbangan di ajang bergengsi Farnborough Air Show ’96. Kehadirannya langsng mengejutkan dengan kemampuan maneuver yang luar biasa.
Mesin ini dikembangkan oleh tim perusahaan Lulka-Saturnus, yang dipimpin oleh Jenderal Designer Victor Chepkin, dan merupakan turunan dari AL-31F turbofan yang diinstal pada Su-27.
Nozel berputar pada sumbu simetris.  Tergantung pada manuver yang akan dilakukan, nozel dapat dibelokkan baik serentak dan berbeda-beda. Masalah terbesar dengan pelaksanaan konsep nozzle TVC, yang masih belum diselesaikan oleh Amerika, adalah untuk memberikan sendi nozzle reversal dengan segel cukup kuat untuk mencegah outblast gas dengan suhu hampir 2.000 oC dan tekanan 5 sampai 7 kgf / cm2.
Pesawat menunjukkan manuver baru, seperti kemampuan memutar moncong 360 ° dengan cepat. Sebuah kemampuan yang benar-benar berbeda. Anggaran proyek ini sempat dihentikan sebelum dikembalikan pada tahun 1999.
Su-37 dirancang dapat membawa sampai 14 rudal udara ke udara dan hingga 8000kg. Dua belas cantelan eksternal dapat membawa rudal udara ke udara, dan udara ke permukaan, bom, roket dan Pod penanggulangan elektronik. Pesawat ini dilengkapi dengan satu GSH-301 30mm gun dengan kecepatan maksimum api 1.500 putaran per menit.
Su-37 ini didukung oleh dua mesin turbofan AL-31FU TVC (thrust vector control) yang dikembangkan oleh Biro Desain Mesin Lyulka (NPO Saturn) dan merupakan turunan dari AL-31F twin-poros mesin turbofan pada Su-27. Nozel TVC dapat dibelokkan baik serentak maupun sendiri-sendiri, tergantung pada manuver. Su-37 bisa terbang pada kecepatan maksimum 2,440km / jam. Rentang dan layanan langit-langit pesawat masing-masing 3,700km dan 18.000 dan berat pesawat sekitar 18,500k.
Namun pada tahun 2002 salah satu dari dua Su-37 jatuh, secara efektif mengakhiri program. Setelah itu lahirnya program Su-35BM Flanker-E dan Su-30MKI Flanker-H. Tetapi bisa jadi pesawat ini akan muncul kembali mengingat kemampuannya ada di atas Su-35


Sumber : Jejaktapak

Read more »

AS Gusar Militer Rusia Disebut Ada di Suriah, Ini Reaksi Putin

AS Gusar Militer Rusia Disebut Ada di Suriah Ini Reaksi Putin
Presiden Rusia, Vladimir Putin, bereaksi atas kegusaran AS dengan laporan militer Rusia hadir di Suriah. | (Sputnik)

MOSKOW - Presiden Rusia, Vladimir Putin, bereaksi setelah Amerika Serikat jengkel dengan laporan yang menyebut militer Kremlin muncul di Suriah untuk membantu sekutunya, rezim Presiden Bashar al-Assad. AS gusar dengan laporan yang belum terkonfirmasi itu.

Presiden Putin memberikan klarifikasi laporan bahwa militer Rusia ambil bagian untuk membantu rezim Assad melawan kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).

”Anda tahu, ini adalah masalah yang terpisah dan kita lihat apa yang terjadi sekarang. Katakan, pesawat Amerika membuat serangan tertentu. Sejauh ini, efisiensi mereka belum sangat tinggi, tetapi terlalu dini untuk mengatakan bahwa kita siap untuk melakukannya,” kata Putin.

”Namun, kami menyediakan untuk Suriah dengan dukungan yang signifikan pula, baik dalam bentuk peralatan dan pelatihan personel, serta persenjataan. Kami menandatangani kontrak utama dengan Suriah lima sampai tujuh tahun yang lalu, dan kami mematuhinya secara penuh,” lanjut Putin, semalam seperti dikutip Russia Today.

Putin terang-terangan menyalahkan Barat atas kebijakannya di Timur Tengah yang membuat kesengsaraan. ”Di Rusia, kita beberapa tahun yang lalu mengatakan bahwa mitra Barat kami melakukan kebijakan yang salah di wilayah dunia Muslim, di Timur Tengah dan Afrika Utara, ini akan mengakibatkan masalah berskala besar,” ucap Putin.

Laporan militer Rusia muncul di Suriah itu membuat Menteri Luar Negeri AS, John Kerry, gusar. Menurutnya, jika laporan itu benar adanya, maka hal itu dapat memicu konfrontasi dengan pasukan koalisi yang dipimpinnya.

”Bantuan itu bisa meningkatkan konflik, menyebabkan kerugian yang lebih besar kepada mereka yang tidak bersalah, meningkatkan arus pengungsi dan berisiko menimbulkan konfrontasi," kata Kerry seperti dikutip New York Times.

Semantara itu, para pejabat Suriah tetap menolak untuk mengkonfirmasi laporan kehadiran militer Rusia di Damaskus. Para pejabat rezim Assad menegaskan bahwa, bagaimanapun Rusia tetap menjadi sekutu setia yang mendukung Suriah.


Sumber : SINDOnews

Read more »

Kremlin Konfirmasi Senjata-senjata Rusia "Terbang" ke Suriah


Kremlin Konfirmasi Senjata senjata Rusia Terbang ke Suriah

Kremlin mengkonfirmasi senjata-senjata Rusia "terbang" ke Suriah. | (AP)
MOSKOW - Kremlin akhirnya mengkonfirmasi bantuan senjata-senjata Rusia yang “terbang” ke Suriah bersamaan dengan bantuan kemanusiaan. Namun, Rusia menegaskan pasokan senjatanya untuk rezim Presiden Bashar al-Assad adalah legal, sesuai kontrak bilateral kedua negara.

Konfirmasi dari Rusia itu disampaikan Menteri Luar Negerinya, Segei Lavrov, kepada wartawan. ”Pesawat Rusia mengirim peralatan militer sesuai dengan kontrak dan bantuan kemanusiaan ke Suriah,” kata Lavrov, seperti dilansir Aljazeera, Jumat (11/9/2015). (Baca: Putin Dituduh Ingin Caplok Suriah bak Crimea Jilid Dua)

Koran Rusia, Kommersant, kemarin melaporkan bahwa Moskow telah memasok Damaskus dengan kendaraan lapis baja canggih BTR-82A. Pemerintah Rusia sebelumnya menolak mengkonfirmasi laporan pasokan bantuan militernya untuk Suriah. Rusia hanya mengkonfirmasi perihal bantuan kemanusiaan.

Jumlah peralatan militer Rusia yang dipasok ke Suriah antara tahu 2009 hingga 2011 sudah mencapai 71 persen dari kebutuhan militer Suriah. Hal itu mencakup pesawat-pesawat jet tempur untuk pertahanan udara.

Juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, mengatakan Suriah sudah kacau akibat ulah kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) dan pasukan Assad yang bisa diandalkan untuk mengatasi kelompok radikal itu.

”Ancaman datang dari ISIS. Satu-satunya kekuatan yang mampu menolak itu adalah angkatan bersenjata Suriah," katanya. Untuk itulah, Rusia tetap mendukung rezim Assad di Suriah.


Sumber : SINDO

Read more »

Tak Mampu Urus, Ukraina Lego Kapal Eks Soviet


Kapal penjelajah Ukrayina
Kapal penjelajah Ukrayina

Ukraina memutuskan untuk menjual kapal penjelajah Ukrayina. Kepala Staf Angkatan Laut Ukraina Laksamana Sergey Haiduk  mengatakan hasil penjualan kapal  ini akan digunakan untuk membangun kapal baru.
Sebagaimana dilaporkan sejumlah media lokal, Haiduk mengatakan alasan utama untuk penjualan cruiser adalah fakta bahwa hampir 80 persen dari senjata ini dibuat di era Soviet. Dia menjelaskan bahwa kapal dilengkapi peralatan navigasi dan senjata yang tidak diproduksi di Ukraina.
Selain itu, Angkatan Laut Ukraina memiliki serentetan masalah yang berkaitan dengan infrastruktur untuk penyebaran kapal penjelajah itu. Kiev telah berulang kali mencoba untuk menjual kapal tersebut tidak berhasil.
Ukrayina adalah penjelajah kelas Slava yang diperintahkan oleh Uni Soviet pada awal 1980-an. Kapal itu ditetapkan pada tahun 1983 dan diluncurkan pada tahun 1990 sebelum runtuhnya Uni Soviet.
Penjelajah kelas Slava  milik Rusia

Penjelajah kelas Slava milik Rusia
Kurangnya pembiayaan menjadikan pembangunan kapal terhenti di awal 1990-an dan kapal yang tersisa belum selesai. Pada tahun 1993, kapal Ukrayina dihentikan dari Angkatan Laut Rusia dan diteruskan ke Ukraina.
Empat tahun kemudian, Ukraina mengumumkan bahwa mereka tidak memerlukan penjelajah ini dan ingin menjualnya kepada pelanggan asing, termasuk dari China dan India.Tetapi sejauh ini belum ada yang berminat hingga kapal hanya mangkrak di pelabuhan Nikolayev di Ukraina selatan.
Ria Novosti melaporkan, kapal penjelajah kelas Slava dikenal sebagai Proyek 1164 Atlant dan merupakan kapal perang besar bertenaga konvensional, dirancang dan dibangun Uni Soviet dan saat ini juga dioperasikan oleh Angkatan Laut Rusia.


Sumber : Jejaktapak

Read more »

F-22 Raptor vs J-20, Menang Siapa?


J-20
J-20

China kemungkinan akan menjadi satu-satunya pesaing ketat Amerika selama 50 tahun ke depan dalam hal pembangunan kekuatan udara.
Seperti semua perang konvensional modern, kekuatan udara dan superioritas udara akan memainkan peran kunci. Untuk Amerika Serikat, pesawat siluman F-22 Raptor akan menjadi senjata utama Amerika untuk memastikan dominasi di langit sampai nanti muncul penggantinya yang datang dari program FX yang tengah disusun Angkatan Udara AS.
Analog China yang paling langsung dari Raptor adalah Chengdu J-20. Bagaimana jika kedua pesawat ini kemudian bertemu dan pertempur di udara?
Tidak banyak yang diketahui dari jet tempur China ini kecuali yang tampak secara kasat mata. Tetapi banyak analisa pesawat ini dirancangkhusus untuk menyerang kekuatan Amerika yang ditemptakan di Pasifik Bcara sebagai bagian dari anti-akses / daerah strategi anti-access/area denial (A2/AD).
Jet tempur ini kemungkinan akan dioptimalkan untuk memukul aset dukungan seperti kapal tanker, AWACS, JSTARS atau bahkan membawa rudal jelajah jarak jauh untuk menyerang pangkalan militer AS dan kapal induk yang tersebar di wilayah tersebut.
Secara strukur tubuh pesawat ini akan memiliki kemampuan siluman dengan sejumlah desain identik dengan F-22 dan F-35. Sudah kerap diberitakan China dituduh mencuri sejumlah data dari pesawat Amerika yang kemungkinan dijadikan dasar pembangunan pesawat mereka.
Ada beberapa indikasi bahwa J-20 adalah pesawat yang spesialis serangan darat tetapi juga memiliki kemampuan tinggi dalam pertempuran udara ke udara. Seperti F-35, prototip terbaru dari J-20 muncul dengan sistem penargetan elektro-optik yang dipasang di bawah hidung. Sensor yang dibuat oleh A-Star Science and Technology’s EOTS-89 electro-optical targeting system (EOTS).   Sebuah dedicated pesawat tempur superioritas udara tidak perlu semacam sensor.
Dave Majumdar dalam artikelnya di National Interest Jumat 11 September 2015, ada juga indikasi bahwa jet China ii akan membawa radar active electronically scanned array (AESA). Diduga, J-20 akan dilengkapi dengan radar Type 1475, yang diduga sedang diuji. Namun semua itu belum ada yang terkonfirmasi mengingat China memang sangat tertutup dalam hal teknologi perangnya.
Bukti paling menarik yang menunjukkan J-20 dioptimalkan untuk peran serang adalah kenyataan bahwa badan pesawat sangat besar namun memiliki sayap yang relatif kecil dan sepertinya memiliki teluk senjata besar. Konfigurasi seperti ini tidak cocok untuk mengambil peran superiotias udara.
China juga mendapatkan maslah dalam hal mesin  yang belum tangguh. China belum mampu membuat mesin yang kuat. Tapi pesawat yang difokuskan untuk serangan darat memang tidak perlu memiliki mesin dengan daya dorong yang spektakuler hinggamesin Saturn AL-31F buatan Rusia mungkin sudah memadai.
Ada juga argumen kuat bahwa pesawat tempur jarak pendek taktis seperti F-22 dan F-35 tidak akan cocok untuk operasi di area Pasifik Barat yang luas dan minim pangkalan. Kendala geografis ini juga menjadi kendala bagi China. Itu berarti bahwa jet seperti F-22 dan F-35 memerlukan tanker untuk mendukung mereka yang terbang pada jarak yang sangat jauh.
Cara yang paling logis untuk China mengatasi kekuatan udara Amerika dan sekutu adalah tidak menghadapi kekuatan ini secara head to head tetapi menghilangkan kekuatan Amerika untuk perang. Hal itu berarti mereka harus menjadikan pangkalan militer, kapal tanker, sistem komunikasi sebagai sassaran utama Jadi dalam arti itu, J-20 bisa menjadi sarana China untuk membangun superioritas udara jika dilihat dari kacamat tersebut. Artinya J-20 bisa unggul atas F-22 tetapi tidak dengan berhadapan satu lawan satu. Tetapi jika bertemu di udara, maka F-22 akan bisa mengendalikan permainan dan memukul jatuh J-20.


Sumber : Jejaktapak

Read more »

Super Flanker Kembali Tembus Aljazair


Su-30SM-russian-airforce-fighter-jet

Tidak hanya Typhoon yang mendapatkan kontrak penjualan baru. Jet tempur Rusia, Su-30MKI juga kembali sukses menembus Aljazair dengan kesapakatan pengiriman 14 jet tempur multi role tersebut.
Sebagaimana dilaporkan Defense News Jumat 11 September 2015, kontrak ditandangani oleh produsen pesawat Irkut. Selain 14 untuk Aljazair, produsen ini juga mendapat pesanan tambahan 8 Su-30 (Penyebutan NATO Super Flanker) untuk Kementerian Pertahanan Rusia.
Sergey Chemezov, kepala lembaga teknologi pertahanan negara Rusia, Rostec, mengumumkan Jumat bahwa kesepakatan dengan Aljazair telah ditandatangani dengan pengiriman akan dilakukan pada 2016-2017 termasuk pesawat yang diperuntkkan bagi Departemen Pertahahan Rusia.
Su-30 diklasifikasikan sebagai generasi 4 + tempur, dan merupakan turunan dari Su-27. Harga kontrak Aljazair tidak diungkapkan, tetapi dilaporkan harga untuk satu jet tempur Su-30MKI mencapai sekitar US$ 30 juta. MKI merupakan varian ekspor Su-30, dan lebih dari 200 pesawat dalam pelayanan dengan Angkatan Udara India. Aljazair sendiri sudah memiliki 44 armada pesawat ini.
Wakil Menteri Pertahanan untuk Pengadaan Yury Borisov mengatakan Selasa bahwa delapan pesawat yang dibeli untuk Angkatan Laut Rusia, yang mengoperasikan Su-30 sebagai pesawat tempur maritim dari Krimea. Rencananya lebih dari 75 Su-30 akan dibeli untuk Angkatan Laut.
Irkut adalah satu dari tiga produsen pesawat terbesar di Rusia, yang meliputi MiG dan Sukhoi. Ketiganya dimiliki oleh United Aircraft Corporation, sebuah perusahaan penerbangan milik negara Rusia besar memegang.
Irkut juga dalam tahap akhir menyelesaikan pengiriman bawah kontrak 2011 dengan Kementerian Pertahanan Rusia untuk memberikan 60 jet tempur Su-30SM


Sumber : JEJAKTAPAK

Read more »

Form Kritik & Saran

Nama

Email *

Pesan *