Rapat Kabinet Presiden Jokowi |
Jakarta – Pemerintah dan DPR sepakat menetapkan
defisit dalam APBNP 2015 sebesar Rp 222,5 triliun atau sekitar 1,90
persen terhadap PDB. Untuk menutup defisit anggaran tahun ini,
pemerintahan Jokowi-JK masih mengandalkan pinjaman atau utang.
Kondisi ini bertolak belakang dengan janji Jokowi-JK di masa kampanye
pemilihan presiden tahun lalu, di mana pasangan ini berjanji menyetop
utang luar negeri. Namun kenyataannya, tahun ini pemerintah mencari
utang Rp 280,9 triliun.
Wakil Ketua I Banggar DPR Said Abdullah menuturkan, utang asing
maupun dalam negeri masih menjadi instrumen utama pembiayaan anggaran
pemerintahan kabinet kerja Jokowi-JK.
Pinjaman luar negeri (bruto) tahun ini Rp 48 triliun. Terdiri dari
pinjaman program sebesar Rp 7 triliun, pinjaman proyek Rp 41 triliun.
Tahun ini juga pemerintah membayar cicilan utang luar negeri sebesar Rp
64 triliun dan penerusan pinjaman ke BUMN atau pemda Rp 4,4 triliun.
“Untuk pinjaman proyek pemerintah pusat Rp 36 triliun dan pinjaman
kementerian negara/lembaga sebesar Rp 33 triliun,” kata Said di Jakarta,
Jumat (13/2).
Dari pinjaman proyek kepada kementerian negara/lembaga,
Kementerian Pertahanan mendapat paling banyak. Kementerian yang dipimpin
Ryamizar Ryacudu kecipratan anggaran dari utang sebesar Rp 13 triliun.
Selain dari luar negeri, pemerintahan Jokowi-JK juga mencari utang
dalam negeri yang tahun ini ditetapkan hanya sebesar Rp 2 triliun. Tahun
ini juga pemerintah membayar cicilan utang dalam negeri sebesar Rp
309,4 miliar. (Merdeka.com).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar