Tarakan – Setelah sembilan hari melakukan patroli
udara di wilayah Provinsi Kalimantan Utara, pilot Sukhoi 27 dan 30 dari
Skudron 11 Lanud Sultan Hasanuddin Makassar, Selasa (17/2/2015) pukul
10.00 Wita menangkap adanya sinyal wahana asing seperti UV atau pesawat
tanpa awak akan masuk wilayah Indonesia, tepatnya di wilayah perbatasan
Ambalat.
Siang itu, dua pesawat buatan Rusia yang diawaki pilot Komandan
Skuadron 11 Lanud Sultan Hasanuddin Makassar, Letkol Penerbang David
Tamboto dan dua pilot Sukhoi take off dari Bandara Juwata Tarakan
melakukan operasi patroli udara “Sandi Perisai Sakti 2015″.
Beberapa menit berpatroli di udara dengan melakukan beberapa manuver,
pilot David mendapatkan informasi dari Satuan Radar (Satrada) Tarakan,
bahwa dari layar Satradar tertangkap adanya sinyal wahana asing yang
masuk di perbatasan Ambalat.
Mendapatkan informasi, dua pesawat Sukhoi langsung meluncur selama 5
menit ke wilayah perbatasan Ambalat. Sampai di lokasi yang dituju, pilot
Sukhoi tidak menemukan wahana asing yang berasal dari negara tetangga
sekitar.
“Sampai di sana, kami tidak menemukan wahana asing tersebut. Ternyata
wahana asing seperti UV atau pesawat tanpa awak ini langsung
menghilang,” ucap David ketika tiba di Bandara Juwata Tarakan usai
melakukan patroli di udara Kaltara.
David mengaku, sejak (9/2/2015) kemarin mendapatkan tugas melakukan
patroli di wilayah Kaltara, pihaknya beberapa kali mendapatkan sinyal
ada wahana asing yang berasal dari negara tetangga sekitar yang ingin
mendekati atau memasuki wilayah perbatasan Ambalat.
“Namun setiap kami melakukan patroli di udara, wahana asing dari negara-negara tetangga hanya mendekat ke wilayah perbatasan, belum masuk wilayah Indonesia,” ujarnya, namun enggan memberitahukan wahana asing berupa UV tersebut dari negara mana.
“Namun setiap kami melakukan patroli di udara, wahana asing dari negara-negara tetangga hanya mendekat ke wilayah perbatasan, belum masuk wilayah Indonesia,” ujarnya, namun enggan memberitahukan wahana asing berupa UV tersebut dari negara mana.
David mengaku tidak mengetahui secara pasti sampai kapan patroli di
wilayah Kaltara. Pihaknya hanya menunggu perintah dari atasan saja.
“Kami tidak tahu sampai kapan patroli ini terus dilakukan. Dari awal
kami di sini sesuai perintah atasan melakukan patroli di wilayah
Kaltara. Jadi kami hanya tunggu perintah atasan,” tuturnya.
Beda halnya yang dikatakan Danlanud Tarakan Letkol Penerbang Tiopan
Hutapea. Menurut Tiopan, sejak dari Januari lalu banyak pelanggaran
wilayah udara di Kaltara yang dilakukan oleh negara-negara tetangga.
“Sudah ada beberapa kali terjadi pelanggaran udara yang dilakukan negara-negara tetangga sekitar. Mereka ini masuk di wilayah Kaltara, tepatnya di perbatasan Ambalat tanpa izin. Ini dapat dilihat dari monitor Satradar Tarakan, apalagi kami memiliki file dan bukti rekamannya,” ungkapnya.
“Sudah ada beberapa kali terjadi pelanggaran udara yang dilakukan negara-negara tetangga sekitar. Mereka ini masuk di wilayah Kaltara, tepatnya di perbatasan Ambalat tanpa izin. Ini dapat dilihat dari monitor Satradar Tarakan, apalagi kami memiliki file dan bukti rekamannya,” ungkapnya.
Saat ditanya berapa jumlah pastinya pelanggaran udara termasuk negara
yang melakukan pelanggaran udara tersebut, Tiopan enggan
memberitahukan. “Adalah beberapa kali dari beberapa negara tetangga
sekitar,” katanya sambil tersenyum.
Tiopan mengaku, selama Sukhoi berpatroli di wilayah Kaltara, jumlah
pelanggaran udara, khususnya di perbatasan Ambalat menurun drastis atau
terjun bebas sampai angka O atau zero.
“Sesuai prosedur tentunya kami melakukan tahap pertama untuk
memperingatkan pesawat asing meninggalkan daerah perbatasan Indonesia.
Kalau sudah kami peringatkan mereka tidak mau pergi kami melakukan tahap
dua memaksa pesawat itu turun. Kalau tahap 1 dan 2 pesawat asing ini
tidak mau juga kami mau tidak mau langsung tembak,” tegasnya.(kaltim.tribunnews.com).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar