Pulau buatan yang dibangun Tiongkok di Laut Cina Selatan. businessweek.com |
Jakarta – Indonesia
diberitakan akan menggelar latihan militer reguler dengan Amerika
Serikat di dekat daerah yang jarang penduduknya di Kepulauan Natuna,
daerah yang berada dalam kawasan Laut Cina Selatan yang diklaim Cina dan
beberapa negara lainnya.
Sebelumnya, kedua negara telah mengadakan latihan militer bersama
selama akhir pekan di Batam, sekitar 300 mil (480 km) dari Natuna.
“Itu (latihan) adalah latihan gabungan kedua kami dengan Amerika
Serikat di daerah itu dan kami berencana melakukannya satu tahun ke
depan lagi. Kami ingin membuat latihan rutin di daerah itu,” kata
Manahan Simorangkir, juru bicara Angkatan Laut Indonesia, Senin, 13
April 2015.
Latihan militer tersebut melibatkan penggunaan pesawat pengawasan dan
patroli, seperti P-3 Orion yang dapat mendeteksi kapal di permukaan dan
kapal selam. “Latihan ini tidak bisa diselenggarakan langsung di Natuna
karena kurangnya fasilitas untuk menampung semua pesawat,” kata Manahan
menggambarkan situasi latihan pertama mereka.
Pekan lalu, Menteri Pertahanan Indonesia Ryamizard Ryacudu mengatakan
ia akan mengunjungi kepulauan Natuna pada Mei nanti. Di Kepulauan
Natuna berserak 157 pulau. Dari jumlah itu, sebagian besar pulau di
kepulauan itu yang berada di lepas pantai barat laut Kalimantan tidak
berpenghuni. Di sana Kementerian akan menyelesaikan rencana pengembangan
pangkalan militer yang kecil.
“Ada bandara di Natuna tetapi tidak memiliki banyak angkatan
bersenjata, hanya beberapa marinir,” kata Menteri Pertahanan. “Kami akan
menambah pasukan di sana mungkin udara, angkatan laut dan darat.”
Para pejabat Indonesia mengatakan latihan militer bersama dengan
Amerika Serikat dan militer yang direncanakan membangun pangkalan di
Natuna tidak dalam menanggapi ancaman tertentu.
“Sangat penting untuk diingat, Indonesia tidak terlibat dalam
sengketa di Laut China Selatan,” kata Simorangkir. “Kami tidak ingin
terlibat kejadian di Laut Cina Selatan dan berkomitmen untuk selalu
mengedepankan pendekatan diplomatik.”
Meskipun Indonesia bukan salah satu negara yang mengklaim daerah Laut
Cina Selatan, militer Indonesia telah menuduh Cina sengaja memasukkan
bagian dari Kepulauan Natuna dalam “Nine-Dash Line,” batas tidak jelas
yang digunakan pada peta Cina untuk mengklaim sekitar 90 persen dari
laut di daerah tersebut .
Presiden Joko Widodo bulan lalu mengatakan bahwa klaim utama Cina
untuk sebagian besar laut yang disengketakan tidak memiliki dasar hukum
dalam hukum internasional, tetapi Jakarta ingin tetap menjadi “penengah”
di salah satu sengketa teritorial yang paling tajam di Asia.(TEMPO.CO)
Indonesia Ingin Latihan Militer Rutin dengan AS di Natuna
Indonesia-AS gelar latihan militer kedua akhir pekan lalu.
Indonesia menginginkan latihan militer
rutin dengan Amerika Serikat (AS) dekat Natuna, wilayah di Laut China
Selatan yang dekat dengan teritori yang diklaim China, ungkap kantor
berita internasional.
Latihan militer gabungan AS-Indonesia telah digelar akhir pekan lalu
di Batam, sekitar 480 kilometer dari Natuna. “Itu latihan kedua dengan
AS,” kata Kepala Dinas Penerangan TNI Angkatan Laut, Laksamana Pertama
Manahan Simorangkir.
Dikutip Reuters, Senin, 13 April 2015, Manahan mengatakan
Indonesia ingin membuat latihan militer bersama AS, menjadi kegiatan
rutin, dengan rencana latihan berikutnya pada 2016.
Saat ini China terlibat dalam konflik maritim dengan beberapa negara
di Asia Tenggara, terkait dengan klaim mereka di Laut China Selatan,
digambarkan dengan sembilan garis terputus (nine-dash line).
Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu mengatakan pada Reuters pekan
lalu, dia akan mengunjungi Natuna pada Mei, untuk menuntaskan rencana
meningkatkan pangkalan militer.
“Telah ada bandara di Natuna, tapi tidak ada cukup pasukan, hanya
beberapa marinir. Kami akan menambah pasukan di sana, mungkin dari
angkatan udara, laut dan darat,” katanya.
Manahan mengatakan latihan militer dengan AS, serta penambahan
kekuatan di Natuna tidak ditujukan untuk merespon ancaman tertentu.
“Penting untuk diingat, Indonesia tidak terlibat sengketa apa pun di
Laut China Selatan,” katanya.
“Kami tidak menginginkan adanya insiden di Laut China Selatan, dan
berkomitmen pada pendekatan diplomatik yang selalu kami ambil,” ucap
Manahan.
Latihan militer yang digelar TNI AL dengan AS, melibatkan penggunaan
pesawat mata-mata seperti P-3 Orion, yang bisa mendeteksi kapal laut dan
kapal selam. (VIVA.co.id) jkgr
Tidak ada komentar:
Posting Komentar