Militer China akan mengadakan latihan tembak dengan peluru nyata di
dekat wilayah perbatasannya dengan Myanmar sebagai dampak dari
terjadinya pemberontakan etnis di Myanmar yang meluas ke China, demikian
dilaporkan Kantor Berita Xinhua, Senin 1 Juni 2015.
Xinhua, yang mengutip beberapa nara sumber militer yang tidak
disebutkan identitasnya, menyebutkan bahwa latihan tersebut akan dimulai
pada Selasa 2 Juni di provinsi Yunnan.
Namun, tidak ada penjelasan rinci lainnya mengenai latihan tersebut, seperti jenis senjata yang akan digunakan.
Laporan mengenai latihan itu muncul seiring dengan ketegangan yang
berkobar di daerah perbatasan Myanmar, yang sedang menangani
pemberontakan etnis di sebelah timur laut Myanmar, negara bagian Shan
Myanmar pada Februari telah menyatakan keadaan darurat di wilayah
Kokang.
Bulan lalu pihak berwajib setempat di wilayah barat daya China
mengatakan bahwa lima orang – satu warga China dan empat dari Myanmar –
terluka setelah dua alat peledak menghantam daerah tersebut.
Pada Maret, satu pesawat perang Myanmar menjatuhkan sebuah bom di
ladang tebu hingga menewaskan lima warga China dan melukai delapan orang
lainnya.
Kejadian itu membuat Pemerintah China marah dan merespon dengan
mengirimkan jet tempur untuk berpatroli di perbatasan, dan Perdana
Menteri Li Keqiang berjanji untuk melindungi warga negara (China)
“dengan tegas”.
Wilayah Kokang memiliki ikatan yang kuat dengan China, di mana
masyarakat setempat berbicara dengan dialek Tionghoa dan Yuan menjadi
mata uang yang umum dipakai.
Puluhan ribu warga wilayah Kokang telah menyeberangi perbatasan untuk
melarikan diri dari pertempuran. China merupakan pendukung utama junta
militer Myanmar ketika negara itu berada di bawah sanksi negara Barat.
Namun, Presiden Myanmar Thein Sein telah meningkatkan hubungan
negaranya dengan negara-negara lain, termasuk dengan Amerika Serikat,
sejak peluncuran reformasi politik pada 2011.
Sumber : Jejaktapak
Tidak ada komentar:
Posting Komentar