Tidak mudah untuk menyandang baret merah dan doreng aliran darah
Kopassus. Mereka harus melalui pelatihan super ketat dan berat untuk
bisa masuk ke salah satu pasukan khusus terbaik di dunia tersebut.
Bagaimana sebenarnya tahapan pelatihan seorang militer sebelum dia
dinyatakan lolos dan berhak meneriakkan “Komando!!”?
Ada beberapa tahapan yang harus dihadapi. Tahapan pertama pastilah
pendidikan dasar yaitu pemusatan pelatihan di Pusat Pendidikan Pelatihan
Khusus, Batujajar, Bandung. Di sini para calon prajurit komando dilatih
keterampilan dasar seperti menembak, taktik tempur, operasi raid,
perebutan cepat, serangan unit komando, navigasi darat dan berbagai
keterampilan lain.
Basis dan Survival
Selesai latihan basis, dilanjutkan dengan Tahap Hutan Gunung yang
diadakan di Citatah, Bandung. Di sini para calon prajurit komando
berlatih untuk menjadi pendaki serbu, penjejakan, anti penjejakan,
survival di tengah hutan.
Dalam Pelatihan Survival para calon Prajurit komando harus bisa hidup
di hutan dengan makanan alami yang tersedia di hutan. Dengan latihan
ini Para Prajurit Komando harus bisa membedakan tumbuhan yang beracun
dan dapat dimakan, dan juga mampu berburu binatang liar untuk
mempertahankan hidup.
Tahap latihan hutan gunung diakhiri dengan long march dari Situ
lembang ke Cilacap dengan membawa amunisi, tambang peluncur, senjata dan
perlengkapan perorangan.
Dalam bukunya yang berjudul Pramono Edhie Wibowo dan Cetak Biru
Indonesia ke Depan, Mantan Kepala Staf TNI AD Jenderal (Purn) Pramono
Edhie Wibowo membeberkan pengalamannya saat mengikuti latihan Komando
Kopassus.
Neraka di Cilacap
Setelah selesai pelatihan dasar dan hutan tahapan selanjutnya adalah
pelatihan di Cilacap. Inilah tahapan paling berat. Latihan tahap ketiga
yang disebut latihan Tahap Rawa Laut, calon prajurit komando
berinfliltrasi melalui rawa laut.
Di sini materi latihan meliputi navigasi laut, survival laut,
pelolosan, renang ponco dan pendaratan menggunakan perahu karet. Para
calon prajurit komando harus mampu berenang melintasi selat dari Cilacap
ke Nusakambangan.
“Latihan di Nusakambangan merupakan latihan tahap akhir, oleh karena
itu ada yang menyebutnya sebagai hell week atau minggu neraka. Yang
paling berat, materi latihan ‘pelolosan’ dan ‘kamp tawanan’,” kata
Pramono.
Dalam latihan itu para calon prajurit komando dilepas pagi hari tanpa
bekal, dan paling lambat pukul 10 malam sudah harus sampai di suatu
titik tertentu. selama “pelolosan” si calon harus menghindari segala
macam rintangan alam maupun tembakan dari musuh yang mengejar.
Dalam pelolosan itu, kalau siswa sampai tertangkap maka itu berarti
neraka baginya karena dia akan diinterogasi layaknya dalam perang. Para
pelatih yang berperan sebagai musuh akan menyiksa prajurit malang itu
untuk mendapatkan informasi.
Dalam kondisi seperti itu, si prajurit harus mampu mengatasi
penderitaan, tidak boleh membocorkan informasi yang dimilikinya. Untuk
siswa yang tidak tertangkap bukan berarti mereka lolos dari neraka. Pada
akhirnya, mereka pun harus kembali ke kamp untuk menjalani siksaan.
Selama tiga hari siswa menjalani latihan di kamp tawanan. dalam kamp
tawanan ini semua siswa akan menjalani siksaan fisik yang nyaris
mendekati daya tahan manusia.
“Dalam Konvensi Jenewa, tawanan perang dilarang disiksa, namun para
calon prajurit Komando itu dilatih untuk menghadapi hal terburuk di
medan operasi. Sehingga bila suatu saat seorang prajurit komando di
perlakukan tidak manusiawi oleh musuh yang melanggar konvensi Jenewa,
mereka sudah siap menghadapinya,” tulis Pramono Edhie.
Beratnya persyaratan untuk menjadi prajurit kopassus dapat dilihat
dari standar calon untuk bisa mengikuti pelatihan. nilai standar fisik
untuk prajurit nonkomando adalah 61, namun harus mengikuti tes prajurit
komando, nilainya minimal harus 70. Begitu juga kemampuan menembak dan
berenang nonstop sejauh 2000 meter.
“Hanya mereka yang memiliki mental baja yang mampu melalui pelatihan
komando. Peserta yang gagal akan dikembalikan ke kesatuan Awal untuk
kembali bertugas sebagai Prajurit biasa,” tutup mantan Danjen Kopassus
ini.
Sumber: Merdeka :Jejaktapak
Tidak ada komentar:
Posting Komentar