Denjaka TNI AL |
Tulisan ini didedikasikan kepada seluruh Pejuang NKRI warjag apapun forumnya selain JKGR .
Sengaja tulisan ini tidak saya edit agar tulisan terasa essensial.
Re-post artikel ini sekalian saya minta doa’nya kepada rekan rekan
Warjag sebelum saya resign dari pekerjaan saat ini dan memulai ke
perusahaan baru di minggu depan. Terlebih saya haturkan banyak terima
kasih kepada perusahaan saat ini yang memberi waktu serta tempat.
+ditanya sama bos, apa sih kelebihan formil -mu
-waduh banyak banget, saya tak bisa jelaskan satu persatu Pak Bos,
-waduh banyak banget, saya tak bisa jelaskan satu persatu Pak Bos,
+kalau kekurangannya,
-waah jujur banyak banget juga Pak
-waah jujur banyak banget juga Pak
+Kau ini jujur ya ,
-Siap pak, kalau tidak Jujur jelas saya tak kan bertahan lama di perusahaan ini pak (loyal)
-Siap pak, kalau tidak Jujur jelas saya tak kan bertahan lama di perusahaan ini pak (loyal)
Begitulah sedikit intermesso
Attention Please : Maloners,Singamanja, Sonotan
Mari kita simak cerita ini:
MENGENAL DENJAKA – DETASEMEN JALA MENGKARA TNI AL
Detasemen Jala Mangkara Atau dikenal dengan nama DENJAKA adalah
sebuah detasemen Khusus Marinir Angkatan Laut Tentara Nasional
Indonesia, Anggotanya merupakan Gabungan dari anggota Komando Pasukan
Katak (KOPASKA) dan Batalion Intai Amfibi (TAIFIB)nggota Denjaka dididik
di Bumi Marinir Cilandak dan harus menyelesaikan suatu pendidikan yang
disebut PTAL (Penanggulangan Teror Aspek Laut).
Lama pendidikan ini adalah 6 bulan. Intinya Denjaka memang
dikhususkan untuk satuan anti teror walaupun mereka juga bisa
dioperasikan di mana saja terutama anti teror aspek laut. Denjaka
dibentuk berdasarkan instruksi Panglima TNI kepada Komandan Korps
Marinir No Isn.01/P/IV/1984 tanggal 13 November 1984. Denjaka memiliki
tugas pokok membina kemampuan antiteror dan antisabotase di laut dan di
daerah pantai serta kemampuan klandestin aspek laut.
Pada tahap pertama, direkrut 70 personel dari Batalyon Intai Amfibi
(Taifib) dan Komando Pasukan Katak (Kopaska). Komando dan pengendalian
pembinaan di bawah Panglima Armada Barat dengan asistensi Komandan Korps
Marinir. KSAL bertindak selaku pengendali operasional. Markas
ditetapkan di Mako Armabar Komando Armada RI Kawasan Barat atau
disingkat Koarmabar adalah salah satu Komando Utama TNI Angkatan Laut.
Komando ini bermarkas besar di Jl Gunung Sahari 67 Jakarta
Pusat,Jakarta.
Segala aktifitas Denjaka bersifat rahasia dan sangat jarang
dipublikasikan. Sebagai unsur pelaksana, prajurit Denjaka dituntut
memiliki kesiapan operasional, mobilitas, kecepatan, kerahasiaan, dan
pendadakan yang tertinggi. medan operasi yang berupa kapal-kapal,
instalasi lepas pantai dan daerah pantai. Disamping itu juga memiliki
keterampilan mendekati sasaran melalui laut, bawah laut dan vertikal
dari udara.
Mereka dikenal sangat tangguh di medan operasi sebagaimana para
“saudara” lainnya, pasukan khusus di matra darat dan udara. Kemampuan
Denjaka tak hanya dapat bertempur, tapi juga berperan sebagai satuan
intelijen tempur yang handal. Pendidikan hampir 9 bulan dihabiskan untuk
menciptakan pasukan Intai Amfibi yang handal, cepat dan rapih dalam
menyelesaikan suatu misi khusus.
Tak heran manuver dan gerakan personel Denjaka dalam operasi
klandestein membuat musuh kewalahan. Denjaka mampu bertempur di darat,
laut, udara dan bawah permukaaan air. Mereka juga memiliki skill yang
dimiliki pasukan Kopaska dan Linud (setingkat Parako) untuk menjalankan
misinya di TNI. Denjaka juga biasa di libatkan untuk pengamanan Presiden
(Paspampres).
PENANGKAPAN SUUD RUSLI ( Mantan Anggota Denjaka )
DEN JAKA merupakan pasukan khusus yang sangat mengerikan, kemampuan tempur mereka yang begitu handal, sehingga mereka bisa menjadi Mesin pembunuh yang sangat mengerikan, oleh itu TNI sangat menjaga pasukan ini, ada sebuah kisah mengenai salah satu personel dari pasukan DENJAKA yang terlibat Kriminal, Namanya SUUD RUSLI, merupakan perwira berpangkat Kopral Dua,Terpidana mati kasus pembunuhan Dirut PT Asaba, Budyharto Angsono, telah sering melarikan diri dari Rumah Tahanan Militer.
DEN JAKA merupakan pasukan khusus yang sangat mengerikan, kemampuan tempur mereka yang begitu handal, sehingga mereka bisa menjadi Mesin pembunuh yang sangat mengerikan, oleh itu TNI sangat menjaga pasukan ini, ada sebuah kisah mengenai salah satu personel dari pasukan DENJAKA yang terlibat Kriminal, Namanya SUUD RUSLI, merupakan perwira berpangkat Kopral Dua,Terpidana mati kasus pembunuhan Dirut PT Asaba, Budyharto Angsono, telah sering melarikan diri dari Rumah Tahanan Militer.
Bukan Hal mudah Memburu Kopral SUUD RUSLI Untuk menangkap mantan
anggota Marinir itu, TNI-AL menerjunkan tim khusus.Rusli melarikan diri
dengan cara memotong jeruji sel tahanan pakai gergaji besi. ”Dia
meloloskan diri dengan cara memanjat dinding sel memakai sambungan
sarung-sarung di mushala rumah tahanan itu, lalu menuruni dinding sel
dengan tali dari sarung tersebut,” Dengan kemampuan khusus yang dimiliki
sebagai anggota pasukan khusus, Suud Rusli mampu meloloskan diri dari
Rumah Tahanan Militer Cibinong. Padahal, selama berada di rumah tahanan
tersebut, kedua kaki Suud dirantai.
Suud berhasil melepaskan ikatan rantai dari kedua kakinya lantas
menggergaji jeruji besi di kamar tahanannya. Selanjutnya, Suud melompat
pagar rumah tahanan tersebut untuk melarikan diri.Saat ditangkap di
Malang, Suud sempat dihadiahi tembakan oleh petugas yang memburunya,
karena berusaha meloloskan diri.
KOMANDAN Tim Pomal Lantamal III, Letkol Laut (PM) Ananta pada Jumat
dinihari tanggal 17 Agustus 2007, memimpin penyergapan beranggotakan
empat orang yaitu Lettu Laut (PM) Dodi Prionggo, SH; Pelda Pom Eko Budi
S, Kopda Pom Iwan Setiawan, dan Kopda Pom Sunanto.
Saat pelaksanaan penyergapan tersebut, dua anggota Pomal yaitu Lettu
(PM) Dodi Prionggo, SH dan Kopda Pom Iwan Setiawan mendekat ke gubuk
dengan gerakan senyap, sementara Pelda Pom Eko Budi S dan Kopda Pom
Sunanto tetap di posisi masing-masing untuk melakukan perlindungan dan
mengantisipasi Syam melarikan diri. Kemudian Komandan Tim mendobrak
pintu gubuk sambil berteriak …jangan bergerak…!, dan menerobos ke dalam
gubuk dengan pistol yang diarahkan ke Syam sambil menyalakan lampu
senter ke wajah Syam. Namun diluar dugaan, dalam waktu singkat, Syam
mengambil senjata dan menembak beberapa kali ke arah Komandan Tim yang
mengenai tubuhnya. Atas tembakan tersebut, Komandan Tim melakukan
tembakan balasan secara beruntun ke arah Syam, akibatnya Syam
tersungkur.
Sementara itu, Lettu Laut (PM) Dodi dan Kopda Pom Iwan segera
mendekat memberikan bantuan dengan melakukan penembakan ke arah posisi
Syam, namun Syam masih sempat memberikan tembakan ke arah pintu gubuk
yang mengenai Lettu Laut (PM) Dodi dan Kopda Pom Iwan. Aksi tembak
menembak tersebut berlangsung selama kurang lebih 15 menit. Menyadari
bahwa dirinya dan anggotanya terkena tembakan, Komandan Tim
memerintahkan anggotanya untuk menjauh dari gubuk sementara dua anggota
lainnya tetap berjaga-jaga di posisi masing-masing.
Oleh karena rasa kuatir akan keselamatan kedua anak buahnya akibat
luka yang dideritanya, maka Komandan Tim melapor kepada Komandan Pomal
Lantamal III untuk mendapatkan arahan.
Komandan Pomal Lantamal III selanjutnya melapor kepada Wadan Puspomal
yang selanjutnya segera meluncur ke TKP dan Tim Pomal selanjutnya
menghubungi Polres Pandeglang dan Reskrim Polda Metro Jaya melalui
telepon untuk meminta bantuan evakuasi anggotanya ke RS Pandeglang.
Setelah mendapatkan informasi tersebut, Tim Reskim Polda Pandeglang
dipimpin AKP Yusup Rahmanto meluncur ke TKP bergabung dengan Tim Pomal,
selanjutnya Lettu Laut (PM) Dodi dan Kopda POM Iwan dievakuasi ke RS
Pandeglang untuk mendapatkan perawatan. Sementara itu, Dan Tim tetap
bertahan untuk memimpin proses penangkapan Syam. Atas saran Komandan Tim
Polres dengan mempertimbangkan luka yang dideritanya, akhirnya Komandan
Tim Pomal juga dievakuasi ke RSU Serang bersama kedua anggotanya yang
selanjutnya dilarikan ke RSAL Mintohardjo dengan menggunakan ambulans
dari Diskes Lantamal III dan Lanal Banten.
PENGEPUNGAN terhadap Syam dilanjutkan dengan kekuatan tambahan dari
Polres Pandeglang kemudian sekitar pukul 06.30 WIB setelah cuaca terang,
Tim Pomal yang tersisa dibantu Tim Polres Pandeglang setelah melalui
berbagai pertimbangan segera melakukan penyisiran atau pembersihan ke
gubuk dengan memberikan tembakan ke dalam gubuk dan tidak ada lagi
perlawanan dari Syam. Selanjutnya ditemukan Syam dalam posisi tergeletak
di dekat tempat tidur dan sudah dalam keadaan tidak bernyawa lagi. Tim
Pomal dan Tim Polres segera melakukan identifikasi dan olah TKP yang
selanjutnya membawa jenazah Syam ke RSU Pandeglang untuk divisum dan
membawa seluruh barang-barang milik Syam ke Polres Pandeglang.
Kemudian pada hari yang sama pukul 10.30 WIB jenazah Syam dibawa ke
RSAL Dr Mintohardjo Jakarta dan pada pukul 12.00 WIB jenazah tiba di
RSAL Dr Mintohardjo untuk selanjutnya dilakukan perawatan jenazah. Pada
pukul 16.00 WIB jenazah selanjutnya diserahkan Wadan Puspomal kepada
pihak keluarga yang diwakili oleh Lukas, adik kandung dari Syam.
Kemudian dengan menggunakan ambulans RSAL Dr Mintohadjo dan pengawalan
dari petugas Pomal jenazah Syam diberangkatkan ke kediaman orang tuanya
di Desa Sukabakti, Curug, Tangerang, Banten untuk dimakamkan. Seluruh
biaya perawatan jenazah ditanggung oleh Pomal. Disamping itu, pihak
Pomal juga memberikan bantuan uang duka.
Akibat dari operasi penyergapan Syam, terdapat korban luka tembak
yaitu Letkol Laut (PM) Ananta yang mengalami luka tembak di dada sebelah
kiri, kemudian Lettu Laut (PM) Dodi Prionggo mengalami luka tembak di
bagian perut tembus hingga belakang, kecuali Kopda POM Iwan yang
mengalami luka tembak di lengan sebelah kanan dan proyektilnya masih
bersarang, pada malam harinya proyektilnya sudah dapat dikeluarkan, Pada
tubuh Syam didapati lima tembakan yaitu satu tembakan di dada di perut
yang tembus ke belakang, satu di sekitar kemaluan dan juga di kaki
sebelah kanan dan kiri masing-masing satu tembakan.
Selain memberikan keterangan pers kepada wartawan, pihak TNI AL juga
memperlihatkan sejumlah barang-barang milik tersangka Syam yang
dipergunakan selama pelariannya sebagai barang bukti, antara lain pistol
jenis FN beserta 13 peluru dan selonsong 20 butir, satu set senjata
tajam, satu kapak, satu gergaji, satu set perlengkapan lapangan, satu
buah sepeda motor, satu buah sepeda gunung, dua pasang sepatu renang,
satu baju PDL loreng TNI, dan beberapa peralatan militer lainnya.
REKRUTMEN
Tidak heran, di antara ratusan prajurit yang mengikuti seleksi
pendidikan Denjaka, hanya sekitar 50 an orang yang diterima. Mereka akan
dilatih keras di kawah candradimuka di Situbondo. Tahun-tahun
sebelumnya, sering hanya belasan prajurit yang memenuhi syarat. Mereka
yang tak lulus dikembalikan ke kesatuannya semula. Setelah masuk tahap
seleksi ke II, Tidak semua yang mengikuti pendidikan tersebut lolos.
beberapa di antara mereka dimungkinkan akan dikembalikan ke kesatuannya
karena tidak mampu mengikuti pendidikan
Selain fisik prima, calon Denjaka juga dituntut memiliki IQ tinggi.
Sebab, pasukan elite yang sering digunakan untuk penyusupan di daerah
operasi itu harus mampu menghadapi berbagai masalah, baik secara
individu maupun kelompok.
Selama menjalani pendidikan. Teori di kelas hanya 20 persen.
Selebihnya di lapangan, seperti hutan, laut, bahkan udara. Mereka harus
mempunyai kemampuan terbaik di darat, laut, dan udara. Mereka dituntut
mampu melaksanakan tugas rahasia secara sempurna. Untuk mencapai semua
itu, diperlukan pendidikan yang sangat keras dan ketat. Mereka harus
mampu menyusup dengan terjun payung, bergerak lincah di laut dengan daya
tahan tinggi, serta survive di darat.
Mereka ditempah di tengah ombak ganas di Laut Banyuwangi, yang
biasanya menghanyutkan perahu nelayan. Dengan tangan dan kaki diikat,
para prajurit tersebut dibuang ke laut ganas itu. Mereka harus mampu
bertahan sekaligus menyelamatkan diri.“Latihan mereka cukup berat. Kaki
dan tangan diikat pun bisa hidup.
Kenapa sampai demikian? Bila sewaktu-waktu prajurit trimedia
(menguasai medan darat, laut, dan udara) itu dibuang ke laut dalam
keadaan tangan dan kaki terikat oleh musuh, mereka akan mampu
menyelamatkan diri. Setelah melawan ombak besar di laut, mereka juga
dituntut bertahan hidup di hutan tanpa perbekalan sedikit pun. Untuk
menguji daya tahannya itu, para prajurit terpilih tersebut dilepas di
tengah hutan dengan hanya bermodalkan garam. Air minum pun tidak
diperkenankan dibawa. Selebihnya, cari sendiri di hutan. Latihan itu
dilakukan di Alas Purwo.Di sana, mereka dilepas untuk melatih ketahanan
fisik dan kemampuan per orangan.
Di tengah hutan, mereka harus bertahan berhari-hari. Mereka tak
jarang hanya makan binatang buas, seperti ular. Bila mampu menangkap
monyet, hewan itu pulalah yang disantap. Selama tiga hari tiga malam,
mereka tidur di tengah hutan rimba tersebut. Kadang-kadang, juga lebih.
Itu semua belum cukup. Soal pukul-memukul oleh instruktur untuk
melatih mental bukanlah hal aneh di kalangan mereka. Mereka benar-benar
harus siap mental dan fisik. Begitu kerasnya, tidaklah heran kalau di
awal pendidikan itu, ada yang mengundurkan diri.
Untuk latihan udara, mereka bukan lagi dilatih terjun tempur seperti prajurit biasa. Kalau terjun tempur, begitu keluar dari pintu pesawat, payung sudah terbuka. Tapi, Denjaka dilatih terjun bebas. Yang menarik, terjun bebas itu tidak saja dilakukan siang, tapi juga tengah malam. Dengan begitu, bila sewaktu-waktu masuk ke sasaran musuh, mereka tidak harus lewat darat atau laut yang mudah dideteksi lawan. ParaDenjaka juga bisa diturunkan dari pesawat dengan ketinggian yang sulit terdeteksi musuh.
Untuk latihan udara, mereka bukan lagi dilatih terjun tempur seperti prajurit biasa. Kalau terjun tempur, begitu keluar dari pintu pesawat, payung sudah terbuka. Tapi, Denjaka dilatih terjun bebas. Yang menarik, terjun bebas itu tidak saja dilakukan siang, tapi juga tengah malam. Dengan begitu, bila sewaktu-waktu masuk ke sasaran musuh, mereka tidak harus lewat darat atau laut yang mudah dideteksi lawan. ParaDenjaka juga bisa diturunkan dari pesawat dengan ketinggian yang sulit terdeteksi musuh.
Untuk menghindari pendeteksian musuh, mereka harus piawai menyelam.
Dengan menggunakan kompas, sambil menghitung derajat daerah sasaran,
para Denjaka harus bisa muncul di titik yang tepat. Itu baru tahap
latihan. Bila pelantikan atau dikenal dengan pembaretan, mereka harus
jalan kaki siang malam. Itu sering dilakukan Banyuwangi-Surabaya. Mereka
dilepas di Banyuwangi dan diperintahkan kumpul di Surabaya dalam waktu
yang ditentukan. Bila naik kendaraan dan ketahuan instruktur, hukuman
berat bakal dirasakan. Baretnya pun bakal tak hinggap di kepala.
Sumber : JKGR
Tidak ada komentar:
Posting Komentar