ilustrasi: Hydra Midget Submarine |
Surabaya – Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi
(BPPT) dipercaya untuk memperkuat alat utama sistem pertahanan
(alutsista) TNI Angkatan Laut (AL) dengan mendesain kapal cepat rudal,
patroli dan teknologi pertahanan lainnya.
Untuk itulah BPPT bersama TNI AL kembali memperpanjang kerja sama
yang dituangkan dalam penandatanganan piagam kesepakatan bersama BPPT
dan TNI AL di UPT Balai Pengkajian dan Penerapan Hidrodinamika
(BPPH-BPPT) di kompleks Kampus Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Surabaya, Selasa (12/5).
Kepala BPPT Unggul Priyanto mengatakan piagam kesepakatan bersama ini
merupakan payung hukum kerja sama BPPT dan TNI AL yang telah terjalin
baik selama ini.
“Dengan pembaharuan ini diharapkan dapat meningkatkan efektivitas dan
produktivitas program kerja sama pada masa mendatang,” katanya.
Unggul menjelaskan beberapa kerja sama dengan TNI AL serta pihak lain
yang telah terjalin antara lain rancang bangun dan rekayasa kapal rawa
(swamp boat), rancang bangun dan rekayasa battery kapal selam, desain
kapal selam mini dan pengujian rekayasa alat peralatan pertahanan dan
keamanan matra laut.
Terkait alutsista yang mendesak segera diproduksi adalah kapal cepat
rudal 60 meter dan 28 meter untuk kebutuhan patroli. BPPT dipercaya
untuk mendukung pengembangan alutsista karena BPPT satu-satu lembaga
riset dan pengembangan di Indonesia yang bergerak dalam teknologi
pertahanan.
Di samping itu BPPT juga memiliki BPPH dengan alat paling lengkap
seAsia Tenggara yang dibangun atas jasa BJ Habibie. Di balai tersebut
dapat dilakukan simulasi gelombang untuk mengetahui perlu atau tidaknya
revisi desain.
“Desain terkait kerja sama dimulai tahun ini. Anggaran kita untuk
hankam Rp 5 miliar. Jika ada APBN perubahan bisa kita tambahkan,” ucap
Unggul.
Sejalan dengan itu, selama empat tahun ke depan, Bappenas menjanjikan
kuncuran anggaran Rp 1 triliun kepada BPPT untuk meningkatkan kemampuan
desain kapal cepat, rudal, kapal selam, pesawat tanpa awak (drone),
medium tank dan propelan untuk pengisian peluru.
“Alutsista dapat porsi anggaran besar. TNI AL ingin banyak pakai
alutsista dari industri dalam negeri untuk menghindari ketergantungan,”
ujarnya.
Kepala Staf TNI AL Laksamana TNI Ade Supandi mengungkapkan Indonesia
butuh alutsista yang dipenuhi industri pertahanan dalam negeri, termasuk
universitas dan badan litbang.
Ia memandang teknologi yang dibuat BPPT ini untuk mengembangkan
industri perkapalan. Desain dites jika sudah sesuai kebutuhan maka akan
masuk galangan kapal yang memproduksi kapal.
“Desain dengan kenyataan harus benar jika betul merupakan hasil
inovasi. Kemudian dipakai untuk bangun kapal kapal sejenis, karena kita
butuh standarisasi,” ucapnya.
Sejauh ini lanjutnya, desain teknologi pertahanan BPPT ada yang sudah
dibuat oleh PT PAL. “Kita kerja sama untuk optimalkan bukan hanya kapal
tapi rudal, kapal selam nantinya juga industri komponen,” tuturnya.
Ia memandang alutsista dan teknologi pertahanan sangat perlu didukung
tingkat kandungan dalam negeri. Dengan membuat sendiri akan mempermudah
kebutuhan, tidak perlu membeli ke luar negeri. Indonesia pun mandiri
dalam alutsista.
BeritaSatu.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar