© AP Photo/ Bullit Marquez |
Di tengah meningkatnya ketegangan di Laut Cina Selatan yang
disengketakan itu, serangkaian latihan militer yang provokatif terjadi
antara Filipina dan Jepang. Jepang mengambil peran, meskipun faktanya
Jepang tidak memiliki klaim resmi di wilayah tersebut.
Sebagai bagian dari latihan bersama pertama angkatan laut mereka, dua
kapal perusak Jepang berpartisipasi dalam latihan keselamatan maritim
dengan kapal perang Filipina. Latihan terjadi di lepas pantai Manila, di
perairan Laut Cina Selatan.
Latihan bertepatan dengan rencana Jepang untuk mengkoordinasikan
operasi pencarian dan penyelamatan penjaga pantai dengan Vietnam pekan
ini.
Laut Cina Selatan merupakan daerah diperebutkan. China klaim sekitar
90% dari daerah itu adalah wilayah mereka. Namun klaim itu dibantah oleh
Vietnam, Taiwan, Filipina, Brunei dan Malaysia.
Jepang tidak memiliki klaim teritorial resmi di laut ini, tapi
Perdana Menteri Shinzo Abe menunjukkan sikap bangsanya untuk memastikan
perjalanan gratis melalui wilayah tersebut. Hampir USD 5 triliun
perdagangan Jepang melewati Laut Cina Selatan setiap tahun.
Latihan bisa dimaksudkan sebagai sinyal yang jelas ke Beijing.
“Tapi dalam skala rendah, tapi bisa dimengerti, cara itu mengirimkan
pesan kepada pemimpin China bahwa ‘Jika Anda menggunakan kekuatan untuk
memperluas lingkup pengaruh Anda, ada batas yang dapat Anda lakukan, dan
negara-negara lain di kawasan itu siap untuk menghentikannya”, ujar
“Narushige Michishita, dari Pakar studi Kebijakan dari National Graduate
Institute Tokyo, kepada Reuters.
Tumbuhnya pengaruh China itu, mengacu kepada konstruksi yang
dilakukan China atas pulau-pulau buatan di Spratly. Amerika Serikat dan
sekutu-sekutunya telah menyebut proyek-proyek pulau reklamasi itu
ilegal, namun Beijing mempertahankannya dan mengatakan memiliki hak
untuk membangun di dalam wilayahnya sendiri.
Seorang “yang terluka” diterbangkan oleh helikopter saat latihan maritim Filipina dan Jepang Coast Guards di Manila Bay. © AP PHOTO / BULLIT MARQUEZ |
Di tengah kritik terhadap pembangunan pulau oleh China, baik Vietnam
dan Filipina juga terlibat dalam proyek reklamasi yang kontroversial di
Laut China Selatan.
Sebagai respon atas latihan-latihan terbaru ini, China meminta semua pihak untuk tenang.
“Kami berharap negara-negara lain menghormati upaya yang dilakukan
oleh negara-negara di kawasan itu untuk menjaga perdamaian dan
stabilitas, dan menahan diri dari ketegangan atau merugikan keamanan
nasional dan rasa saling percaya,” kata juru bicara Kementerian Luar
Negeri China Hua Chunying.
Imbauan China itu diabaikan saat ini. Ini merupakan latihan militer
seri terbaru dari Jepang dan Filipina. Bulan lalu, Filipina mengadakan
latihan militer bersaama AS. Sementara latihan perang besar besaran
merupakan acara tahunan, yang mana latihan tahun ini melibatkan personil
dua kali lipat, dengan hampir 12.000 tentara yang berpartisipasi.
Bulan lalu, Tokyo juga mengumumkan kemungkinan bergabung dengan AS
untuk berpatroli di Laut Cina Selatan. Pentagon mulai menerbangkan
pesawat mata-mata paling canggih, P-8A Poseidon, dari Filipina untuk
memonitor kawasan itu, dan Jepang bisa menggabungkan patroli udara
sendiri.
“Kami harus menunjukkan pada China, bahwa mereka bukan pemilik laut
ini”, kata seorang pejabat pertahanan Jepang yang anonim kepada Reuters.
Tokyo juga sekarang di bawah kontrak untuk membangun sepuluh kapal penjaga pantai untuk Filipina.
sputniknews.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar