J-20 |
China kemungkinan akan menjadi satu-satunya pesaing ketat Amerika selama 50 tahun ke depan dalam hal pembangunan kekuatan udara.
Seperti semua perang konvensional modern, kekuatan udara dan
superioritas udara akan memainkan peran kunci. Untuk Amerika Serikat,
pesawat siluman F-22 Raptor akan menjadi senjata utama Amerika untuk
memastikan dominasi di langit sampai nanti muncul penggantinya yang
datang dari program FX yang tengah disusun Angkatan Udara AS.
Analog China yang paling langsung dari Raptor adalah Chengdu J-20.
Bagaimana jika kedua pesawat ini kemudian bertemu dan pertempur di
udara?
Tidak banyak yang diketahui dari jet tempur China ini kecuali yang
tampak secara kasat mata. Tetapi banyak analisa pesawat ini
dirancangkhusus untuk menyerang kekuatan Amerika yang ditemptakan di
Pasifik Bcara sebagai bagian dari anti-akses / daerah strategi
anti-access/area denial (A2/AD).
Jet tempur ini kemungkinan akan dioptimalkan untuk memukul aset
dukungan seperti kapal tanker, AWACS, JSTARS atau bahkan membawa rudal
jelajah jarak jauh untuk menyerang pangkalan militer AS dan kapal induk
yang tersebar di wilayah tersebut.
Secara strukur tubuh pesawat ini akan memiliki kemampuan siluman
dengan sejumlah desain identik dengan F-22 dan F-35. Sudah kerap
diberitakan China dituduh mencuri sejumlah data dari pesawat Amerika
yang kemungkinan dijadikan dasar pembangunan pesawat mereka.
Ada beberapa indikasi bahwa J-20 adalah pesawat yang spesialis
serangan darat tetapi juga memiliki kemampuan tinggi dalam pertempuran
udara ke udara. Seperti F-35, prototip terbaru dari J-20 muncul dengan
sistem penargetan elektro-optik yang dipasang di bawah hidung. Sensor
yang dibuat oleh A-Star Science and Technology’s EOTS-89 electro-optical
targeting system (EOTS). Sebuah dedicated pesawat tempur superioritas
udara tidak perlu semacam sensor.
Dave Majumdar dalam artikelnya di National Interest Jumat 11
September 2015, ada juga indikasi bahwa jet China ii akan membawa radar
active electronically scanned array (AESA). Diduga, J-20 akan dilengkapi
dengan radar Type 1475, yang diduga sedang diuji. Namun semua itu belum
ada yang terkonfirmasi mengingat China memang sangat tertutup dalam hal
teknologi perangnya.
Bukti paling menarik yang menunjukkan J-20 dioptimalkan untuk peran
serang adalah kenyataan bahwa badan pesawat sangat besar namun memiliki
sayap yang relatif kecil dan sepertinya memiliki teluk senjata besar.
Konfigurasi seperti ini tidak cocok untuk mengambil peran superiotias
udara.
China juga mendapatkan maslah dalam hal mesin yang belum tangguh.
China belum mampu membuat mesin yang kuat. Tapi pesawat yang difokuskan
untuk serangan darat memang tidak perlu memiliki mesin dengan daya
dorong yang spektakuler hinggamesin Saturn AL-31F buatan Rusia mungkin
sudah memadai.
Ada juga argumen kuat bahwa pesawat tempur jarak pendek taktis
seperti F-22 dan F-35 tidak akan cocok untuk operasi di area Pasifik
Barat yang luas dan minim pangkalan. Kendala geografis ini juga menjadi
kendala bagi China. Itu berarti bahwa jet seperti F-22 dan F-35
memerlukan tanker untuk mendukung mereka yang terbang pada jarak yang
sangat jauh.
Cara yang paling logis untuk China mengatasi kekuatan udara Amerika
dan sekutu adalah tidak menghadapi kekuatan ini secara head to head
tetapi menghilangkan kekuatan Amerika untuk perang. Hal itu berarti
mereka harus menjadikan pangkalan militer, kapal tanker, sistem
komunikasi sebagai sassaran utama Jadi dalam arti itu, J-20 bisa menjadi
sarana China untuk membangun superioritas udara jika dilihat dari
kacamat tersebut. Artinya J-20 bisa unggul atas F-22 tetapi tidak dengan
berhadapan satu lawan satu. Tetapi jika bertemu di udara, maka F-22
akan bisa mengendalikan permainan dan memukul jatuh J-20.
Sumber : Jejaktapak
Tidak ada komentar:
Posting Komentar