Pages

Pages

Pages

Sabtu, 12 September 2015

F-22 Raptor vs J-20, Menang Siapa?


J-20
J-20

China kemungkinan akan menjadi satu-satunya pesaing ketat Amerika selama 50 tahun ke depan dalam hal pembangunan kekuatan udara.
Seperti semua perang konvensional modern, kekuatan udara dan superioritas udara akan memainkan peran kunci. Untuk Amerika Serikat, pesawat siluman F-22 Raptor akan menjadi senjata utama Amerika untuk memastikan dominasi di langit sampai nanti muncul penggantinya yang datang dari program FX yang tengah disusun Angkatan Udara AS.
Analog China yang paling langsung dari Raptor adalah Chengdu J-20. Bagaimana jika kedua pesawat ini kemudian bertemu dan pertempur di udara?
Tidak banyak yang diketahui dari jet tempur China ini kecuali yang tampak secara kasat mata. Tetapi banyak analisa pesawat ini dirancangkhusus untuk menyerang kekuatan Amerika yang ditemptakan di Pasifik Bcara sebagai bagian dari anti-akses / daerah strategi anti-access/area denial (A2/AD).
Jet tempur ini kemungkinan akan dioptimalkan untuk memukul aset dukungan seperti kapal tanker, AWACS, JSTARS atau bahkan membawa rudal jelajah jarak jauh untuk menyerang pangkalan militer AS dan kapal induk yang tersebar di wilayah tersebut.
Secara strukur tubuh pesawat ini akan memiliki kemampuan siluman dengan sejumlah desain identik dengan F-22 dan F-35. Sudah kerap diberitakan China dituduh mencuri sejumlah data dari pesawat Amerika yang kemungkinan dijadikan dasar pembangunan pesawat mereka.
Ada beberapa indikasi bahwa J-20 adalah pesawat yang spesialis serangan darat tetapi juga memiliki kemampuan tinggi dalam pertempuran udara ke udara. Seperti F-35, prototip terbaru dari J-20 muncul dengan sistem penargetan elektro-optik yang dipasang di bawah hidung. Sensor yang dibuat oleh A-Star Science and Technology’s EOTS-89 electro-optical targeting system (EOTS).   Sebuah dedicated pesawat tempur superioritas udara tidak perlu semacam sensor.
Dave Majumdar dalam artikelnya di National Interest Jumat 11 September 2015, ada juga indikasi bahwa jet China ii akan membawa radar active electronically scanned array (AESA). Diduga, J-20 akan dilengkapi dengan radar Type 1475, yang diduga sedang diuji. Namun semua itu belum ada yang terkonfirmasi mengingat China memang sangat tertutup dalam hal teknologi perangnya.
Bukti paling menarik yang menunjukkan J-20 dioptimalkan untuk peran serang adalah kenyataan bahwa badan pesawat sangat besar namun memiliki sayap yang relatif kecil dan sepertinya memiliki teluk senjata besar. Konfigurasi seperti ini tidak cocok untuk mengambil peran superiotias udara.
China juga mendapatkan maslah dalam hal mesin  yang belum tangguh. China belum mampu membuat mesin yang kuat. Tapi pesawat yang difokuskan untuk serangan darat memang tidak perlu memiliki mesin dengan daya dorong yang spektakuler hinggamesin Saturn AL-31F buatan Rusia mungkin sudah memadai.
Ada juga argumen kuat bahwa pesawat tempur jarak pendek taktis seperti F-22 dan F-35 tidak akan cocok untuk operasi di area Pasifik Barat yang luas dan minim pangkalan. Kendala geografis ini juga menjadi kendala bagi China. Itu berarti bahwa jet seperti F-22 dan F-35 memerlukan tanker untuk mendukung mereka yang terbang pada jarak yang sangat jauh.
Cara yang paling logis untuk China mengatasi kekuatan udara Amerika dan sekutu adalah tidak menghadapi kekuatan ini secara head to head tetapi menghilangkan kekuatan Amerika untuk perang. Hal itu berarti mereka harus menjadikan pangkalan militer, kapal tanker, sistem komunikasi sebagai sassaran utama Jadi dalam arti itu, J-20 bisa menjadi sarana China untuk membangun superioritas udara jika dilihat dari kacamat tersebut. Artinya J-20 bisa unggul atas F-22 tetapi tidak dengan berhadapan satu lawan satu. Tetapi jika bertemu di udara, maka F-22 akan bisa mengendalikan permainan dan memukul jatuh J-20.


Sumber : Jejaktapak

Tidak ada komentar:

Posting Komentar