Ilustradi (CNN) |
Voice of Rusia melaporkan dengan mengutip sumber-sumber pers Rusia bahwa Kementerian Keuangan negara itu siap memberi lampu hijau terhadap rencana untuk secara radikal meningkatkan peran mata uang rubel Rusia dalam pelaksanaan ekspor sekaligus mengurangi pangsa transaksi dalam mata uang dolar. Sumber-sumber pemerintah percaya bahwa sektor perbankan Rusia "siap untuk menangani peningkatan jumlah transaksi rubel".
Menurut kantor berita Prime, pada 24 April 2014, pemerintah Rusia mengadakan pertemuan khusus yang didedikasikan untuk mencari solusi menyingkirkan dolar AS dalam pelaksanaan ekspor Rusia. Pakar papan atas dari sektor energi, perbankan, dan lembaga pemerintah dipanggil dan sejumlah langkah diusulkan sebagai respon atas sanksi Amerika terhadap Rusia.
"Pertemuan de-dolarisasi" dipimpin Deputi Pertama Perdana Menteri Federasi Rusia Igor Shuvalov, yang membuktikan bahwa Moskow sangat serius dalam tekadnya untuk berhenti menggunakan dolar. Pertemuan berikutnya dipimpin Wakil Menteri Keuangan Alexey Moiseev yang kemudian mengatakan pada saluran Rossia 24 bahwa "jumlah kontrak rubel akan meningkat".
Moiseev juga menambahkan bahwa tak satupun pakar ekonomi dan perwakilan bank yang memiliki masalah dengan rencana pemerintah untuk meningkatkan porsi pembayaran rubel itu.
Tentu saja keberhasilan kampanye Moskow untuk beralih ke perdagangan rubel atau mata uang regional lainnya tergantung pada kemauan mitra dagangnya untuk menyingkirkan dolar (dalam perdagangan bebas-dolar). Sumber yang dikutip politonline.ru menyebutkan dua negara yang bersedia mendukung ide Rusia: Iran dan China.
Bahkan Iran sendiri sudah sejak beberapa waktu lalu mulai mengurangi ketergantungan transkasi dagang dan devisanya terhadap dolar. Negeri sejuta ulama itu telah beralih secara bertahap pada pengunaan mata uang lainnya.
0 komentar:
Posting Komentar