NARVA - Amerika
Serikat (AS) dan Inggris pawai kendaraan militer di berbagai ruas jalan
di Kota Narva, Estonia. Kota itu sangat dekat dengan Rusia, yakni hanya
berjarak sekitar 300 meter dari perbatasan Rusia.
Angkatan Darat AS dan Inggris ramai-ramai pawai kendaraan lapis bajanya. Pawai militer yang dipimpin Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) itu dilakukan setelah separatis pro-Rusia di Ukraina timur meluncurkan serangan di Kota Mariupol.
”Sejarah telah mengajarkan kita bahwa jika kita tidak membela diri, orang lain akan (membantu),” kata Jenderal Riho Terras, Kepala Staf Militer Estonia, saat parade militer.
”Peristiwa di Ukraina telah membuat seluruh dunia terjaga, untuk menunjukkan dengan sangat jelas bahwa kita sendiri yang harus menjaga keamanan,” lanjut Terras.
Menurut Washington Post, Rabu (25/2/2015), selain AS dan Inggris, sejumlah negara anggota NATO seperti Belanda, Spanyol, Latvia dan Lithuania juga mengerahkan ratusan pasukan untuk bergabung dalam pawai militer bersama sekitar 1.300 tentara Estonia.
Estonia, Latvia dan dan Lithuania semula adalah pecahan dari Soviet (musuh NATO selama Perang Dingin). Namun, tiga negara itu pada tahun 2004 berbalik bergabung menjadi anggota NATO. Keputusan itu telah membuat Rusia kecewa.
Perdana Menteri Inggris, David Cameron, mengatakan, bahwa Presiden Rusia, Vladimir Putin kemungkinan bisa memusuhi negara-negara Baltik (Estonia, Latvia dan Lithuania).
Wakil Komandan NATO untuk Eropa, Jenderal Adrian Bradshaw, juga mengatakan, bahwa Rusia bisa saja merebut wilayah dari negara-negara NATO di balik pertempuran yang terjadi di Ukraina.
Lithuania sendiri kemarin mengumumkan akan mengembalikan kebijakan wajib militer bagi pemuda di tengah kekhawatiran meningkatnya aksi Rusia di Ukraina. Namun, beberapa warga etnis-Rusia di negara itu justru khawatir pawai militer NATO akan memancing aksi Rusia.
”Menurut pendapat saya keamanan nasional diledakkan oleh media, itu tidak ada yang serius, semuanya baik-baik saja, tidak ada yang akan menyerang siapa pun,” kata warga setempat di Kota Narva, Yuri Melnikov, 55, kepada AFP.
Angkatan Darat AS dan Inggris ramai-ramai pawai kendaraan lapis bajanya. Pawai militer yang dipimpin Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) itu dilakukan setelah separatis pro-Rusia di Ukraina timur meluncurkan serangan di Kota Mariupol.
”Sejarah telah mengajarkan kita bahwa jika kita tidak membela diri, orang lain akan (membantu),” kata Jenderal Riho Terras, Kepala Staf Militer Estonia, saat parade militer.
”Peristiwa di Ukraina telah membuat seluruh dunia terjaga, untuk menunjukkan dengan sangat jelas bahwa kita sendiri yang harus menjaga keamanan,” lanjut Terras.
Menurut Washington Post, Rabu (25/2/2015), selain AS dan Inggris, sejumlah negara anggota NATO seperti Belanda, Spanyol, Latvia dan Lithuania juga mengerahkan ratusan pasukan untuk bergabung dalam pawai militer bersama sekitar 1.300 tentara Estonia.
Estonia, Latvia dan dan Lithuania semula adalah pecahan dari Soviet (musuh NATO selama Perang Dingin). Namun, tiga negara itu pada tahun 2004 berbalik bergabung menjadi anggota NATO. Keputusan itu telah membuat Rusia kecewa.
Perdana Menteri Inggris, David Cameron, mengatakan, bahwa Presiden Rusia, Vladimir Putin kemungkinan bisa memusuhi negara-negara Baltik (Estonia, Latvia dan Lithuania).
Wakil Komandan NATO untuk Eropa, Jenderal Adrian Bradshaw, juga mengatakan, bahwa Rusia bisa saja merebut wilayah dari negara-negara NATO di balik pertempuran yang terjadi di Ukraina.
Lithuania sendiri kemarin mengumumkan akan mengembalikan kebijakan wajib militer bagi pemuda di tengah kekhawatiran meningkatnya aksi Rusia di Ukraina. Namun, beberapa warga etnis-Rusia di negara itu justru khawatir pawai militer NATO akan memancing aksi Rusia.
”Menurut pendapat saya keamanan nasional diledakkan oleh media, itu tidak ada yang serius, semuanya baik-baik saja, tidak ada yang akan menyerang siapa pun,” kata warga setempat di Kota Narva, Yuri Melnikov, 55, kepada AFP.
Sumber : SINDO
0 komentar:
Posting Komentar