Suara Hasan Ali lirih saat menceritakan perjalanannya di laut hingga
berakhir di Indonesia. Seperti warga minoritas Rohingya lainnya, Hasan
adalah pelarian dari diskriminasi dan kekejaman yang diterimanya di
Myanmar.
Hasan bersama lebih dari 300 warga Rohingya dan Bangladesh diselamatkan oleh warga Desa Simpang Lhee, Julok, Aceh Timur pada Rabu (20/5) dini hari tadi. Mereka kemudian ditempatkan di meunasah, diberi pakaian, mandi dan makan sepuasnya, dari hasil swadaya masyarakat setempat.
"Tiga bulan kami tidak makan, kini kami makan," kata Hasan sambil terisak saat diberikan dua piring berisi penuh nasi oleh warga desa, Rabu (20/5).
Melihat Hasan menangis, warga lainnya juga ikut meneteskan air mata.
Pada CNN Indonesia, Hasan mengatakan pergi dari Myanmar dibantu oleh seorang warga Rohingya yang telah hidup makmur di Thailand bernama Anwar. Bersama ratusan warga Rohingya lainnya, Hasan ditempat di kapal yang dilarung ke laut.
Hasan bersama lebih dari 300 warga Rohingya dan Bangladesh diselamatkan oleh warga Desa Simpang Lhee, Julok, Aceh Timur pada Rabu (20/5) dini hari tadi. Mereka kemudian ditempatkan di meunasah, diberi pakaian, mandi dan makan sepuasnya, dari hasil swadaya masyarakat setempat.
"Tiga bulan kami tidak makan, kini kami makan," kata Hasan sambil terisak saat diberikan dua piring berisi penuh nasi oleh warga desa, Rabu (20/5).
Melihat Hasan menangis, warga lainnya juga ikut meneteskan air mata.
Pada CNN Indonesia, Hasan mengatakan pergi dari Myanmar dibantu oleh seorang warga Rohingya yang telah hidup makmur di Thailand bernama Anwar. Bersama ratusan warga Rohingya lainnya, Hasan ditempat di kapal yang dilarung ke laut.
Pengungsi Rohingya, Hasan Ali, menangis saat diberi makanan di tempat penampungan pengungsi di Aceh, Rabu (20/5). (CNN Indonesia/Denny Armandhanu) |
Kehidupan mereka di laut mengenaskan. Kapal mereka dirusak oleh lima
orang Myanmar. Pria 33 tahun ini menceritakan, di tengah laut lima orang
warga Myanmar tiba-tiba datang, membawa makanan dan minuman untuk
ditukar dengan bagian mesin kapal.
"Mesin diangkat, bensin juga dibawa. Ditukar dengan beras, air, cabe dan garam," kata Hasan.
Kapal mereka tidak diperbolehkan merapat ke Thailand dan Bangladesh. Bantuan dari kedua negara tersebut hanya berupa makanan seadanya, dilemparkan dari helikopter. Pasokan yang tipis, Hasan hanya makan sehari sekali, minum dua kali sehari.
"Ada dapur di kapal, untuk memasak nasi dan garam. Mie instan kami makan mentah tanpa dimasak," kata Hasan.
Hasan diselamatkan oleh para nelayan di desa Simpang Lhee pada Rabu (20/5) dini hari tepat di saat persediaan makanan mereka habis. Kini dia bisa memakai pakaian yang layak, makan yang kenyang, dan tanpa rasa takut akan kehilangan nyawa di laut.
Ada ribuan warga Rohingya yang kini ditampung di beberapa lokasi di Aceh. Sebagian tiba pekan lalu saat kapal mereka mencapai pantai Lhokseumawe dan Langsa.
CNN
"Mesin diangkat, bensin juga dibawa. Ditukar dengan beras, air, cabe dan garam," kata Hasan.
Kapal mereka tidak diperbolehkan merapat ke Thailand dan Bangladesh. Bantuan dari kedua negara tersebut hanya berupa makanan seadanya, dilemparkan dari helikopter. Pasokan yang tipis, Hasan hanya makan sehari sekali, minum dua kali sehari.
"Ada dapur di kapal, untuk memasak nasi dan garam. Mie instan kami makan mentah tanpa dimasak," kata Hasan.
Hasan diselamatkan oleh para nelayan di desa Simpang Lhee pada Rabu (20/5) dini hari tepat di saat persediaan makanan mereka habis. Kini dia bisa memakai pakaian yang layak, makan yang kenyang, dan tanpa rasa takut akan kehilangan nyawa di laut.
Ada ribuan warga Rohingya yang kini ditampung di beberapa lokasi di Aceh. Sebagian tiba pekan lalu saat kapal mereka mencapai pantai Lhokseumawe dan Langsa.
CNN
0 komentar:
Posting Komentar