JAKARTA-(IDB) : Mantan
Panglima TNI, Endriartono Sutarto, menilai pesawat Sukhoi adalah
pesawat burung besi tempur tercanggih di kelasnya. Namun, sebagai
pesawat komersil, Endriartono menilai Sukhoi belum teruji.
"Sukhoi itu salah satu pesawat tempur tercanggih di dunia dan di kelasnya. Saya termasuk Panglima yang berinisiatif membeli Sukhoi. Pada 2003, beli 4 Sukhoi," kata Endriartono di Jakarta, Jumat 18 Mei 2012 malam.
Menurutnya, Sukhoi memang direkomendasikan sebagai pesawat tempur terbaik. "Dan terbukti sampai hari ini kita tidak punya permasalahan sama sekali dengan Sukhoi untuk jenis pesawat tempur," ujarnya.
Bagaimana dengan Sukhoi berpenumpang? "Saya juga baru tahu bahwa Sukhoi membuat pesawat komersial, saya tidak tahu seberapa canggihnya mereka membuat pesawat komersial, karena awal sekali Sukhoi adalah pabrik untuk pesawat tempur."
Mengenai kecelakaan Sukhoi di Gunung Salak, Endriartono menilai burung besi asal Rusia itu bukan sebagai produk yang buruk. Karena secanggih apapun pesawat, jika tidak ditangani secara betul maka akan tetap jatuh.
"Kita lihat, kalau memang itu akibat ketidakcanggihan dari pesawat, harus dipikir ulang untuk membelinya. Tapi kalau ini akibat dari human error, cuaca, belum tentu pesawatnya buruk. Kalau pesawat yang buruk ini ditangani oleh awak yang bagus, dia jadi pesawat yang bagus. Tapi kalau pesawat yang bagus ini diawaki oleh orang-orang yang tidak profesional, yaa..," ujarnya.
Menurutnya, perlu kajian mendalam untuk mencari penyebab jatuhnya Sukhoi. Sehingga dapat menjadi pertimbangan bagi setiap perusahaan apakah Sukhoi berpenumpang itu layak dibeli atau tidak. "Pokoknya kita harus tahu apa penyebabnya, kalau karena pesawat tidak bagus ya jangan dibeli," ujarnya.
"Sukhoi itu salah satu pesawat tempur tercanggih di dunia dan di kelasnya. Saya termasuk Panglima yang berinisiatif membeli Sukhoi. Pada 2003, beli 4 Sukhoi," kata Endriartono di Jakarta, Jumat 18 Mei 2012 malam.
Menurutnya, Sukhoi memang direkomendasikan sebagai pesawat tempur terbaik. "Dan terbukti sampai hari ini kita tidak punya permasalahan sama sekali dengan Sukhoi untuk jenis pesawat tempur," ujarnya.
Bagaimana dengan Sukhoi berpenumpang? "Saya juga baru tahu bahwa Sukhoi membuat pesawat komersial, saya tidak tahu seberapa canggihnya mereka membuat pesawat komersial, karena awal sekali Sukhoi adalah pabrik untuk pesawat tempur."
Mengenai kecelakaan Sukhoi di Gunung Salak, Endriartono menilai burung besi asal Rusia itu bukan sebagai produk yang buruk. Karena secanggih apapun pesawat, jika tidak ditangani secara betul maka akan tetap jatuh.
"Kita lihat, kalau memang itu akibat ketidakcanggihan dari pesawat, harus dipikir ulang untuk membelinya. Tapi kalau ini akibat dari human error, cuaca, belum tentu pesawatnya buruk. Kalau pesawat yang buruk ini ditangani oleh awak yang bagus, dia jadi pesawat yang bagus. Tapi kalau pesawat yang bagus ini diawaki oleh orang-orang yang tidak profesional, yaa..," ujarnya.
Menurutnya, perlu kajian mendalam untuk mencari penyebab jatuhnya Sukhoi. Sehingga dapat menjadi pertimbangan bagi setiap perusahaan apakah Sukhoi berpenumpang itu layak dibeli atau tidak. "Pokoknya kita harus tahu apa penyebabnya, kalau karena pesawat tidak bagus ya jangan dibeli," ujarnya.
0 komentar:
Posting Komentar