Coca-Cola mendapat penghargaan sebagai perusahaan terbaik yang mendukung negara Israel
Banyak disebutkan bahwa Coca-Cola mendukung negara Israel, tapi belum banyak orang yang mengungkapkannya secara terbuka.
Fahri Hassan membuat sebuah film
dokumenter singkat "Coca Cola & Israel : Is Not the Real Thing" yang
membeberkan fakta-fakta nyata seputar hubungan perusahaan softdrink
raksasa Coca Cola dengan Zionis Israel. Film tersebut tayang perdana di
Festival Film Palestina di Cape Town, Afrika Selatan, pada Oktober 2009.
IslamOnline mewawancarai sang sutradara, berikut kutipannya.
IOL: Bisa menceritakan kepada kami tentang Coca-Cola: Is not The Real Thing?
Hassan: Itu adalah sebuah dokumenter
pendek tentang hubungan antara Israel dan Coca-Cola. Film ini aslinya
sebuah presentasi PowerPoint yang saya buat setelah melakuan penelitian.
Saya ingin agar informasi itu menjangkau audiens yang lebih luas, oleh
karena itu saya membuat dokumenter pendek ini.
Isinya adalah apa yang kita ketahui
tentang beberapa isu menyangkut Coca-Cola di seluruh dunia, seperti
pembunuhan orang-orang Kolombia, deplesi dan pengolahan air di India dan
kekejaman lain semacamnya, dan saya sadar tidak ada tindakan yang
diambil atas Coca-Cola dan Israel.
IOL: Judul Anda, mempermainkan slogan Coca-Cola, apa latar belakang dari pemilihan judul tersebut?
Hassan: Ya, itu mempermainkan slogan
Coca-Cola "Coke is the real thing". Saya (ingin) mengatakan bahwa
Coca-Cola is not the real thing (bukanlah hal nyata). Itu adalah tipu
muslihat, karena mereka menegakkan negara Israel dengan uang mereka.
Banyak orang yang tidak tahu bahwa
Coca-Cola berhubungan dengan Isreal. Gambaran umum yang saya lukis dalam
dokumenter itu adalah hubungan inses (sedarah) di antara keduanya.
IOL: Apa saja "faktanya"?
Hassan: Ada hubungan kerjasama di mana
Kamar Dagang Amerika-Israel (AICC) akan mencari peluang bisnis di
Amerika Serikat untuk mendanai proyek-proyek di Israel atas nama negara
Israel. Sebagai contoh, imigrasi dibayar untuk memindahkan orang-orang
Yahudi dari sebuah negara ke Israel.
Itu didukung dan dibayari oleh negara
Israel. Kamar Dagang Amerika-Israel memiliki proyek ini untuk
memfasilitasi imigrasi orang-orang Yahudi ke Israel. Sebagai contoh,
AICC menggelar malam penghargaan pada tahun 2001, dan acara itu
diselenggarakan di markas besar Coca-Cola di Atlanta. Coca-Cola adalah
sponsor penghargaan tersebut. Salah satu anggotanya adalah pengurus
AICC. Ada hubungan yang sangat dekat antara dunia usaha Amerika dengan
negara Israel. Saya tidak menuduh, semua [informasi] ini berasal dari
situs web mereka.
Coca-Cola diberi penghargaan sebagai
perusahaan terbaik yang mendukung negara Israel. Sekali lagi, ini bukan
kata-kata saya: Coca-Cola mensponsori pelatihan dan pendidikan bagi para
pekerja mengenai ideologi Zionisme. Semua itu ada di situs-situs web,
di laporan-laporan penelitian. Juga, Coca-Cola telah membangun sebuah
pabrik di Qiryat, di atas tanah Palestina. Dan dikatakan bahwa Coca-Cola
membangun pabrik itu bekerjasama dengan Israel dalam upaya
mempekerjakan para pemukim miskin. Jika ini bukan hubungan sedarah, maka
saya tidak tahu lagi apa namanya. Begini, saya meminta orang-orang
untuk menarik kesimpulannya sendiri.
IOL: Bagaimana (membuktikan) bahwa film Anda bukan sebuah film konspirasi lain?
Hassan: Saya berupaya menjauhi hal itu.
Saya berpegang pada fakta-fakta dan saya hanya memaparkan hubungan
antara Israel dengan Coca-Cola. Saya tidak menyarankan untuk memboikot
Israel. Dan terserah orang untuk menilai, dengan melihat contoh-contoh
yang ada dalam film itu. Saya seorang peneliti dan hanya membeberkan
semua fakta. Orang tidak bisa menyalahkan fakta yang Anda lihat.
IOL: Anda menampilkan hubungan antara
Coca-Cola dan Israel. Anda mengklaimnya bukan sebuah upaya langsung
menggiring orang-orang untuk boikot. Apa tujuan dari film Anda?
Hassan: Ini pertanyaan menarik.
Begini, yang jelas boikot global dan kampanye disinvestasi adalah sebuah
realita. Ada seruan internasional untuk memboikot berbagai macam
perusahaan yang bekerja sama dengan Israel.
Coca-Cola juga masuk daftar perusahaan
yang diboikot, tapi siapa yang saya seru untuk melakukan boikot.
Terserah orang untuk membuat keputusan. Saya tidak menyerukan boikot
atas sesuatu. Saya sudah mewawancarai perwakilan Coca-Cola mengenai isu
ini dan mereka tidak memberikan saya jawaban yang memuaskan. Dari sudut
pandang pribadi, menurut saya berat rasanya untuk membeli produk-produk
Coca-Cola.
IOL: Film itu terdiri dari susunan
gambar dan narasi, Mengapa dibuat dengan cara demikian dan mengapa tidak
ada perwakilan dari Coca-Cola yang digambarkan?
Hassan: Saya tidak sanggup berkeliling
melakukan wawancara. Itu adalah film dengan anggaran rendah, dan
dikerjakan di rumah. Ini merupakan usaha sederhana, dan saya tidak
bertujuan untuk membuat heboh. Gagasan film itu dibuat dalam format
seperti sekarang, adalah untuk memancing diskusi dan mengajak orang
untuk membicarakan isu tersebut. Dan yang paling dasar, menghapus mitos
yang menyelubungi Coca-Cola. Saya menyimpan email komunikasi dengan
perwakilan Coca-Cola di Afrika, dan saya mengajukan pertanyaan kepada
mereka lewat email, dan mereka membalas bahwa mereka tidak mendukung
Israel.
IOL: Film ini premier dalam festival ini. Kemana film ini akan di bawa selanjutnya?
Hassan: Saya belum memikirkan hal ini.
Saya akan beristirahat beberapa hari setelah festival ini, dan kemudian
memikirkan rencana atas film ini. Saya sudah mendapatkan sejumlah
permintaan agar film ini ditayangkan di beberapa kota. Selain itu, saya
belum punya rencana.
0 komentar:
Posting Komentar