Jakarta - Pada kurun waktu tahun 1960-an kekuatan Tentara Nasional Indonesia sempat menggetarkan Asia. Namun sempat tak terdengar lagi pada masa Orde Baru. Kini setelah lepas dari politik, TNI terus berbenah.
Salah satunya dengan modernisasi alat utama sistem persenjataan (alutsista). Kepala Pusat Komunikasi Publik Kementerian Pertahanan, Brigadir Jenderal Sisriadi mengatakan, pembelian alutsista tersebut diarahkan untuk memenuhi Minimum Essential Forces (MEF), atau kekuatan pokok minimum.
MEF yang disusun sejak 2007, terbagi dalam tiga rencana strategis hingga tahun 2024. “Jadi MEF ini bukan rencana mendadak,” kata Sisriadi kepada detikcom, Selasa (8/10) lalu.
Ada tiga komponen postur, yakni kekuatan, gelar (persebaran penempatan), dan kemampuan. “Untuk dukung kemampuan itu, yang dibangun adalah kekuatan daya tembak, daya gerak atau manuver,” tambah Sisriadi.
Pengamat militer dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Jaleswari Pramodawardhani mengatakan, jika tiga rencana strategis itu ditepati, kekuatan TNI bisa menjadi yang terkuat di Asia.
“Bukan tak mustahil macan Asia akan kita raih kembali pada 2024,” kata pengamat yang biasa dipanggil Dhani ini kepada detikcom, Selasa (8/10) lalu.
Sementara pengamat militer dari Universitas Indonesia Andi Wijayanto menilai modernisasi alutsista TNI sudah baik. Bahkan jika mengacu pada target MEF 2024, modernisasi yang sudah dilakukan pemerintah sudah di atas target.
Modernisasi alutsista untuk memperkuat kesatuan itu, juga diikuti dengan pengembangan kemampuan prajurit. Pengadaan senjata dilakukan dengan pendekatanlifecycle, yakni pendekatan hidup penuh, mulai dari desain hingga nanti alutsistanya ingin dibuang karena sudah tua.
Salah satunya dengan modernisasi alat utama sistem persenjataan (alutsista). Kepala Pusat Komunikasi Publik Kementerian Pertahanan, Brigadir Jenderal Sisriadi mengatakan, pembelian alutsista tersebut diarahkan untuk memenuhi Minimum Essential Forces (MEF), atau kekuatan pokok minimum.
MEF yang disusun sejak 2007, terbagi dalam tiga rencana strategis hingga tahun 2024. “Jadi MEF ini bukan rencana mendadak,” kata Sisriadi kepada detikcom, Selasa (8/10) lalu.
Ada tiga komponen postur, yakni kekuatan, gelar (persebaran penempatan), dan kemampuan. “Untuk dukung kemampuan itu, yang dibangun adalah kekuatan daya tembak, daya gerak atau manuver,” tambah Sisriadi.
Pengamat militer dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Jaleswari Pramodawardhani mengatakan, jika tiga rencana strategis itu ditepati, kekuatan TNI bisa menjadi yang terkuat di Asia.
“Bukan tak mustahil macan Asia akan kita raih kembali pada 2024,” kata pengamat yang biasa dipanggil Dhani ini kepada detikcom, Selasa (8/10) lalu.
Sementara pengamat militer dari Universitas Indonesia Andi Wijayanto menilai modernisasi alutsista TNI sudah baik. Bahkan jika mengacu pada target MEF 2024, modernisasi yang sudah dilakukan pemerintah sudah di atas target.
Modernisasi alutsista untuk memperkuat kesatuan itu, juga diikuti dengan pengembangan kemampuan prajurit. Pengadaan senjata dilakukan dengan pendekatanlifecycle, yakni pendekatan hidup penuh, mulai dari desain hingga nanti alutsistanya ingin dibuang karena sudah tua.
Memang beberapa alutsista yang dibeli tidak sesuai perencanaan awal, meski ada dalam renstra 2024. Dari segi waktu, pembelian alutsista tersebut ada yang tergeser, baik lebih cepat atau justru ditunda dari rencana semula.
MBT Leopard yang dibeli dari Jerman, misalnya. Ternyata tank kelas utama ini tidak ada dalam perencanaan hingga 2019. “Harusnya baru 2024 baru ada Leopard,” kata Andi.
Meski tak sesuai perencanaan, namun pemerintah memang harus menyesuaikan dengan kondisi pasar senjata.
“Eropa Barat tidak lagi mengandalkan Kavaleri berat dalam sistem pertahanannya, maka tank kelas utama seperti Leopard itu tersedia di pasaran dalam jumlah besar. Peluang itu yang dimanfaatkan pemerintah,” kata dia.
MBT Leopard yang dibeli dari Jerman, misalnya. Ternyata tank kelas utama ini tidak ada dalam perencanaan hingga 2019. “Harusnya baru 2024 baru ada Leopard,” kata Andi.
“Eropa Barat tidak lagi mengandalkan Kavaleri berat dalam sistem pertahanannya, maka tank kelas utama seperti Leopard itu tersedia di pasaran dalam jumlah besar. Peluang itu yang dimanfaatkan pemerintah,” kata dia.
0 komentar:
Posting Komentar