Sabtu, 12 April 2014

MENANTI JANJI MATAHARI



Terima kasih untuk segenap bangsa Indonesia, dari Sabang sampai Merauke. Terima kasih, telah terjaga dari mimpi untuk kemudian segera bangkit dan mengubahnya menjadi sebuah reality. Terima kasih, telah melupakan kekecewaan dan menghidupkan kembali sebuah harapan. Terima kasih karena akhirnya Anda telah memilih.!

Doa dan harapan saya, semoga setiap pilihan yang dijatuhkan akan menjelma jadi sebuah anugerah maha besar bagi kelangsungan hidup bangsa Indonesia. Hehehe..! Kita telah menghayati setiap janji yang didengungkan. Menyimak, melihat dan mendengar setiap reka kata yang berkumandang, dan bahkan mungkin sedikit terkesan obral ataupun vulgar. Tidak salah, selama hal itu dilakukan dalam ruang dan waktu yang telah ditentukan.

Pertanyaannya kemudian, apakah kehadiran kita di TPS-TPS itu disebabkan oleh janji-janji mereka? Jika jawaban anda adalah ‘ya’, maka anda termasuk golongan yang disarankan untuk siap-siap kecewa. Tapi tentu saja anda juga berhak untuk tetap dan keukeuh percaya, jika sosok yang anda pilih itu sememangnya layak dan bisa dipercaya. Tetapi secara keseluruhan, kehadiran kita bersama di TPS adalah suatu tanda dan gambaran bahwasannya bangsa ini masih eling, tetap hidup, dinamis, bercita-cita dan berpengharapan. TPS adalah pintu gerbang menuju tahapan kehidupan Indonesia baru. TPS bukanlah penjagalan atau Rumah Potong Hewan, dan juga bukan gelanggang sabung ayam, dimana setiap yang datang tersungut-sungut menyebut nama jagoannya. TPS bukanlah tempat pemungutan suara dengan pengertian verbal yang hanya mengandalkan lidah, liur dan bau mulut itu sendiri. TPS adalah tempat penyerahan diri untuk sebuah suara hati nurani.

Bukanlah hal yang mudah menyerahkan sebuah kepercayaan pada sesorang yang bahkan mungkin belum kita kenal. Tapi juga bukan sebuah alasan bagi kita untuk menempatkan diri kita dalam kelompok the empty vote owners. Semoga suara yang kita beri adalah suara nurani yang murni dan bermata hati, bukan sekedar suara yang lahir karena provokasi, apalagi intimidasi. Setidaknya, inilah hal yang mesti senantiasa diinsyafi oleh setiap individu yang terpilih untuk menjadi wakil dan penyambung lidah rakyat di altar parlemen yang agung.

Tidak perlu kata-kata ucapan terima kasih itu, karena sejatinya rakyat lebih memerlukan aksi nyata anda dalam membela kepentingan bangsa dan negara. Jangan hanya mampu berkata ‘ya’, jika kelak hal itu akan melukai hati rakyat semata. Tapi beranilah berkata ‘tidak’, meskipun pistol tertodong di kepala. Kami telah memilih anda melalui pesta demokrasi yang sakral, bukan melalui pesta sunatan massal. Dengar, ingat dan genggamlah amanah kami segenap bangsa Indonesia. Jadilah mitra yang sejajar dengan pemimpin negara, dalam membangun Indonesia Jaya. Tak usah gentar, karena kami akan selalu ada dalam barisan, mengawal langkah gagah anda menuju medan Kurusetra, untuk meremukan kedzaliman, menghancurkan keangkaramurkaan, menegakkan kebenaran dan keadilan, serta mewujudkan cita-cita mulia bangsa Indonesia yang tersurat dan tersirat dalam azas negara Pancasila dan UUD 1945.

Jangan pernah takut, karena yang takut cuma cecurut, dan anda juga bukan pengecut..! Kami nantikan kepastian janjimu, sebagaimana janji matahari, yang akan senantiasa pasti untuk kembali di keesokan pagi hari. Sebagai bintang yang cemerlang, kami menyambut kedatangan anda bukan hanya dengan bentangan karpet merah, tetapi juga dengan pesawat jet nan mewah. Tapi ingat, ingat, ingat..! Ada nasib kami di pundakmu..! Hehehe..! Selamat memasuki atmosfera Indonesia baru..





0 komentar:

Posting Komentar

Form Kritik & Saran

Nama

Email *

Pesan *