Assalamu alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh.
Salam sejahtera.
Salam sejahtera.
Beberapa minggu sampai sekarang JKGR tercinta menampilkan
artikel-artikel terkait dengan Su-35, dan menimbulkan komentar pro dan
kontra yang ramai secara sehat. Mengapa begitu? Tentu saja terkait
antara lain dengan keputusan TNI AU dalam memilih Su-35 sebagai pilihan
nomor 1 sebagai pengganti F-5, dan antisipasi ancaman kedaulatan udara
kita jangka waktu 5 – 10 tahun ke depan.
Pertanyaannya, mengapa sebagai nomor 1 dipilih Su-35, dan bukan
pespur lain seperti F-16 Fighting Falcon di atas blok 24 buatan Amerika
Serikat, F-15 Strike Eagle buatan Amerika Serikat, atau SAAB Gripen
buatan Swedia, maupun Eurofighter Typhoon buatan konsorsium Eropa, atau
Rafale buatan Perancis. Meskipun tidak pernah dijelaskan secara
gamblang, namun dapat diduga bahwa TNI AU tidak mau diembargo lagi,
sudah berpengalaman dan nyaman lebih satu dekade mengoperasikan pesawat
sejenis (Flanker), dan percaya/ yakin kepada kelebihan Su-35 di atas
pespur-pespur lain tersebut. Soal harga itu adalah domain pemerintah,
meskipun nyatanya harga Su-35 sangat bersaing.
Beberapa fitur-fitur kelebihan Su-35, yaitu antara lain :
o Pengembangan Su-35 dari Su-27M
o Airframe (Fuel fraction, combat persistence dll)
o Radar (avionik dan ECM)
o Kinematika (Thrust vectoring control 3D, wing loading, T/W ratio dll)
o Persenjataan
o Nilai strategis dan taktis,
o Pengembangan Su-35 dari Su-27M
o Airframe (Fuel fraction, combat persistence dll)
o Radar (avionik dan ECM)
o Kinematika (Thrust vectoring control 3D, wing loading, T/W ratio dll)
o Persenjataan
o Nilai strategis dan taktis,
Namun tidak semuanya dibahas karena akan memakan ruangan yang cukup
besar. Supaya tidak ditegur oleh Bung Diego/ Bung NYD, maka rencananya
Insha Allah akan ditulis dalam beberapa seri.
Beberapa singkatan kata
Beberapa singkatan kata
W/L : wing loading
T/W : thrust weight (ratio)
TVC : thrust vector control
3D : 3 dimensi
VLO : very low observables (siluman/ stealth)
MFD : multi function display
HUD : heads up display
HOTAS : hands on throtle and stick
SINS : strapdown inertial navigation system
SAR : synthetic aperture radar
JTIDS : joint tactical information distribution system
MIDS : multifunctional information distribution system
Pengembangan Su-35
Su-35 dikembangkan dari Su-27M, sebagai sebuah konsep upgrade komprehensif dari keluarga pesawat tempur Su-27/ Flanker, dan telah dimulai pada pertengahan dekade pertama abad baru. Jadi, apa yang baru dalam desain Su-35 itu ?.
Airframe : peningkatan airframe menampilkan lebih
banyak paduan titanium, yang menghasilkan perpanjangan service life
pesawat yang cukup besar hingga 6.000 jam atau 30 tahun beroperasi,
dengan waktu sebelum rekondisi pertama dan antara overhaul tumbuh sampai
1.500 jam atau 10 tahun beroperasi.
Konfigurasi aerodinamis Su-35 adalah sama seperti yang Su-27, lihat
Gambar 1 dan 2, ada perbedaan sedikit lebih besar di tinggi badan dan
bentang sayap, dan juga karena dilengkapi dengan TVC 3D, kemungkinan
posisi mesin lebih renggang serta di belakang sedikit menjorok ke luar
untuk memaksimalkan efek TVC. Namun volume internal badan pesawat
didesain ulang memungkinkan peningkatan kapasitas bahan bakar Su-35
lebih dari 20 persen menjadi 11.500 kg dibandingkan 9.400 kg kapasitas
Su-27 . Selain itu, pesawat dapat membawa dua drop tank 1.800 liter
masing-masing di bawah sayap. Dengan drop tank, total ukuran kapasitas
bahan bakar menjadi 14.300 kg. Pesawat ini juga dilengkapi dengan sistem
pengisian bahan bakar AAR.
Keluarga pesawat tempur Flanker dari semula tidak didesain sebagai
pesawat VLO, namun berita beredar menyebutkan bahwa Su-35 akan
dilengkapi dengan radar absorbent material untuk mewujudkan pemotongan/
reduksi X–band RCS dalam sektor ± 60°.
On board systems: berbeda dengan Su-30MKI, tidak
akan memiliki canards tetapi akan menampilkan sebuah quadruplex, digital
fly-by-wire control system KSU-35 dikembangkan oleh Avionika Moscow
Research and Production Complex JSC (MNPK Avionika). Ciri khas dari
Su-35 adalah on board systems baru yang utamanya adalah sistem informasi
manajemen (IMS), yang mengintegrasikan informasi, fungsional, logis,
dan subsistem perangkat lunak ke dalam sebuah kompleks tunggal yang
menjamin interaksi antara pilot dan peralatan.
IMS termasuk dua pusat komputer digital, perangkat pembantu dan
informasi serta sistem indikasi yang dibangun di atas konsep “all glass
cockpit”, dengan dengan dua 230mm x 305mm LKM-35 liquid crystal display
resolusi tinggi dengan panel kontrol multifungsi dan HUD display IKSh-1M
dengan lebar bidang pandang (FOV) 20° x 30°.
Pilot memiliki dua VHF / UHF sistem komunikasi radio terenkripsi dan
sistem data link militer yang jam resistant antara pesawat dalam satu
skuadron dan antara pesawat dan ground control. Sistem navigasi
didasarkan pada tampilan peta digital dengan sistem navigasi inersial
strapdown (SINS) dan GPS. Pada saat yang sama, KSU-35 akan menangani
fungsi keselamatan proaktif. On board systems dan persenjataan serta
kontrol mesin di kokpit baru Su-35 dikendalikan oleh tombol multi-fungsi
dan switch pada joystick kontrol pesawat. Sehingga konsep HOTAS
direalisasikan dan kinerja penerbangan dan manuver tempur akan menjadi
lebih maju karenanya.
Sistem ini menggantikan penanganan pekerjaan yang dulu dilakukan oleh
beberapa sistem individu di Su-27, fly- by-wire system, sistem kontrol
otomatis, peringatan stall dan data udara, pengereman roda landing gear
dan sistem kontrol nosewheel .
Kokpit dilengkapi juga dengan sebuah kursi lontar Zvesda K-36D-3.5E
zero-zero ejection seat yang memungkinkan pilot untuk eject pada zero
speed dan pada zero altitude.
Engines : fitur kunci lain membedakan Su-35 dari
pendahulunya keluarga Su -27 adalah mesin pendorong yang sangat
ditingkatkan dikembangkan oleh NPO Saturnus dan dijuluki ‘Produk 117S’.
Sejauh desain mesin yang bersangkutan, ini adalah turunan dari
produksi sebelumnya AL-31F, menggunakan teknologi generasi kelima, kipas
dengan diameter 3 % lebih besar ( 932 mm dari 905 mm ), kemajuan
metalurgi dan sistem kontrol all-new digital.
Ketentuan telah dibuat untuk menggunakan nozzle TVC 3D mirip dengan
AL- 31FP . Upgrade telah menghasilkan tambahan gaya dorong sebesar 16%
menjadi 14.500 kgf dalam moda afterburner/ wet dan sebesar 8.800 kgf
dalam maksimal moda non– afterburning/ dry . Dibandingkan dengan AL –
31F , service life mesin baru melonjak dengan faktor 2-2,7 kali, dengan
waktu antara overhaul meningkat dari 500 jam ke 1.000 jam, waktu sebelum
perbaikan pertama di 1.500 jam dan umur mesin melonjak dari 1.500 jam
ke 4.000 jam.
X-band Radar: Su-35 telah dilengkapi dengan X-band
radar PESA ‘Irbis’ E, yang merupakan komponen penting dari sistem fire
control pesawat, merupakan pengembangan dari NIIP PESA ‘Bars’ radar,
yang mempunyai sudut pindai lebih besar dan dipasang ke sebuah two-axis
(azimuth and bank) hydraulic drive. Radar ini mampu mendeteksi sasaran
udara RCS 3 meter persegi head-on pada jarak 400 km (250 mil), sementara
overtaking pada jarak tidak kurang dari 150 km (dengan tinggi sasaran
10 km atau lebih).
Sasaran “siluman” RCS 0.01 meter persegi dapat dideteksi pada jarak
90 km. Dan dapat melacak (track & scan) 30 sasaran udara dan
mengunci serta menembak delapan di antaranya pada waktu yang sama,
memastikan penembakan simultan dari dua sasaran dengan dua rudal
pemindai semi- aktif dan hingga delapan sasaran dengan delapan rudal
pemindai aktif, dalam kasus seperti empat sasaran pada jarak lebih dari
300 km. Radar juga dapat memetakan sasaran di tanah dengan menggunakan
berbagai moda, termasuk moda SAR.
Gambar 5a – Radar Irbis E |
Gambar 5b – Radar Irbis E dengan dudukan two-axis (azimuth and bank) hydraulic drive |
L-band Radar : Su-35 juga dilengkapi dengan 2 radar
L-band yang dipasang di leading edge sayapnya. Radar L-band ini menjadi
sangat penting karena pesawat siluman rentan terhadap radar yang
beroperasi pada gelombang pendek seperti L-band dan juga VHF-band.
Website APA mem-posting artikel yang bagus “Assessing the Tikhomirov
NIIP L-Band Active Electronically Steered Array” tentang ini. Selain
sebagai counter VLO, radar L-band juga dapat dikembangkan untuk
digunakan pada :
o Pelacakan pasif jarak jauh sudut dan geolokasi dari emitter JTIDS/MIDS/Link-16.
o Pelacakan pasif jarak jauh sudut dan geolokasi dari L-band AEW&C / AWACS dan radar di darat.
o Pelacakan pasif jarak jauh sudut dan geolokasi IFF musuh (yaitu Barat) dan transponder SSR.
o Active jamming daya tinggi dari emitter JTIDS/MIDS/Link-16.
o Active jamming daya tinggi dari penerima navigasi satelit di daerah yang luas.
o Active jamming daya tinggi jarak jauh L-band AEW & C / AWACS dan radar di darat .
o Active jamming daya tinggi guided munition command datalinks di daerah yang luas.
o Pelacakan pasif jarak jauh sudut dan geolokasi dari L-band AEW&C / AWACS dan radar di darat.
o Pelacakan pasif jarak jauh sudut dan geolokasi IFF musuh (yaitu Barat) dan transponder SSR.
o Active jamming daya tinggi dari emitter JTIDS/MIDS/Link-16.
o Active jamming daya tinggi dari penerima navigasi satelit di daerah yang luas.
o Active jamming daya tinggi jarak jauh L-band AEW & C / AWACS dan radar di darat .
o Active jamming daya tinggi guided munition command datalinks di daerah yang luas.
IRST : Seperti pada pendahulunya, Su-35 juga
dilengkapi OLS-35, yang adalah sistem pencarian dan pelacakan inframerah
(Infra Red Search & Track), sistem pengendalian penembakan canggih
yang dirancang untuk generasi pesawat tempur 4++ menggantikan OEPS-27
dan 30 yang dipasang pada keluarga pesawat Su-27/Su-30. OLS-35 terdiri
dari pencari panas, laser rangefinder / designator dan kamera TV bersama
dengan algoritma baru dan perangkat lunak canggih untuk mengungguli
pendahulunya dalam hal jangkauan, presisi dan keandalan. OLS-35
menyediakan cakupan + / -90° di azimuth dan +60° / -15° di ketinggian
dengan berbagai akuisisi sasaran untuk non-afterburning head on target
dari 50 km dan 90 km untuk overtaking target. Penjejak jarak laser
memiliki lima meter CEP dan berkisar hingga 20 km untuk target udara dan
30 km untuk target di tanah.
Kabarnya, OLS-35 juga dapat digunakan sebagai fire control system kanon 30mm yang diusung Su-35, lebih akurat dari radar.
Kesimpulan dan Penutup
Su-35 adalah sebenar-benarnya generasi pesawat tempur 4++ sebelum generasi 5 (siluman) yang tercanggih di dunia saat ini. Pihak Barat belum punya pesawat sekelas yang bisa menandinginya, apalagi melebihinya. Bila diadu sekalipun dengan pesawat siluman F-22 Raptor, belum tentu kalah, apalagi dengan F-35 Lightning II yang lamban dan gendut dijuluki “Pigeon”.
Karena merupakan pengembangan dari seri keluarga Flanker sebelumnya, maka beberapa fitur canggih Su-35 secara teknis mudah dicangkok/ retrofit ke “adik2nya”, antara lain mesin, radar X-band dan L-band, serta IRST OLS-35.
Su-35 adalah sebenar-benarnya generasi pesawat tempur 4++ sebelum generasi 5 (siluman) yang tercanggih di dunia saat ini. Pihak Barat belum punya pesawat sekelas yang bisa menandinginya, apalagi melebihinya. Bila diadu sekalipun dengan pesawat siluman F-22 Raptor, belum tentu kalah, apalagi dengan F-35 Lightning II yang lamban dan gendut dijuluki “Pigeon”.
Karena merupakan pengembangan dari seri keluarga Flanker sebelumnya, maka beberapa fitur canggih Su-35 secara teknis mudah dicangkok/ retrofit ke “adik2nya”, antara lain mesin, radar X-band dan L-band, serta IRST OLS-35.
Sebagai pengguna Su-27/30, TNI AU (sebagaimana juga AU China) pasti
merasa kekurangan pada sistem radar yang diusung yaitu N001E Myech/
N001M. Karena itu, dengan membeli Su-35, kita akan mendapat juga
kesempatan emas untuk upgrade Flanker kita, sebaiknya dengan cara
dikerjakan disini, mungkin melalui semacam Maintenance Depot. Isu
selentingan cangkok/ retrofit ini mungkin sudah dilakukan secara
rahasia, karena alasan disebutkan di atas. Akan tetapi isu baby Flanker
dapat dipastikan tidak benar alias hoax, karena dengan badan yang lebih
kecil, Flanker akan kehilangan combat persistence – nya, yang justru
merupakan keunggulanya.
Sebagai penutup, mohon maaf bila ada kesalahan disengaja maupun tidak, dan diucapkan terima kasih kepada para pembaca.
Wasalammu alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh (by Antonov)
0 komentar:
Posting Komentar