Amerika Serikat melalui Menteri Luar Negeri John Kerry menyatakan tetap komitmen kepada Asia meski Presiden Barack Obama absen dalam Konferensi Tingkat Tinggi Kerja Sama Ekonomi Asia Pasifik (APEC) di Bali. Pengukuhan komitmen AS terhadap Asia ini ditegaskan lagi oleh Kerry mengingat kekhawatiran akan dominasi China sementara AS sibuk dengan masalah dalam negerinya.
Direktur Forum Pasifik di Center for Strategic and International Studies di Hawaii Carl Baker dikutip Reuters mengatakan, "Pembatalan itu menimbulkan kekhawatiran Asia mengenai kelanjutan komitmen Amerika."
Bahkan Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong menyatakan kecewa karena Obama tidak berkunjung ke Asia. "Sungguh sangat mengecewakan Presiden Obama tidak mampu datang untuk berkunjung ke Asia," katanya.
Sementara itu, Presiden China Xi Jinping malah menyatakan telah mendapatkan kesepakatan senilai 30 miliar dollar. Bahkan di Malaysia dilaporkan akan mengumumkan "kemitraan strategis yang komprehensif" termasuk meningkatkan hubungan militer.
Sejak tahun 2011, China telah mengkonsolidasikan posisinya sebagai mitra dagang terbesar sebagian besar negara Asia namun investasi langsungnya masih berada di bawah Eropa, Jepang dan Amerika Serikat.
Namun demikian negara-negara kecil seperti Laos dan Kamboja sudah tertarik kepada orbit ekonomi China sehingga, seperti ditulis Stuart Grudgings dari Reuters, mereka bisa disebut "negara-negara klien" Beijing.
Perusahaan-perusahaan China telah menanamkan modalnya senilai US$4,42 miliar di Asia Tenggara tahun 2012, meningkat 52% dibandingkan tahun sebelumnya. Seperti dikutip media China yang melansir laporan Dewan Bisnis China-ASEAN, investasi China di Vietnam melonjak 147 persen.
"Bagi negara-negara yang tidak dekat bersekutu dengan AS, absennya Obama akan memperkuat kebijakan negara mereka untuk dekat dengan China, tulis Carl Thayer, profesor emeritus di Australian Defence Force Academy di Canberra.
Ekspansi damai
Menurut pengamat militer Jepang dan Barat, China menunjukkan diri mampu mengerahkan pasukannya jauh dari bibir pantainya seperti terlihat dari latihan tempur yang dilakukannya. Kapal-kapal China berubah lebih cepat dari negara manapun sehingga memiliki kapal selam nuklir dan konvensional yang baru, kapal perusak serta kapal patroli yang dilengkapi rudal. Melalui pangkalan barunya di Pulau Hainan, kapal-kapal China dalam jumlah besar telah berpatroli secara berkala.
Namun pada saat bersamaan, diplomasi militer di Asia Tenggara mempromosikan apa yang dilukiskan Beijing sebagai "kebangkitan damai". Kapal rumah sakit Angkalan Laut China "Peace Ark" baru-baru ini merawat ratusan pasien dalam perjalanan ke Myanmar, Kamboja dan Indonesia. Kapal angkatan lautnya juga mengikuti patroli anti perompak di Teluk Aden mampir di pelabuhan
negara-negara Asia seperti di Singapura dan Vietnam.
Namun demikian, sejumlah diplomat menyebut Beijing masih harus melalui perjalanan panjang sebelum mencapai taraf dominan seperti Amerika Serikat. "China datang terlambat ke pesta," ujar Richard Bitzinger, analis militer dari S. Rajaratnam School of International Studies di Singapura.
(Reuters/Metro)
0 komentar:
Posting Komentar