“Ini jelas merupakan ancaman nyata bagi
Indonesia,” kata Laksamana Madya Desi, yang juga Rektor Universitas
Pertahanan Indonesia. Ia mengatakan Indonesia perlu siap menghadapi
setiap tindakan yang dilakukan oleh pihak yang terlibat dalam sengketa.
Untuk meningkatkan pertahanan militernya di Laut Cina Selatan,
pemerintah Indonesia sedang mempersiapkan pembangunan skadron jet tempur
F16 di Pekanbaru, Kepulauan Riau, dan skadron helikopter Apache dekat
Laut Cina Selatan.
Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro mengatakan, pemerintah telah
memutuskan secara terukur untuk melindungi eksplorasi lapangan gas
terbesar di Asia di blok East Natuna, Kepulauan Riau, sebelumnya dikenal
sebagai blok Natuna D Alpha-, yang ditetapkan akan dilakukan
pembangunan dalam waktu dekat.
“Produksi minyak dan gas di Laut China Selatan sangat besar dan kami
akan mengembangkan ladang gas terbesar di Asia. Kita perlu
mengamankannya sebagai objek strategis nasional, “kata Purnomo di
sela-sela peluncuran lima kapal serangan rudal dan satu kapal patroli
cepat di pelabuhan kontainer Batu Ampar di Batam, Kepulauan Riau.
Pada kesempatan tersebut, Purnomo mengatakan, investasi dalam sistem
pertahanan negara telah berkembang luas selama lima tahun terakhir, dan
jumlah itu tiga kali lebih besar dari investasi pemerintah selama
pemerintahan 2005-2009 dan lima kali lebih besar dari pemerintahan
2000-2004.
Mantan menteri energi dan sumber daya mineral mengatakan, skadron F16
akan meningkatkan kemampuan tempur yang ada di Pekanbaru, yang
merupakan rumah bagi sejumlah jet tempur Hawk 100 dan 200.
“Akan ada LIFT [lead-in fighter trainer], jet tempur Hawk 100 dan 200
jet serta seri terbaru jet tempur F16 C / D. [Kami membutuhkan
alutsista itu] karena ada banyak proyek-proyek strategis di sana, “kata
Purnomo, sambil menolak untuk mengomentari perselisihan di Laut Cina
Selatan.
Indonesia telah memperingatkan bahwa sengketa teritorial atas
pulau-pulau tertentu di Laut Cina Selatan merupakan ancaman nyata, yang
secara cepat atau lambat bisa berdampak kepada Indonesia.
Kepala Badan Koordinasi Keamanan Maritim (Bakorkamla), Laksamana
Madya Desi Albert Mamahit, mengatakan perairan Indonesia di Kepulauan
Riau bukan bagian dari wilayah yang disengketakan. Namun, mereka sangat
dekat dengan daerah sengketa dan China belum mengklarifikasi klaim yang
mereka buat terkait zona ekonomi eksklusif Indonesia yang ada di sekitar
Laut China Selatan.
“Ini jelas merupakan ancaman nyata bagi Indonesia,” kata Laksamana
Madya Desi, yang juga Rektor Universitas Pertahanan Indonesia. Ia
mengatakan Indonesia perlu siap menghadapi setiap tindakan yang
dilakukan oleh pihak yang terlibat dalam sengketa.
Dia mengatakan, China telah mengklaim kepemilikan atas Kepulauan
Paracel dan Kepulauan Spratly dengan mengatakan perairan sekitar mereka
adalah daerah penangkapan ikan tradisional China, meskipun mereka berada
ribuan kilometer dari daratan China.
Pada saat yang sama, sejumlah negara anggota ASEAN, yaitu Vietnam,
Malaysia, Filipina dan Brunei Darussalam, juga mengklaim kepemilikan
atas wilayah di Laut China Selatan.
“Ini rumit karena ada konflik antara sesama negara anggota ASEAN dan
China. Itu membuat sulit untuk berbicara dengan satu suara, meskipun
sejauh solidaritas ASEAN telah dipertahankan, “kata Laksamana Madya Desi
Albert Mamahit. (thejakartapost). JKGR
0 komentar:
Posting Komentar