Kamis, 02 Oktober 2014

RI Perkuat Pertahanan di Laut China Selatan

“Ini jelas merupakan ancaman nyata bagi Indonesia,” kata Laksamana Madya Desi, yang juga Rektor Universitas Pertahanan Indonesia. Ia mengatakan Indonesia perlu siap menghadapi setiap tindakan yang dilakukan oleh pihak yang terlibat dalam sengketa.

Indonesia beli helikopter  Apache untuk perkuat pertahanan di Laut China Selatan

Indonesia beli helikopter Apache untuk perkuat pertahanan di Laut China Selatan
Untuk meningkatkan pertahanan militernya di Laut Cina Selatan, pemerintah Indonesia sedang mempersiapkan pembangunan skadron jet tempur F16 di Pekanbaru, Kepulauan Riau, dan skadron helikopter Apache dekat Laut Cina Selatan.

Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro mengatakan, pemerintah telah memutuskan secara terukur untuk melindungi eksplorasi lapangan gas terbesar di Asia di blok East Natuna, Kepulauan Riau, sebelumnya dikenal sebagai blok Natuna D Alpha-, yang ditetapkan akan dilakukan pembangunan dalam waktu dekat.
“Produksi minyak dan gas di Laut China Selatan sangat besar dan kami akan mengembangkan ladang gas terbesar di Asia. Kita perlu mengamankannya sebagai objek strategis nasional, “kata Purnomo di sela-sela peluncuran lima kapal serangan rudal dan satu kapal patroli cepat di pelabuhan kontainer Batu Ampar di Batam, Kepulauan Riau.

Pada kesempatan tersebut, Purnomo mengatakan, investasi dalam sistem pertahanan negara telah berkembang luas selama lima tahun terakhir, dan jumlah itu tiga kali lebih besar dari investasi pemerintah selama pemerintahan 2005-2009 dan lima kali lebih besar dari pemerintahan 2000-2004.
Mantan menteri energi dan sumber daya mineral mengatakan, skadron F16 akan meningkatkan kemampuan tempur yang ada di Pekanbaru, yang merupakan rumah bagi sejumlah jet tempur Hawk 100 dan 200.
“Akan ada LIFT [lead-in fighter trainer], jet tempur Hawk 100 dan 200 jet serta seri terbaru jet tempur F16 C / D. [Kami membutuhkan alutsista itu] karena ada banyak proyek-proyek strategis di sana, “kata Purnomo, sambil menolak untuk mengomentari perselisihan di Laut Cina Selatan.
Indonesia telah memperingatkan bahwa sengketa teritorial atas pulau-pulau tertentu di Laut Cina Selatan merupakan ancaman nyata, yang secara cepat atau lambat bisa berdampak kepada Indonesia.
Kepala Badan Koordinasi Keamanan Maritim (Bakorkamla), Laksamana Madya Desi Albert Mamahit, mengatakan perairan Indonesia di Kepulauan Riau bukan bagian dari wilayah yang disengketakan. Namun, mereka sangat dekat dengan daerah sengketa dan China belum mengklarifikasi klaim yang mereka buat terkait zona ekonomi eksklusif Indonesia yang ada di sekitar Laut China Selatan.
“Ini jelas merupakan ancaman nyata bagi Indonesia,” kata Laksamana Madya Desi, yang juga Rektor Universitas Pertahanan Indonesia. Ia mengatakan Indonesia perlu siap menghadapi setiap tindakan yang dilakukan oleh pihak yang terlibat dalam sengketa.
Dia mengatakan, China telah mengklaim kepemilikan atas Kepulauan Paracel dan Kepulauan Spratly dengan mengatakan perairan sekitar mereka adalah daerah penangkapan ikan tradisional China, meskipun mereka berada ribuan kilometer dari daratan China.

Pada saat yang sama, sejumlah negara anggota ASEAN, yaitu Vietnam, Malaysia, Filipina dan Brunei Darussalam, juga mengklaim kepemilikan atas wilayah di Laut China Selatan.
“Ini rumit karena ada konflik antara sesama negara anggota ASEAN dan China. Itu membuat sulit untuk berbicara dengan satu suara, meskipun sejauh solidaritas ASEAN telah dipertahankan, “kata Laksamana Madya Desi Albert Mamahit. (thejakartapost). JKGR

0 komentar:

Posting Komentar

Form Kritik & Saran

Nama

Email *

Pesan *