Bagi Puspenerbal sendiri, pesawat baru ini akan dikonsentrasikan di Perairan Aru dan wilayah perbatasan Indonesia-Malaysia dan Indonesia-Filipina.
Maklum, di wilayah perbatasan, penyelundupan masih kerap terjadi, sementara di Aru, pencurian ikan oleh kapal asing diakui masih sulit diberantas.
Dengan FLIR versi SAFIRE III, ungkap sumber Angkasa, CN-235 Patmar sanggup mengidentifikasi kapal pelaku penyelundupan atau pencurian ikan dari ketinggian 4.000 kaki. Data identitas ini selanjutnya bisa dikirim real-time ke KRI terdekat untuk penindakan yang lebih cepat.
FLIR SAFIRE III juga bisa "menembakkan" laser untuk mengukur jarak pesawat dengan sasaran. "Ini adalah kelebihan lain dari FLIR terbaru yang terpasang di perut CN-235 Patmar. Kemajuan teknologi telah membuat kemampuan peralatan terus meningkat.
Dengan posisi radar di perut, kini kami juga bisa melihat sasaran di belakang pesawat," jelasnya sembari membandingkan dengan posisi radar sebelumnya di moncong pesawat yang hanya bisa melihat ke depan, kiri dan kanan pesawat.
Tapi, bukankah penempatan dome radar di bawah membuat drag menjadi lebih besar?
Betul, sergah Direktur Teknologi Dr. Andi Alisjahbana kepada Angkasa. Üntuk itulah di ujung sayap utama sekarang kami tambahkan winglet. Sayap kecil ini bisa meredam sampai 10 persen dari drag, jadi balance-lah," ungkapnya.
● Angkasa
0 komentar:
Posting Komentar