"Jangan libatkan pihak lain masuk ke dalam masalah ini."
Kelompok peretas asal Negeri Kanguru yang menamakan diri Anonymous Australia meminta kepada hacker asal Indonesia tidak menyasar situs-situs milik organisasi amal dan bisnis kecil dalam melampiaskan dendam atas aksi penyadapan. Mereka meminta kelompok peretas asal Indonesia hanya menyasar situs milik Pemerintah Australia saja.
Dilansir harian Australia, Sabtu, 9 November 2013 Sydney Morning Herald (SMH), Anoynmous Australia bahkan memperingatkan kelompok peretas Indonesia untuk mematuhi imbauan mereka.
"Situs-situs bisnis yang tak terkait masalah ini, seharusnya tidak diserang. Kami meminta sebagai sesama saudara agar fokus kepada target utama Anda, Pemerintah dan Badan Intelijen. Jangan libatkan pihak lain masuk ke dalam masalah ini" tulis Anonymous Australia dalam sebuah video di situsCyber War News.
Apabila hal itu dilanggar, lanjut Anonymous Australia, maka para peretas Indonesia harus merasakan kemarahan dari satu sesama peretas dari Negeri Kanguru. Bahkan, Anonymous Australia berjanji akan membantu kelompok peretas tanah air untuk menyerang situs-situs Pemerintah, asal tak lagi menyasar situs resmi milik pengusaha dan organisasi amal.
Mengikuti permintaan Anonymous Australia, sebuah kelompok peretas Indonesia, Java Cyber Army, bersumpah akan melancarkan kembali serangan terhadap situs-situs milik Pemerintah Australia. Kali ini sasarannya situs milik Badan Intelijen Australia, ASIO.
Mereka bersumpah untuk mulai melancarkan serangan kedua pada Jumat malam kemarin. Hal itu juga tertulis dalam akun Facebook mereka. Kelompok tersebut pada Jumat kemarin melancarkan serangan denial-of-service (DOS) ke situs ASIO yang beralamat di asio.gov.au.
Menurut laman Softpedia, situs tersebut sempat kolaps selama dua hingga tiga menit sebelum akhirnya kembali normal dan dapat diakses. Dihubungi melalui Facebook oleh Fairfax Media, para peretas kelompok Java Cyber Army mengaku mereka kesal dengan respon Pemerintah Australia yang enggan meminta maaf soal aksi penyadapan yang diduga dilakukan dari balik Gedung Kedutaan di Jakarta.
Sebelumnya, kelompok ini telah menyerang berbagai situs non pemerintah. Situs-situs yang telah disasar antara lain, RS Queensland, asosiasi kanker anak, dan sebuah organisasi amal anti perbudakan.
Total ada sekitar 100 situs Australia yang berhasil diretas oleh hacker Indonesia.
"Katakan kepada Pemerintah Anda, kami akan berhenti beraksi apabila ada jawaban yang jelas terhadap aksi penyadapan ke Indonesia," tulis Juru Bicara Java Cyber Army ketika dihubungi melalui Facebook oleh SMH.
Sementara menurut Direktur Yayasan Tumor Anak Australia, Lisa Cheng, mengaku tak tahu menahu mengapa situs organisasinya malah disasar hacker Indonesia.
"Saya tidak dapat membayangkan mengapa ada orang yang mau menyerang sebuah organisasi amal skala kecil. Saya rasa kami target yang mudah untuk diserang," ujar Cheng.
Pihak Kedubes Australia di Jakarta yang dihubungi VIVAnews pada Sabtu, 9 November 2013 mengatakan tidak ingin berkomentar mengenai aksi penyerangan oleh hacker asal Indonesia. Juru Bicara Kedubes, Ray Marcelo, menyerahkan semua kasus ini kepada otoritas berwenang di Negeri Kangguru.
"Kami menyadari adanya serangan hacker yang melibatkan situs individu dan bisnis kecil. Saat ini aksi tersebut tengah ditelusuri oleh polisi di negara bagian yang bersangkutan. Kedubes Australia tidak ingin mengomentari terkait aksi tersebut," tulis Marcelo dalam surat elektronik ke VIVAnews.
VIVAnews -
0 komentar:
Posting Komentar