Demokrasi Bicara: “Miss World Bagian Dari Kebebasan Berekspresi”
Oleh : Siti Shofia
VOA-ISLAM.COM -
Kontes kecantikan Miss World yang rencananya akan diselenggarakan pada
28 September mendatang di Sentul International Convention Center (SICC)
Bogor Jawa Barat, mengundang pro dan kontra bagi masyarakat. Sebagian
pihak yang pro menilai bahwa dengan diadakannya ajang kontes kecantikan
itu di Indonesia akan meningkatkan potensi pariwisata dalam negeri.
Hal
tersebut tentu didukung oleh pejabat daerah dan para pengusaha terutama
yang berkaitan dengan kontes kecantikan ini sebagai peluang untuk
mempromosikan produk mereka. Di pihak lain menilai dengan
diselenggarakannya acara tersebut justru akan merusak nilai-nilai moral
masyarakat karena sarat kemaksiatan. Penolakan tesebut disampaikan
terutama oleh ormas-ormas Islam.
Jika
sebagian pihak menilai kegiatan tersebut dapat dimanfaatkan untuk sumber
pendapatan (baik APBN/APBD atau kantung para pengusaha) misalnya untuk
menarik para wisatawan lokal dan asing, maka ini dikatakan sebagai
bentuk penghalalan segala cara demi keuntungan sebesar-besarnya tanpa
memperhatikan substansi dari Miss World ini. Sebenarnya masih banyak
cara lain yang lebih intelek untuk mempromosikan pariwisata kita.
Sebagaimana
yang kita ketahui bahwa dalam pemilihan ratu dunia/sejagat itu (baik
Miss World, Miss Universe, Putri Indonesia, Miss Indonesia, dll)
terdapat serangkaian kegiatan untuk memamerkan kecantikan dan penampilan
fisik tubuh wanita meski dalam perkembangannya diselipkan ide 3B (Brain, Beauty, and Behavior).
Mereka
(para kontestan ini) berlomba-lomba untuk menjadi wanita yang tercantik,
dan terkadang mereka harus melakukan oprasi tubuh mereka. Para wanita
lainnya seolah tak mau ketinggalan ingin tampil cantik seperti
model-model ratu kecantikan idolanya.
Bukankah
ini sebagai bentuk ‘eksploitasi wanita’ yang berbalut kemolekan? Wanita
seolah dijadikan sebagai alat komoditi ekonomi. Kaum wanita yang
seharusnya menjadi kaum yang terjaga dan terhormat, malah rela
menggadaikan harga dirinya.
Di alam
demokrasi ini orang-orang diharuskan untuk mengikuti ide
westernisasi/globalisasi atas nama kebebasan berekspresi. Karena di
dalam ide demokrasi terdapat 4 pilar kebebasan individu, yakni kebebasan
berpendapat, kebebasan beragama, kebebasan kepemilikan, dan kebebasan
berperilaku.
Dalam
sistem ini setiap orang diberikan kesempatan untuk melakukan apapun
sesuai keinginannya meski harus melanggar norma-norma agama dan moral.
Maka tak heran segala macam bentuk kontes kecantikan dari mulai kontes
kecantikan binatang, wanita, waria, sampai kemacho-an pria pun disukai
orang-orang sekuler.
Kembali
pada persoalan Miss World bahwa ajang kecantikan ini tidaklah patut
diselenggarakan di negeri ini. Bagaimana mungkin penduduk yang mayoritas
muslim ini menerima kontes yang sarat akan kemaksiatan? Miss World
bukan budaya kita. Ini adalah budaya orang-orang Barat (kafir) untuk
menanamkan ide kebebasan mereka yang disuntikan ke negeri-negeri muslim
agar dapat diterima.
Bukankah
Rasulullah saw sudah mengingatkan kita lewat sabdanya, dari Abdullah
bin Umar Radhiyallahu ‘Anhu dia berkata: Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi
wa Sallam bersabda: “Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk darinya”.
(HR. Abu Daud no. 4031, shahih). Sebagai seorang muslim hendaknya kita
harus menyeleksi setiap budaya asing yang masuk ke negeri kita yang
tidak sesuai dengan aturan dan prinsip-prinsip Islam.
Selama
sistem kapitalisme-demokrasi masih berlangsung, maka selama itu pula
orang-orang kafir dan sekuler akan mencari segala cara untuk mengubah
pola pikir orang agar menjadi liberal tanpa aturan. Sehingga efeknya
adalah kaum muslim menjadi semakin enggan untuk diatur oleh syariat
Islam. Ini berbahaya bagi keberlangsungan Islam dan umatnya.
Untuk
itu, ajang Miss World ini harus ditolak disamping perlu upaya dari kita
sebagai bagian dari kaum muslimin yang peduli untuk menyadarkan
orang-orang akan bahaya diterapkannya aturan demokrasi ini. Sebagai
solusinya adalah mengubah sistem yang rusak ini (demokrasi) dengan
sistem Islam yang komprehensif yang mampu menjaga umat dari pola pikir
liberalisme. [Widad]
voa-islam.com
0 komentar:
Posting Komentar