7 Gempa Bumi di Indonesia Yang Tercatat Dengan Jumlah Korban Ribuan Jiwa
Berikut ini adalah gempa-gempa yang pernah terjadi sepanjang sejarah di Indonesia yang telah tercatat
dengan korban jiwa ribuan orang. Namun ada beberapa gempa bumi yang
lebih besar lainnya dari daftar ini, namun tak tercatat jumlah korban
jiwanya dikarenakan gempa tersebut terjadi pada abad ke-18. Berikut
gempa-gempa tersebut:
1. Gempa Andaman (aka Gempa Aceh) Sumatera
Korban : 283,106
Tanggal : 26 Desember 2004
Magnitude : 9.1 – 9.3
Gempa memicu serangkaian tsunami di
sepanjang pantai minimal 13 negara-negara ditengah samudera maupun
dilepas pantai Samudera Hindia.
Dari Asia Tenggara, Asia Selatan dan
negara-negara bagian pantai timur benua Afrika, bahkan hingga ke Afrika
Selatan terkena imbas tsunaminya.
Selain Indonesia, gelombang tsunami juga
menerpa Malaysia, Thailand, Myanmar, Sri Lanka, India, Maladewa,
Seychelles, Somalia, Kenya, Tanzania, Madagaskar dan Afrika Selatan (lihat peta)
Gempa dan tsunami ini telah menewaskan
ribuan orang dan menenggelamkan masyarakat pesisir. Gempa ini cukup
besar yang menyebabkan seluruh dunia ikut bergetar sebanyak setengah
inci, atau lebih dari satu sentimeter. (video gempa & Tsunami | video National Geographic – Seconds From Disaster – Asian Tsunami | video Tsunami Caught On Camera Full movie)

Earthquake and tsunami on Aceh Indonesian 2004

A Ship in front of Hotel Medan, Aceh after earthquake and tsunami on Aceh Indonesian 2004.

The tsunami struck a hotel on the coast of the island of Phuket, Thailand, December 26, 2004.
2. Gempa Jogjakarta, Selatan Jawa Tengah
Korban : 6.234
Tanggal : 26 Mei 2006
Magnitude : 6.3
Gempa Bumi Yogyakarta Mei 2006 adalah
peristiwa gempa Bumi tektonik kuat yang mengguncang Daerah Istimewa
Yogyakarta dan Jawa Tengah pada 27 Mei 2006 (26 May UTC) kurang lebih
pukul 05.55 WIB selama 57 detik.
Gempa Bumi tersebut berkekuatan 5,9 pada skala Richter. United States Geological Survey melaporkan bahwa gempa terjadi sebesar 6,2 pada skala Richter. (video “Sebuah Catatan” Film Dokumenter Gempa Yogya 26 Mei 2006)
Rumah-rumah disebuah desa yang runtuh akibat gempa Jogya 26 Mei 2006
3. Gempa Papua, Pegunungan Jayawijaya
Korban : 5.422 (422 tewas, lebih 5000 hilang)
Tanggal : 25 Juni 1976
Magnitude : 7.1
Gempa bumi Papua 1976 terjadi 25 Juni
1976 di Papua. Kekuatan gempa 7,1 skala richter yang mengakibatkan lebih
dari 500 orang tewas termasuk lebih dari 70 orang yang disebabkan tanah
longsor dan 5000-9000 orang dilaporkan hilang setelah tanah longsor dan
diperkirakan tewas.
Total enam desa dilaporkan hancur di daerah gempa. Wilayah barat Papua dan timur dari Papua Nugini dilaporkan juga merasakan terjadinya gempa.
4. Gempa Flores, Nusa Tenggara
Korban : 2.500 (minimal 2,500 tewas and 500 luka)
Tanggal : 12 Desember 1992
Magnitude : 7.8
Gempa bumi Flores Desember 1992 ialah
gempa bumi berkekuatan 7,8 pada skala Richter di lepas pantai Flores,
Indonesia. Terjadi pada 12 Desember 1992 pada pukul 13:29 WITA.
Gempa bumi ini menyebabkan tsunami
setinggi 36 meter yang menghancurkan rumah di pesisir pantai Flores,
membunuh setidaknya lebih dari 2.000 jiwa, 500 orang hilang, 447 orang
luka-luka, dan 5.000 orang mengungsi.
Gempa ini sedikitnya menghancurkan 18.000
rumah, 113 sekolah, 90 tempat ibadah, dan lebih dari 65 tempat lainnya.
Kabupaten yang terkena gempa ini ialah Kabupaten Sikka, Kabupaten
Ngada, Kabupaten Ende, dan Kabupaten Flores Timur. Kota yang paling
parah ialah Maumere. Lebih dari 1.000 bangunan hancur dan rusak berat.
Destruction
of Riangkroko, Indonesia A sandy beach is all that remains after the
waves removed all trace of Riangkroko. An extremely large tsunami runup
(26 m) was measured at this small rural village on Flores Island, and
137 people lost their lives to the earthquake and the tsunamis. The
village was located at the mouth of the Nipah River, a small river with
its northwest side facing the Flores Sea. The inundation distance from
the shoreline along the river is approximately 600 m. [Photo Credit:
Harry Yeh, University of Washington]
Aerial
view of Riangkroko, Indonesia An aerial view of Riangkroko after the
tsunami. The area inundated by the tsunami appears as bare ground. The
devastation indicates that the tsunami must have been very strong to
have removed almost all the vegetation and structures in the area.
[Photo Credit: Harry Yeh, University of Washington]
Complete
devastation at Pagaraman, Babi Island, Indonesia A view of the complete
devastation of Pagaraman, on Babi Island. Due to strong earth shaking
and tsunami waves, about 700 people were reported killed and more than
100 were reported missing. This area had the largest death toll of any
location for this event. Eyewitnesses described gruesome scenes
including human remains suspended from tree branches. Babi Island is
located about five kilometers offshore of Flores Island. It has a
conical shape, a two kilometer diameter, and a summit elevation of 351
m. In spite of its location close to the main island, one sounding in
the narrow gap between Babi and Flores is 241 m deep. The north shore
faces the Flores Sea and is protected by a wide coral reef. The south
shore-where the destroyed villages were located-has a much narrower
reef. Near the middle of the south shore there is a small tidal flat
which separates Kampungbaru (on the west side) from Pagaraman (on the
east side). Both villages were completely destroyed by the tsunamis. The
tsunamis washed away everything from Pagaraman leaving only white beach
sand. [Photo Credit: Harry Yeh, University of Washington]
Complete
destruction at Kampungbaru, Babi Island, Indonesia The effects of the
tsunami at Kampungbaru, Babi Island. This Moslem village on Babi Island
was also completely destroyed. A few large pieces of structures are now
scattered on the unusually wide and flattened white sandy beach and very
few trees remain. Sediment, like beach sand, has been spread over about
300 m wide area of the beach. [Photo Credit: Harry Yeh, University of
Washington]
Debris
dump Kampungbaru, Indonesia Between the upper end of the sediment sheet
and the foothills there is a dense coconut tree grove at Kampungbaru.
This grove is now approximately 1.5 m lower than the beach surface. It
is not known whether this lower elevation was created by subsidence
following the earthquake or if it was the original topography.
Regardless, this area of lower elevation is where all the debris from
the village was dumped by the tsunami. The site looked and smelled like a
shallow garbage dump. [Photo Credit: Harry Yeh, University of
Washington]
Effects
at Wuhring, Floress Island, Indonesia The effects of the tsunami at
Wuhring, Flores Island. Although the tsunami heights at this location
were lower than elsewhere (only about 3.5 m) the waves swept entirely
over the 400 m by 200 m peninsula inundating the densely populated
community of Wuhring and killing 100. Here the damage was not as severe
as on Babi Island. The waves left conical sand accumulations inside the
houses, and at some locations the depth of the debris was about one
meter. [Photo Credit: Harry Yeh, University of Washington]
5. Gempa (Daratan) Pulau Bali
Korban : 1500 (minimal)
Tanggal : 20 Januari 1917
Magnitude : 6.6
Pada tanggal 21 Januari (23:11 pada 20
Januari UTC) Gempa di Bali terjadi pada pukul 06:50 waktu setempat.
Magnitudo diperkirakan 6,6 skala Richter pada gelombang permukaan dan
memiliki intensitas yang dirasakan maksimal level IX (kekerasan) skala
intensitas Mercalli.
Gempa ini menyebabkan kerusakan luas di
seluruh Bali, terutama di bagian selatan pulau. Dan gempa ini memicu
banyaknya tanah longsor, yang menyebabkan 80% dari 1.500 korban yang
tewas.
Reruntuhan bangunan setelah gempa di Bali pada tahun 1917 (COLLECTIE TROPENMUSEUM via wikimedia.org)
6. Gempa Pulau Nias, Sumatera Utara
Korban : 1.346
Tanggal : 28 Maret 2005
Magnitude : 8.6
Gempa Bumi Sumatera 2005 terjadi pada
pukul 23.09 WIB pada 28 Maret 2005. Pusat gempanya berada di 2° 04′ 35″ U
97° 00′ 58″ T, 30 km di bawah permukaan Samudra Hindia, 200 km sebelah
barat Sibolga, Sumatera atau 1400 km barat laut Jakarta, sekitar
setengah jarak antara pulau Nias dan Simeulue.
Catatan seismik memberikan angka 8,7
skala Richter (BMG di Indonesia mencatat 8,2) dan getarannya terasa
hingga Bangkok, Thailand, sekitar 1.000 km jauhnya.
Dengan kekuatan sebesar 8,7 SR, gempa ini
merupakan gempa Bumi terbesar kedua di dunia sejak tahun 1964. Segera
setelah terjadi, muncul peringatan akan kemungkinan datangnya tsunami
yang akhirnya tidak terjadi.
Gempa ini kemungkinan terpicu oleh gempa
sebelumnya pada bulan Desember 2004, gempa Bumi Samudra Hindia 2004
(pada point urut #1).
Warga sedang melewati sebuah rumah yang telah rubuh karena gempa 28 Maret 2005
Gempa Nias Sumatera Utara 28 Maret 2005
7. Gempa Sumatera Barat (Lepas Pantai)
Korban : 1.117 (1.117 tewas, 1.214 terluka parah dan 1.688 luka ringan)
Tanggal : 30 September 2009
Magnitude : 7.9
Gempa Bumi Sumatera
Barat 2009 terjadi dengan kekuatan 7,6 Skala Richter di lepas pantai
Sumatera Barat pada pukul 17:16:10 WIB tanggal 30 September 2009. Gempa
ini terjadi di lepas pantai Sumatera, sekitar 50 km barat laut Kota
Padang.
Gempa menyebabkan
kerusakan parah di beberapa wilayah di Sumatera Barat seperti Kabupaten
Padang Pariaman, Kota Padang, Kabupaten Pesisir Selatan, Kota Pariaman,
Kota Bukittinggi, Kota Padangpanjang, Kabupaten Agam, Kota Solok, dan
Kabupaten Pasaman Barat.
Menurut data Satkorlak
PB, sebanyak 1.117 orang tewas akibat gempa ini yang tersebar di 3 kota
& 4 kabupaten di Sumatera Barat, korban luka berat mencapai 1.214
orang, luka ringan 1.688 orang, korban hilang 1 orang. Sedangkan 135.448
rumah rusak berat, 65.380 rumah rusak sedang, & 78.604 rumah rusak
ringan.
Gempa
Bumi Sumatera Barat 2009 terjadi dengan kekuatan 7,6 Skala Richter di
lepas pantai Sumatera Barat pada pukul 17:16:10 WIB tanggal 30 September
2009. Gempa ini terjadi di lepas pantai Sumatera, sekitar 50 km barat
laut Kota Padang.
Gempa
Bumi Sumatera Barat 2009 terjadi dengan kekuatan 7,6 Skala Richter di
lepas pantai Sumatera Barat pada pukul 17:16:10 WIB tanggal 30 September
2009. Gempa ini terjadi di lepas pantai Sumatera, sekitar 50 km barat
laut Kota Padang.
Jika dijumlahkan dari ketujuh gempa dengan korban terbanyak tersebut diatas, maka korban total lebih dari tiga ratus ribu jiwa atau lebih tepatnya adalah sebesar 301.225 jiwa,
dengan catatan bahwa hasil jumlah itupun hanya perhitungan secara kasar
saja. Tak jelas berapa korban yang tertimbun tanah longsor atau terkena
gelombang tsunami secara pastinya.
Gempa-gempa dahsyat lainnya yang terjadi di Indonesia dengan jumlah korban Ribuan Jiwa, namun Tak Tercatat secara resmi:
Selain ketujuh gempa bumi dengan korban
terbanyak yang telah tercatat tersebut, ada beberapa gempa dahsyat
lainnya yang jumlah korbannya tak tercatat dalam sejarah yang dipastikan
jumlah korbannya juga ribuan.
Walau tak tercatat, kepastian jumlah
korban ribuan pada gempa lainnya tersebut adalah dilihat dari
magnitudenya. Magnitude diatas 5 Skala Richter (SR) sudah bisa menelan
korban, diatas 6 SR korban sudah bisa ratusan, sedangkan diatas 7 SR
korban sudah bisa hingga ribuan jiwa.
Berikut beberapa gempa bumi dahsyat dengan magnitude diatas 8 pada Skala Richter yang tak tercatat korbannya, urutan ini bersadarkan pada kekuatan gempa (magnitude), yaitu:
1. Gempa bumi Sumatera Barat-Bengkulu, 25 November 1833.
Gempa terjadi pada pukul 22:00 waktu setempat, berlokasi dilepas pantai
antara Pariaman dan Bengkulu. Jumlah korban dipastikan ribuan jiwa,
terjadi gelombang Tsunami dan pergerakan lempeng yang menyebabkan
terangkatnya lempeng Eurasian dan kemudian terbentuknya pulau-pulau micro-atoll, magnitude gempa: 8,8–9,2 Skala Richter.
2. Gempa bumi Padang Sumatera Barat, 10 Februari 1797. Gempa
bumi Sumatera 1797 merupakan gempa bumi pertama dari serangkaian gempa
bumi besar yang terjadi pada bagian segmen Sumatera di sesar megathrust
Sunda. Gempa ini memicu gelombang tsunami yang menyebabkan kerusakan
parah di Kota Padang. Kapal-kapal Inggris seberat 150-200 ton didorong
hingga sejauh 1 km ke pedalaman sungai Batang Arau, magnitude gempa: 8.7-8.9 Skala Richter.
3. Gempa bumi Kep. Nias Sumatera Utara, 16 February 1861.
Gempa berlokasi di dekat Pulau Batu, Kepulauan Nias Sumatera Utara,
terjadi gelombang Tsunami di beberapa desa, diperkirakan ciri dan efek
gempa mirip dengan gempa Sumatera Utara 28 Maret 2005 (point #6
diatas). Gempa itu terasa sampai sejauh hingga ke semenanjung Melayu dan
bagian timur pulau Jawa. Sangat diyakini jumlah korban ribuan jiwa, magnitude gempa: 8.5 Skala Richter.
Disamping tujuh gempa lainnya dengan
korban jiwa yang tercatat dalam sejarah gempa di Indonesia, itulah
ketiga gampa tambahan terdahsyat lainnya di wilayah Indonesia namun yang
tak tercatat korbannya.
Kita mestinya tahu, bahwa pegeseran
lempeng-lempeng benua penyebab gempa selalu bergerak sejak planet Bumi
ini terbentuk hingga akhir hayatnya nanti. Jadi bukannya mengharapkan
ada gempa lagi dikemudian hari, namun itu adalah suatu kepastian.
Manusia tak bisa mengelak suatu bencana,
namun hanya tinggal bagaimana manusia dapat beradaptasi dan berusaha
untuk menjauh dari pertemuan lempeng-lempeng benua tersebut, atau
minimal untuk dapat mengetahui keilmuwan mengenai dasar-dasar
penanggulangan gempa bumi.
Kita tak perlu takut, justru Tuhan
mengharapkan kita untuk banyak belajar dan belajar dalam penanggulangan
bencana alam termasuk gempa, agar kita dapat menjadi leaders dalam hal bencana gempa bumi di muka Bumi.
Lalu, ilmu yang kita dapatkan tersebut
juga dapat kita disebarkan kepada wilayah lain bahkan ke negara lainnya.
Selama ilmu tersebut selalu digunakan, maka yang menyebarkannya akan
selalu mendapatkan pahala yang mengalir kepadanya. Semoga kita dapat
lebih siap lagi dan dapat belajar lebih baik lagi serta dapat mengambil
manfaatnya. (sumber: USGS /gambar: smate.wwu.edu / wikipedia)
sumber : indocropcircles.wordpress.com
0 komentar:
Posting Komentar