Setelah Amerika Serikat, Rusia, China dan India, Korea Selatan adalah
negara yang paling ambisius dalam mengembangkan pesawat tempur generasi
kelima.
Sejak Perang Korea (1950-1953), Korsel selalu menghadapi ancaman nyata dari tetangga utaranya (Korut). Di tengah ancaman invasi militer yang serius ini, Seoul terpaksa memberlakukan kebijakan pertahanan agresif. Selain mengembangkan Unmanned Aerial Vehicle (UAV), kita tahu saat ini Korsel dengan menggandeng Indonesia juga tengah melakukan penelitian besar untuk mengembangkan pesawat tempur generasi kelima, yaitu KAI KF-X.
KF-X sejatinya akan menggantikan armada pesawat tempur generasi 4 dan 4,5 milik Korsel yang seiring waktu akan semakin menua. Sebenarnya dengan kekuatan armada tempur udara yang dimiliki Korsel saat ini memang sudah di atas kekuatan armada tempur udara Korea Utara. Karena memang pesawat-pesawat tempur Korea Utara saat ini masih di dominasi oleh pesawat-pesawat tempur era Uni Soviet, entah untuk beberapa tahun ke depan nanti. Namun Korsel memang menginginkan pesawat tempur yang lebih baik lagi.
Dalam desainnya, KF-X dilengkapi dengan peralatan lacak dan avionaik canggih, mesin high-end, kinerja tangkas, berstruktur komposit dengan fitur siluman yang melekat. Namun, Korsel saat ini masih menghadapi tantangan berat untuk mengejar program pesawat tempur tersebut. Program ini masih berkutat dalam tahap pengembangan. Belum ada arah yang jelas, dan meskipun ilmuwannya sudah mengetahui keputusan "benar-salah" namun masih belum ada keputusan konkret yang diambil.
Intinya KF-X masih menggantung, seperti halnya program-program pengembangan pesawat tempur generasi kelima lain di seluruh dunia ini. Sejauh ini, hanya F-22 Raptor Amerika Serikat yang menjadi satu-satunya pesawat tempur generasi kelima yang operasional. Kemungkinan besar yang akan operasional selanjutnya adalah PAK FA T-50 Rusia.
Karena menghadapi fakta kekurangan dana dan tenaga ahli, Korsel tidak bisa memikul "beban" ini sendiri. Maka dirangkullah Indonesia yang siap menanggung 20% saham dari proyek tersebut. Kurangnya pusat-pusat penelitian militer di Seoul juga memaksa negara ini menghubungi pemain-pemain internasional lain dalam bidang dirgantara antara lain SAAB, Boeing, dan EADS.
Di luar semua itu, KF-X (atau IF-X untuk nama Indonesia) diperkirakan akan menggantikan armada KF-16, yang merupakan pesawat tempur F-16 Fighting Falcon namun versi khusus Korsel.
Sejauh ini, ada dua desain yang telah diusulkan yaitu KF-X-101 dan KF-X-102. KF-X yang pertama bermesin tunggal, sedangkan yang kedua bermesin ganda, konfigurasi sayap delta dengan canard di depan. Versi KF-X-101 mungkin harganya akan lebih murah, karena secara teknis memang lebih rendah dan karena akan lebih mudah dikembangkan dan diproduksi. Di sisi lain, KF-X-102 dilengkapi dengan semua keunggulan teknis dan kinerja yang optimal untuk intersepsi.
KF-X diharapakan akan mulai terbang pada tahun 2020. Pada batch pertama, 130 pesawat akan diproduksi, 50 diantaranya akan menjadi milik Indonesia.
Dibandingkan dengan KF-16 Korea Selatan saat ini, KF-X memiliki radius tempur yang lebih jauh yaitu sekitar 50 persen dan lebih panjang umurnya sekitar 34 persen. KF-X akan memiliki kecepatan maksimum Mach 1,8. Satu unitnya diperkirakan akan seharga US$ 50 juta.
Soal senjata, KF-X akan dilengkapi dengan rudal M61 Vulcan, AIM-9x Sidewinder, AIM-120 AMRAAM, bom diameter kecil, AGM-169 JCM, rudal anti kapal SSM-760K Haeseong, rudal jelajah Borame atau rudal jelajah Taurus, dan rudal jelajah supersonik. Kita tunggu saja ya.
[Foto via defencetalk.com]
artileri.org
0 komentar:
Posting Komentar