Detik.com Berbohong! Lurah Lenteng di tolak karena Cantik, bukan Agama
JAKARTA Detik.com kamis (03/10) mengabarkan berita bohong dengan menyatakan bahwa penolakan Lurah Lenteng Agung disebabkan karena faktor kecantikannya, bukan masalah Agama.
Dalam berita tersebut (Berita asli),
Berikut kutipan dari detik com:
Susan Jasmine Zulkifli, 43 tahun, dilantik menjadi Lurah Lenteng Agung, Jakarta Selatan oleh Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) pada 27 Juni lalu. Sejak menjabat, lurah berparas ayu itu rajin 'blusukan', ke kampung-kampung mengikuti gaya sang atasan, Jokowi.
Setiap Sabtu dan Minggu, Lurah Susan mengadakan kerja bakti di wilayah Lenteng Agung. Tak hanya menginstruksikan, dia juga terlibat langsung dalam kegiatan tersebut. Dia rajin berbaur dan berdialog langsung dengan warga. Kehadiran lurah cantik Susan tersebut memantik semangat warga untuk ikut gotong royong.
Bahkan para pengurus rukun tetangga dan rukun warga, yang umumnya laki-laki makin giat menggelar kerja bakti. Rupanya semangat para kaum bapak itu menimbulkan rasa cemburu di kalangan ibu-ibu warga Lenteng Agung.
Siti Maimunah (44 tahun), warga RT 14 RW 03, Lenteng Agung mengaku sejak Susan menjabat lurah banyak pengurus RT yang kegenitan. Misalnya, pengurus RT bela-belain ikut kerja bakti pada hari Minggu untuk membersihkan selokan. Padahal, pada saat bersamaan ada acara hajatan pernikahan di rumah tetangganya.
“Bapak-bapak ada yang malah ganjen sekarang. Mereka pakai minyak wangi lah kalau kerja bakti. Sokkerajinan gitu deh,” kata Maimunah yang sudah menetap di Lenteng Agung sejak 1980 tersebut kepada detikcom, Selasa (1/10).
Hal yang sama dikatakan warga RT 08 RW 04, Khadijah (39 tahun). Dia bersama Maimunah mengaku diajak ikut demo menolak Lentang Agung dipimpin oleh lurah Susan. Namun penolakan itu bukan karena adanya perbedaan agama.
Tapi, persoalan perempuan cantik menjadi lurah yang dikhawatirkan akan salah kaprah. “Ya bingung aja cakep-cakep ngapain jadi lurah. Mending pria saja yang lurah,” kata Khadijah. Unjukrasa penolakan terhadap Lurah Susan pun kebanyakan diikuti oleh kaum perempuan.
Setiap Sabtu dan Minggu, Lurah Susan mengadakan kerja bakti di wilayah Lenteng Agung. Tak hanya menginstruksikan, dia juga terlibat langsung dalam kegiatan tersebut. Dia rajin berbaur dan berdialog langsung dengan warga. Kehadiran lurah cantik Susan tersebut memantik semangat warga untuk ikut gotong royong.
Bahkan para pengurus rukun tetangga dan rukun warga, yang umumnya laki-laki makin giat menggelar kerja bakti. Rupanya semangat para kaum bapak itu menimbulkan rasa cemburu di kalangan ibu-ibu warga Lenteng Agung.
Siti Maimunah (44 tahun), warga RT 14 RW 03, Lenteng Agung mengaku sejak Susan menjabat lurah banyak pengurus RT yang kegenitan. Misalnya, pengurus RT bela-belain ikut kerja bakti pada hari Minggu untuk membersihkan selokan. Padahal, pada saat bersamaan ada acara hajatan pernikahan di rumah tetangganya.
“Bapak-bapak ada yang malah ganjen sekarang. Mereka pakai minyak wangi lah kalau kerja bakti. Sokkerajinan gitu deh,” kata Maimunah yang sudah menetap di Lenteng Agung sejak 1980 tersebut kepada detikcom, Selasa (1/10).
Hal yang sama dikatakan warga RT 08 RW 04, Khadijah (39 tahun). Dia bersama Maimunah mengaku diajak ikut demo menolak Lentang Agung dipimpin oleh lurah Susan. Namun penolakan itu bukan karena adanya perbedaan agama.
Tapi, persoalan perempuan cantik menjadi lurah yang dikhawatirkan akan salah kaprah. “Ya bingung aja cakep-cakep ngapain jadi lurah. Mending pria saja yang lurah,” kata Khadijah. Unjukrasa penolakan terhadap Lurah Susan pun kebanyakan diikuti oleh kaum perempuan.
DUSTA di siang Bolong! Ungkap Wartawan yang di Suap
Hal ini bertolak belakang aksi massa yang dipimpin Kiai Lenteng Agung, Bahkan Kiai Lenteng Agung angkat bicara, H. Naseri dan KH. Solihin Ilyas menyatakan kesediaannya untuk diajak makan siang. Akan tetapi jangan pernah berharap tokoh masyarakat Betawi asal Lenteng Agung tersebut bisa dibujuk, apalagi disuap untuk menjadi lunak. Selain itu tokoh masyarakat Lenteng Agung mempersoalkan jamuan jalanan ala kuli tersebut.
Poin yang disampaikan 'the right man in the right place' ini lah yang ditekankan oleh Menteri Gamawan, kata Donny. Donny kemudian membantah bahwa Menteri Dalam Negeri Gamawan Fauzi sebenarnya tidak pernah meminta Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo mencopot Lurah Susan."Beliau hanya memberikan pendapat, rekomendasi terkait Lurah Susan yang konon ditolak masyarakat," katanya.
Jika melihat PP no 73 tahun 2005 tentang kelurahan, disebut bahwa syarat-syarat tugas pokok, kedudukan, dan fungsi syarat menjadi lurah, salah satunya harus mempunyai kemampuan teknis di bidang administrasi pemerintah dan memahami sosial budaya masyarakat.
Sebelumnya, warga Lenteng Agung mengancam, tidak akan mendukung program-program Lurah Susan, juga tidak akan mengundang Lurah setiap hari besar Islam yang sebetulnya bermanfaat untuk menyampaikan program-program pemerintah, seperti program kebersihan lingkungan, PBB, dan sebagainya
Haram Dipimpin Wanita apalagi Kaum Kafirin !
"Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita." (QS. An Nisaa : 34). “Oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki).” (QS. An Nisaa : 34).
Kelompok non Muslim pandai sekali mencari istilah, yang enak dan sejuk didengar, yaitu pluralism atau kemajemukan.
Jangan sampai kita terseret gara-gara istilah kemajemukan itu kemudian menyangka semua agama itu seperti madzhab-madzhab yang mencari kebenaran di puncak gunung, dan boleh melewati lereng utara, lereng selatan atau barat, yang akhirnya akan sampai juga ke puncak.
Sedihnya kemudian sebagian intelektualnya seperti kerbau tercocok hidungnya, tanpa menggunakan daya kritis ikut melambungkan paham pluralisme itu. Padahal sekali kita menerima pluralisme tanpa kaca mata yang kritis, seperti kita mengerek agama Allah yang kaffah, yang diridai Allah itu, turun dari tingkat yang tinggi, seolah-olah agama kita sama dengan agama-agama yang lain.
Kadang kita tidak sadari, bahwa dengan ikut paham kemajemukan itu, kita justru sedang menurunkan martabat level agama Allah yang sempurna ini turun ke bawah, sama dengan Hindu, Budha, Kristen, Protestan, dan lain-lain.
Jadi kalau Allah mengatakan, kita harus mengimani wahyu yang diturunkan kepada Nabi Ibrahim, Nabi Isa, dan lain-lain, itu bukan berarti agama lain itu sama dengan agama kita. Karena Allah juga mengatakan, “Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu, hingga kamu mengikuti agama mereka.” (Al Baqarah: 120) (Kutipan hal. 19). (ikhlas/voa-islam)
(voa-islam)
0 komentar:
Posting Komentar