Sabtu, 07 Juni 2014

Belanja Militer Cina Lebih dari US$ 145 Miliar


Liaoning

Washington ★ Belanja militer Cina lebih dari US $ 145 miiar pada tahun lalu karena modernisasi terhadap pesawat tanpa awak (drone), kapal perang, jet, rudal dan senjata cyber, kata Departemen Pertahanan AS, Kamis 5 Juni 2014. Taksiran Pentagon ini lebih tinggi dari penghitungan resmi yang dikeluarkan Beijing.

Perkiraan Pentagon, menggunakan harga dan nilai tukar tahun 2013, 21 persen di atas nilai yang resmi diumumkan oleh Cina, yang sebesar US$ 119,5 miliar.

Soal anggaran dan perkembangan terbaru dari pertahanan Cina ini disampaikan Pentagon dalam laporan tahunannya kepada Kongeres AS. Laporan itu juga mengakui bahwa memperkirakan pengeluaran Cina tak mudah arena "kurangnya transparansi".

Laporan itu muncul hanya beberapa hari setelah Menteri Pertahanan AS Chuck Hagel menuduh Beijing mendestabilisasi kawasan dalam mengejar klaim teritorial.

Cina mengklaim hampir seluruh Laut Cina Selatan dan Laut Cina Timur yang diketahui kaya minyak dan gas, serta menolak klaim serupa atas daerah itu dari tetangganya, yaitu Taiwan, Brunei Darussalam, Vietnam, Filipina dan Malaysia. Jepang juga memiliki sengketa wilayah dengan Cina atas pulau-pulau di Laut Cina Timur.

Dalam laporan 96 halaman itu dikatakan bahwa Cina mempersiapkan kontingen potensial di Laut Cina Selatan dan Laut Cina Timur, dengan menyebut latihan Oktober 2013 lalu bernama "Maneuver 5" di Laut Filipina sebagai salah satu buktinya. Kata Pentagon, itu adalah latihan terbuka terbesar Angkatan Laut Cina sampai saat ini.

Amerika Serikat bulan lalu mendakwa lima perwira militer Cina dan menuduh mereka meretas perusahaan dan mencuri rahasia dagang perusahaan AS. Laporan terbaru ini juga memperbarui peringatan terkait soal tersebut.

"Cina menggunakan... kemampuannya untuk mendukung pengumpulan intelijen terhadap diplomatik, ekonomi, dan pertahanan di sektor basis industri AS yang mendukung program pertahanan nasional AS," kata laporan itu.

Pentagon juga mengutip soal kemajuan teknologi drone Cina dan menunjuk laporan Defense Science Board yang memperingatkan bahwa adanya dorongan Beijing untuk "menggabungkan sumber daya yang tak terbatas dengan kesadaran akan teknologi" yang "memungkinkan Cina sejajar atau bahkan melebihi pengeluaran AS dalam sistem pesawat tak berawak di masa depan."

Laporan itu mencatat bahwa pada September 2013, "kemungkinan" drone Cina tercatat untuk pertama kalinya melakukan pengintaian di atas Laut Cina Timur. Cina juga meluncurkan rincian empat drone yang sedang dikembangkannya pada tahun 2013, termasuk Lijian, drone siluman pertama negara itu.

Kementerian Pertahanan China, dalam sebuah pernyataan di situsnya "menentang" laporan Pentagon itu. "Tahun demi tahun AS mengeluarkan apa yang disebut laporan 'Perkembangan Militer dan Keamanan di China, membuat kritik tak masuk akal atas pertahanan dan pembangunan normal militer Cina dan melebih-lebihkan 'ancaman militer China', yang itu benar-benar salah," katanya.
Lijian drone

Cina sedang mengevaluasi laporan itu dan akan memberikan reaksi setelah melihat situasinya.AS Menilai China Gila-gilaan Investasi Alat Perang

Departemen Pertahanan atau Pentagon Amerika Serikat melansir data yang menyebut belanja peralatan milter China gila-gilaan. Menurut Pentagon, anggaran belanja peralatan perang Beijing pada tahun lalu tercatat sebesar USD 145 miliar atau sekitar Rp 1,7 biliun.

Anggaran sebesar itu untuk memodernisasi gudang drone (pesawat nirawak), kapal perang, pesawat jet tempur, rudal dan senjata cyber. Pentagon bahkan memprediksi pada tahun ini, anggaran belanja alutsista China jauh lebih besar dari tahun lalu.

Laporan itu muncul hanya beberapa hari setelah Menteri Pertahanan AS, Chuck Hagel, berkomentar keras yang membuat China marah. Hagel dalam komentarnya menuduh China melakukan destabilisasi wilayah Laut China Selatan dengan mengklaim seluruh wilayah laut tersebut. Padahal wilayah itu juga diklaim Taiwan, Brunei, Vietnam, Filipina dan Malaysia.

Dalam laporan setebal 96 halaman, Pentagon mengatakan China adalah menempatkan penekanan untuk mempersiapkan kontinjensi potensial di Laut China Selatan dan Laut China Timur. Pentagon mengklaim masih melihat Angkatan Laut China masih bermanuver di wilayah sengketa.

AS juga menyoroti bidang cyber China, di mana bulan lalu perwira China dituduh melakukan hacking terhadap fasilitas nuklir AS. ”China menggunakan kemampuannya untuk mendukung aksi intelijen mereka terhadap diplomatik, ekonomi, dan pertahanan AS,” bunyi laporan itu, seperti dikutip Reuters, Jumat (6/6/2014).

Dalam pengembangan pesawat nirawak, Pentagon juga menilai China telah melebihi AS dalam pengeluaran belanja untuk memodernisasi peralatan pesawat nirawaknya. Sementara itu, China hingga kini belum merespons laporan Pentagon itu.(mas)

  


0 komentar:

Posting Komentar

Form Kritik & Saran

Nama

Email *

Pesan *