Panglima
TNI, Jenderal TNI Moeldoko, menegaskan pentingnya kecanggihan alutsista
dalam mengurangi ancaman. Hal itu ia sampaikan saat konferensi pers di
Mabes TNI, Cilangkap, Jakarta Timur, Jumat (13/6).
Merujuk pada pernyataan Presiden, Moeldoko menjelaskan bahwa ancaman yang sering terjadi bersifat dua macam, yakni ancaman tradisional dan non-tradisional.
“Ancaman tradisional merupakan ancaman yang berupa invasi dari negara lain, sedangkan ancaman non-tradisional berbentuk terorisme, bencana alam, penyakit, dan macam-macam,” ucap Moeldoko.
Ancaman non-tradisonal biasa masuk melalui ideologi, politik, ekonomi, dan budaya. Sedangkan ancaman tradisional biasa menggunakan kekuatan militer.
“TNI akan menjadi garda terdepan dalam menghalau ancaman yang bersifat militer. Ancaman yang bersifat non-militer, yang menjadi garda terdepannya adalah kementerian terkait, contohnya Kementerian Perekonomian,” paparnya.
Panglima TNI menambahkan, kaitan ancaman dengan alutsista yang saat ini akan memasuki tahun Renstra II sangat erat. Keduanya saling mempengaruhi.
“Perkembangan ancaman ke depan dalam konteks thousand friends dan non thousand friends kecanggihan alutsista tetap diperlukan,” ucapnya.
Dalam konteks tersebut, sambungnya, kecanggihan teknologi sangat menentukan tinggi rendahnya tingkat ancaman buat negara. Kecanggihan teknologi perlu ditingkatkan beserta SDM-nya.
Ketika disinggung mengenai visi-misi capres terkait alutsista, Panglima TNI menjelaskan, map rancangan alutsista akan disusun pasca-terpilihnya presiden baru. Jurnal Maritim
Merujuk pada pernyataan Presiden, Moeldoko menjelaskan bahwa ancaman yang sering terjadi bersifat dua macam, yakni ancaman tradisional dan non-tradisional.
“Ancaman tradisional merupakan ancaman yang berupa invasi dari negara lain, sedangkan ancaman non-tradisional berbentuk terorisme, bencana alam, penyakit, dan macam-macam,” ucap Moeldoko.
Ancaman non-tradisonal biasa masuk melalui ideologi, politik, ekonomi, dan budaya. Sedangkan ancaman tradisional biasa menggunakan kekuatan militer.
“TNI akan menjadi garda terdepan dalam menghalau ancaman yang bersifat militer. Ancaman yang bersifat non-militer, yang menjadi garda terdepannya adalah kementerian terkait, contohnya Kementerian Perekonomian,” paparnya.
Panglima TNI menambahkan, kaitan ancaman dengan alutsista yang saat ini akan memasuki tahun Renstra II sangat erat. Keduanya saling mempengaruhi.
“Perkembangan ancaman ke depan dalam konteks thousand friends dan non thousand friends kecanggihan alutsista tetap diperlukan,” ucapnya.
Dalam konteks tersebut, sambungnya, kecanggihan teknologi sangat menentukan tinggi rendahnya tingkat ancaman buat negara. Kecanggihan teknologi perlu ditingkatkan beserta SDM-nya.
Ketika disinggung mengenai visi-misi capres terkait alutsista, Panglima TNI menjelaskan, map rancangan alutsista akan disusun pasca-terpilihnya presiden baru. Jurnal Maritim
0 komentar:
Posting Komentar