Situbondo – Puncak Latihan Gabungan TNI 2014 digelar
dengan latihan operasi darat gabungan di Pusat Latihan Pertempuran
Marinir V Baluran, Asembagus, Situbondo, Jawa Timur, Rabu (3/6).
Latihan Gabungan ini melibatkan 15.108 anggota dan sejumlah alusista
TNI, di antaranya adalah 23 kapal perang Republik Indonesia (KRI),
sejumlah kendaraan tempur amfibi, tank-tank Scorpion, delapan Pesawat
tempur Sukhoi SU 27/30, enam jet F-16, sepuluh Hawk 100/200, serta
sejumlah alusista lainnya.
Operasi pendaratan amfibi dengan dukungan kekuatan komposit semua
unsur alias ketiga matra TNI menjadi puncak Latihan Gabungan TNI 2014,
di Pantai Banongan, Kabupaten Situbondo, Jawa Timur, Rabu.
Setelah tembakan bantuan pantai dari kapal-kapal perang TNI AL di
lepas garis pantai, setelah diperkuat serangan udara multi layer dan
penguasaan ruang udara serta close air support, maka giliran tank-tank
amfibi Korps Marinir TNI AL beraksi.
Prajurit pendarat TNI AL dari berbagai kesatuan dan unsur secara
pasti bergerak dari kapal-kapal pembawa, merangsek sejak dari tumpuan
darat pertama di Pantai Banongan, terus menghantam kedudukan-kedudukan
musuh berkilometer jauhnya.
Wartawan ANTARA, Masuki M Astro, dari arena Latihan Gabungan TNI 2014
itu melaporkan, operasi amfibi itu menjadi puncak latihan gabungan
terbesar TNI setelah 1983 di Pantai Cilegon, Banten.
Personel TNI AL, TNI AU, dan TNI AD dari multi korps dan kesatuan
bahu-membahu menunjukkan kemampuan mereka setelah ditempa latihan secara
parsial yang terprogram dan terstruktur.
Menteri Pertahanan, Purnomo Yusgiantoro, Panglima TNI, Jenderal TNI
Moeldoko, Kepala Staf TNI AL, Laksamana TNI Marsetio, Kepala Staf TNI
AU, Marsekal TNI Ida Bagus Putu Dunia, serta Kepala Staf TNI AD,
Jenderal TNI Budiman, mencermati setiap pergerakan operasi penutup itu.
Menurut Markas Besar TNI, segenap skenario latihan terbesar itu
dibuat senyata mungkin. Semua peluru, peluru kendali, roket, bahan
peledaknya adalah material sungguhan sehingga diperlukan disiplin sangat
tinggi untuk mengoperasikan.
Sebelum operasi amfibi itu digelar pada hari “H” dan jam “J”, puncak
latihan itu ditandai gelombang pertama pendaratan menembus gelombang
pantai. Dilanjutkan proses bantuan tembakan kapal, menghancurkan
kedudukan musuh di pantai pendaratan yang dapat menggagalkan pelaksanaan
Operasi Amfibi.
Berturutan gelombang demi gelombang pertama baterai (istilah satuan
setingkat peleton bagi korps kavaleri) tank-tank amfibi lalu meluncur
dari dalam palka kapal-kapal pengangkut yang memiliki rampa.
Gelombang kedua terdiri dari kompi kendaraan pendarat amfibi yang
mengangkut pasukan dengan perlengkapan penuh, menyerang maju bersama
kompi tank dengan kerja sama infanteri tank; guna menduduki
sasaran-sasaran yang telah direncanakan sebelumnya.
Gelombang ketiga dari unsur kendaraan pendarat amfibi yang mendarat
untuk membantu pasukan yang lebih dulu mendarat dan menghancurkan
kedudukan musuh yang masih berada di sekitar pantai.
Setelah itu selesai, barulah pendaratan berikutnya alias gelombang
keempat, terdiri dua unit landing craft unit (LCU) dan enam unit
kendaraan amfibi pengangkut artileri, dengan unsur artileri medan
terdiri dari dua pucuk roket multi laras, RM-70 Grad dan meriam howitzer
105 milimeter.
Setelah mendarat, semuanya akan menempati titik siaga tempur
penembakan sesuai koordinat yang telah direncanakan, selanjutnya akan
memberikan tembakan artileri medan terhadap sasaran-sasaran musuh.
Gelombang atas panggilan mendarat dengan unsur KAPA yang mengangkut empat unit howitzer 105 mm. Setelah mendarat dan selanjutnya menuju pos tempur penembakan sesuai koordinat yang telah ditentukan.
Setelah meriam-meriam howitzer itu masuk untuk siaga penembakan, gelombang atas panggilan berikutnya mendarat dengan menggunakan LCU yang mengangkut dua unit RM-70 Grad.
Setelah mendarat kemudian menuju titik siaga penembakan yang telah direncanakan.
Dari udara, dukungan penguasaan superioritas ruang udara dioperasikan selain percepatan penguasaan titik-titik sasaran musuh memakai tiga helikopter.
TNI belum punya air cavalry sebagaimana satuan kavaleri udara di Ekspedisi Gabungan Korps Marinir Amerika Serikat atau Divisi Lintas Udara 1 Angkatan Darat Amerika Serikat.
Namun, prinsip interoperabilitas seperti itu diujicobakan
dilaksanakan dalam Latihan Gabungan TNI 2014, satu hal yang menjadi
target penguasaan doktrin baru tempur dan perang TNI.
Apalagi didukung topografi Pantai Banongan dan wilayah berkilometer
jaraknya dari garis pantai yang sangat mendukung untuk menguji itu
semua.
Tidak jauh dari pantai berpasir padat berkombinasi dengan rawa dan
hutan bakau itu, terdapat bukit-bukit cukup terjal yang memungkinkan
titik-titik kedudukan musuh tidak mudah dibidik.
Tiga unit helikopter itu mengangkut prajurit-prajurit untuk merebut
dan menduduki sasaran yang dapat mempengaruhi dan menentukan dalam
pelaksanaan perebutan tumpuan pantai pada operasi amfibi.
Sambil penerbangan lintas medan helikopter itu berjalan, dua unit
RM-70 Grad dan tiga pucuk meriam howitzer kaliber 105 mm yang telah ada
di pos tempur masing-masing langsung beraksi sahut-menyahut.
Tembak tinjau (observasi untuk menguji ketepatan elevasi tembak)
sebanyak empat butir dari laras-laras RM 70 Grad dan empat amunisi dari
meriam howitzer 105 mm.
Penembakan kedua, penembakan pelaksanaan (tembakan sejati, sudah
bersifat pasti menghancurkan) sebanyak 76 amunisi dari RM-70 Grad dan 30
amunisi dari meriam howitzer 105 mm. Untuk menuntaskan serbuan,
penembakan salvo terhadap sasaran sebanyak 40 amunisi dua unit RM-70
Grad, menjadi pamungkas.
Pada Latihan Gabungan TNI 2014 kali ini, TNI AL mengerahkan 33 kapal
perang, terdiri dari dua kapal markas, satu kapal selam, delapan kapal
perang yang tergabung dalam Komando Tugas Gabungan Amfibi, dan 22 kapal
perang yang tergabung dalam Komando Tugas Gabungan Laut.
Selain unsur kapal perang, TNI AL juga menerjunkan pesawat udara dari
Pusat Penerbangan TNI AL, yaitu tiga helikopter Bell-402 (nomor
registrasi HU-419, HU-410, HU-417), satu unit Bolcow-Blohm BO-105
(NV-411), satu CASA NC-212 Aviocar (U-617), serta satu CN-235 (P-860)
untuk angkutan udara VIP.
Selain itu, TNI AL juga menerjunkan ribuan prajurit Korps Marinir TNI
AL beserta material tempur yang diikutkan pada latihan terbesar TNI
pada 2014 ini.
Mereka meliputi tujuh tank amfibi LVT-7A, delapan tank amfibi BMP-3F,
sembilan tank amfibi PT-76, 13 tank BTR-50 P, 11 tank BTR-50 PK, enam
KAPA-61, delapan RM-70 Grad, dan delapan meriam howitzer 105 mm. (antara news.com ).JKGR
0 komentar:
Posting Komentar