"Pada tahun 1996, tiga saksi mata dari China, mengungkapkan fakta yang mengejutkan dunia, “Sebuah kejahatan terbesar yanga da di planet Bumi ini”, yakni bisnis transplantasi organ hidup-hidup secara terselubungm yang dikendalikan oleh Partai Komunis China."
Transplantasi medis dikembangkan untuk menyelamatkan nyawa. Namun di China, orang-orang yang tak bersalah dibunuh untuk organ mereka, kemudian dijual demi keuntungan mereka.
Sejak 1999, jumlah pusat transplantasi di China meningkat 3 kali lipat hanya dalam waktu 8 tahun. Organ mereka dapat diambil hidup-hidup, setiap saat rumah sakit membutuhkannya.
Investigasi Sumber Organ
Bisnis keji bernilai trilyunan rupiah ini dijalankan Pemerintah Komunis China dengan cara berkolusi bersama sejumlah rumah sakit di negaranya.
Mereka melakukan pengambilan organ tubuh secara hidup-hidup dari para tahanan, yang memiliki kecocokan jaringan organ dengan pasien yang datang untuk transplantasi ke China.
Pengambilan organ tubuh secara hidup-hidup yang dimaksud adalah: organ tersebut diambil langsung dari tubuh korban dalam kondisi sadar tanpa bius apapun.
Dimana hal ini mengakibatkan penderitaan yang luar biasa oleh korban dan berujung pada kematian.
Disamping kejinya metode pengambilan organ, yang terpenting adalah semua praktek pengambilan organ ini dilakukan tanpa adanya persetujuan dari pihak korban.
Tak berbeda dengan sebuah tindakan kriminal yang dilakukan pemerintah terhadap warga negaranya sendiri, yang hanya dapat dijalankan oleh sebuah rezim dengan sistim komunis (Anti Tuhan).
Praktek pengambilan organ tubuh hidup-hidup di China meningkat drastis sejak tahun 2000. Wakil Menkes China, Huang Jiefu, menyebutkan terdapat sekitar 7.000 transplantasi setiap tahunnya, dimana 90%-nya (± 6.300) berasal dari tahanan terpidana mati.
Namun Amnesti Internasional menyebutkan bahwa hanya terdapat sekitar 1.700 terpidana mati di China setiap tahunnya. Hal ini berarti terdapat sekitar 4.600 transplantasi setiap tahunnya yang tak dapat dipertanggungjawabkan.
Pasca mencuatnya isu ini, Mantan Sekretaris Negara Kanada untuk Asia Pasifik, David Matas, melakukan penyelidikan independen terhadap dugaan ini, dimana hasil penyelidikan yang dituangkan dalam sebuah buku berjudul “Laporan Dugaan Pengambilan Organ Praktisi Falun Gong di China” menunjukkan bahwa dugaan tersebut benar, dan bahkan jauh lebih buruk daripada yang dibayangkan.
“Kami memperkirakan bahwa periode antara tahun 2000-2005, terdapat 41.000 transplantasi di China yang tak ada penjelasannya.” (David Matas, Pengacara HAM Internasional)
Bank Organ Illegal
Setelah penindasan terhadap pengikut Falun Gong dimulai pada pertengahan tahun 1999, praktek ini mulai marak terjadi.
Berdasarkan informasi dari salah seorang praktisi Falun Gong yang dibebaskan, Wang Yuzhi, setiap praktisi Falun Gong yang ditahan harus menjalani pemeriksaan medis dan pengambilan sampel darah.
“Hari pertama ginjal saya diperiksa, lalu darah saya, kulit saya, hati saya dan terakhir mata saya. Setelah pemeriksaan, mereka menetapkan bahwa saya sedang sakit dan dibawa kembali ke lokasi tahanan”, ujar Wang Yuzhi.
Dengan jumlah praktisi Falun Gong yang mencapai 100 juta orang di China, sangatlah mudah bagi rezim komunis menjadikan mereka sebagai“bank organ”.
Terlebih demi melindungi keluarga dan rekan-rekan mereka, banyak praktisi Falun Gong yang menolak untuk memberikan identitasnya, sehingga ketika ditahan, tak ada lagi informasi keberadaaan mereka yang dapat ditelusuri.
China Janji Tak Lagi Pakai Organ Napi untuk Transplantasi
Setelah menerima kecaman bertubi-tubi, Tiongkok akhirnya tidak lagi memakai organ tubuh napi untuk transplantasi. Itu akan mulai dilakukan pada pertengahan 2014.
Saat ini Tiongkok adalah satu-satunya negara yang secara sistematis mengambil organ tubuh napi yang dieksekusi sebagai donor.
“Mulai tahun depan (2014), hanya mereka yang sukarela menyerahkan organ yang bisa jadi pendonor,” kata Huang Jiefu, mantan wakil menteri kesehatan yang kini mengepalai badan reformasi transplantasi organ.
Sejatinya, jumlah donor organ di Tiongkok sudah turun drastis. Sebab, ada kepercayaan bahwa seluruh anggota tubuh harus ikut dikubur atau dikremasi.
Karena itu, sekitar 300 ribu pasien pun masuk daftar tunggu organ setiap tahun. Dengan demikian, hanya satu di antara 30 orang yang bisa dapat organ baru.
Kondisi itu mendorong penjualan organ secara ilegal. Akibatnya, pemerintah resmi melarang transplantasi dari donor hidup pada 2007, kecuali dari pasangan, keluarga sedarah, atau anak tiri dan adopsi.
Huang menyatakan bahwa penggunaan organ napi yang dieksekusi tidak sesuai dengan etika universal. Kritik pun tidak terhindarkan.
“Reformasi kebijakan transplantasi itu merupakan komitmen kami kepada rakyat dan dunia,” jelas Huang dalam pertemuan staf kesehatan dan pimpinan rumah sakit di Hangzhou.
Namun beberapa situs petisi pun bermunculan dari seluruh dunia, dan mengharapkan simpati, partisipasi dan perhatian orang banyak, agar praktek ini dibatalkan sesegera mungkin.
Namun siapa yang dapat memastikan bahwa praktek sadis ini akan berhenti pada tahun 2014?
Kita sebagai orang awam tidak ada yang tahu pasti, mengingat bisnis tak berprikemanusiaan ini walau dilarang, tetap juga memiliki “pasar gelap”.
(Sumber: Doctors Against Forced Organ Harvesting DAFOH)
0 komentar:
Posting Komentar