Selasa, 03 Desember 2013

Pekan Kondom Nasional, Cara Negara Sponsori ‘Seks Bebas’



Komisi Penanggulangan AIDS Nasional dan Kementerian Kesehatan menggelar Pekan Kondom Nasional, Minggu (1/12/2013). Dengan dalih tujuan untuk mengurangi penularan kasus HIV/AIDS di Indonesia.


Pekan Kondom Nasional akan dimulai pada tanggal 1 Desember 2013 bertepatan dengan hari AIDS sedunia dan berakhir pada 7 Desember 2013. Rencananya sebagian besar produsen kondom di Indonesia akan membagi-bagikan produk mereka secara gratis kepada masyarakat.


***


Program kondomisasi mulai digencarkan pemerintah sejak era Menkes Nafsiyah Mboi. Meski ia sendiri membantah adanya program kondomisasi, tetapi faktanya Kemenkes menjalankan program pembagian kondom kepada kalangan pelaku seks beresiko tinggi, yakni para pria pelanggan prostitusi.


Menkes beralasan, jika tidak ada program terobosan dalam penanggulangan AIDS maka pada tahun 2025 akan ada 1.817.700 orang terinfeksi AIDS. Menurutnya, satu-satunya cara untuk mencegah penularan itu adalah “dengan menggunakan kondom dari laki-laki yang berisiko kepada perempuan pekerja seks maupun istrinya.”(bbc.co.uk/indonesia, 25/6/ 2012).


Pemerintah juga memperluas program penyebaran kondom ini kepada remaja. Menurutnya mempermudah akses remaja untuk mendapatkan kondom diharapkan dapat menekan angka aborsi dan kehamilan yang tak diinginkan (detik.com, 15/6/2012).


Sepintas saja orang dapat melihat program ini mengandung sesat pikir. Diantaranya, pertama, program ini tidak menyelesaikan akar masalahnya. Akar masalahnya bukan karena tidak menggunakan kondom, melainkan perilaku seks bebas.


Kampanye penggunaan kondom untuk pelaku seks beresiko, seolah justru berkata “silahkan melakukan seks beresiko asal pakai kondom”. Seks beresiko adalah seks dengan yang bukan isteri/suami. Maka kampanye kondom sama artinya, “silahkan melakukan seks bebas termasuk zina asal pakai kondom.” Maka progam kondomisasi sama artinya kampanye dan mensponsori seks bebas.


Kedua, Kondom tidak mampu menangkal penularan virus HIV/AIDS. Pada Konferensi AIDS se-Dunia di Chiangmai, Thailand tahun 1995, diumumkan hasil penelitian ilmiah, bahwa kondom tidak dapat mencegah penularan HIV/AIDS.


Kondom juga tidak ampuh menangkal penyakit lainnya. Dr. Ricki Pollycove, pakar kesehatan dari California Pacific Medical Center San Francisco, mengatakan bahwa didapatkan sejumlah temuan, kondom tidak bisa mencegah penyakit herpes. Sejumlah orang tetap terinfeksi herpes meski mereka sudah menggunakan kondom dengan benar (sfgate.com, 21/1/2013).


Terlebih, peluang terjadinya cacat pada kondom yang beredar tetap ada. Di AS saja, 2 dari 100 kondom ditemukan rusak. Juga tak sedikit kondom yang rusak akibat penyimpanan yang salah. Hal itu makin diperparah oleh pemakaian yang salah, dan tak sedikit pelaku seks bebas yang menolak pemakaian kondom.


Ketiga, program kondomisasi justru menyuburkan perilaku seks bebas. Para pelaku justru mendapat pembenaran untuk melakukan perzinaan. Toh, yang penting dilakukan dengan aman (pakai kondom), pikir mereka.


***


Patut dicurigai program ini mengandung motif bisnis, langsung atau tidak. Para pebisnis kondomlah yang akan mengeruk keuntungan dari program seperti ini. Program ini juga akan melanggengkan dan menyuburkan prostisusi dan perzinaan. Itu artinya bisnis kemaksiyatan ini akan makin besar dan menguntungkan pelaku dan kapitalis bisnis ini. Jadi kondomisasi mengandung muatan kapitalisasi untuk keuntungan segelintir orang dengan mengorbankan keselamatan dan moral publik.


Program kondomisasi hakikatnya membebek pada pola Barat, seperti AS. Penangannya dengan formula ABC. Yaitu A (Abstinensia), tidak berhubungan seks sebelum menikah. B (Be faithful), hanya berhubungan seks dengan pasangannya saja. C (Condom), jika memang cara A dan B tidak bisa dipatuhi maka harus digunakan kondom.


Barat menganggap seks bebas dan pelacuran adalah hak asasi. Bahkan seks menyimpang seperti homoseksual, lesbian, seks dengan cara kekerasan (sadomachocism), dan lainnya dianggap hak asasi. Karena itulah pemerintah manapun yang menerapkan demokrasi dan sekulerisme, seperti halnya Barat, tidak akan pernah melarang apalagi menghilangkan aneka perilaku seks bebas. Paling banter hanya seruan agar warganya berhati-hati dan melakukan seks secara aman, termasuk anjuran menggunakan kondom.


Kondomisasi dan propaganda seks aman (seks bebas) disadari atau tidak mengandung muatan jahat. Barat sengaja memasukkan dan memaksakannya ke negeri Muslim untuk menghancurkan umat Muslim. 


Gleed Stones mantan PM Inggris pernah berucap;


“Percuma kita memerangi umat Islam. Kita tidak akan mampu menguasainya selama di dada pemuda-pemuda Islam ini bertengger Quran. Tugas kita sekarang adalah mencabut Quran dari hati mereka, baru kita akan menang dan menguasai mereka. Minuman keras dan musik lebih menghancurkan ummat Muhammad daripada seribu meriam. Maka tanamkanlah dalam hati mereka rasa cinta terhadap materi dan seks.”




0 komentar:

Posting Komentar

Form Kritik & Saran

Nama

Email *

Pesan *