“Moralitas adalah kemewahan pribadi yang sangat mahal.”
(Henry Brooks Adam)
Busana sackdress merah menyala dan ketat membungkus gadis bernama Susi malam itu. Belahan samping busananya memanjang hingga ke pangkal paha, sedangkan bagian atas busananya rendah dan terbuka. Susi bukan peserta kontes kecantikan atau sedang mengikuti lomba gadis sampul. Tapi seperti yang dilaporkan harian Pikiran Rakyat (15/02/2000), dia sedang menjalankan profesinya sebagai gadis penghibur.
Di tempat lain, remaja-remaja putri lainnya juga tengah menjalani profesi serupa. Berbekal rokok putih, minyak wangi, alat rias serta dandanan seksi macam tangtop, jaminan memikat pria hidung belang yang memang kurang iman. Jadi, mereka memang sengaja tampil hot.
Separah itukah pergaulan remaja putri kita? Setidaknya, kasus yang menimpa remaja putri bernama Susi tadi mewakili “Susi-Susi” yang lain. Mengerikan sekaligus menyedihkan.
Usia muda tak membuat sebagian teman-teman ABG putri grogi untuk tampil beda sebagai “penghibur-penghibur” muda. Untuk mengelabui usia, Santi—sebut saja begitu namanya—yang mengaku kegadisannya direnggut sang pacar tiga bulan silam, mengenakan sepatu dengan hak super tinggi sekitar 12 cm. Ia bersama belasan rekannya berada di tempat karaoke berupa ruko berlantai tiga, beberapa di antaranya baru berusia 17 tahun. Mereka terkadang menginap di sebuah ruangan yang berada di lantai paling atas.Ruangan tersebut selain untuk menyimpan berbagai “perlengkapan kerja”, juga digunakan sebagai tempat ganti pakaian atau menunggu tamu yang akan mem-booking jasa mereka (Pikiran Rakyat, 15 Februari 2000).
Dua Sisi Kehidupan
Pelacuran remaja dan anak-anak memang sedang marak-maraknya. Di Thailand, sebuah penelitian yang dilakukan Universitas Chulalongkorn, Thailand pada April 1997 mengumumkan, praktik-praktik ilegal, termasuk pelacuran anak-anak makin berkembang di Asia, termasuk di Thailand. Di negeri gajah ini jumlah pelacur anak-anak tercatat 800.000 anak. Entah berapa jumlah remaja yang berperilaku seperti itu di Indonesia.
Tapi jangan juga menyangka bahwa remaja putri yang terjerembab dalam lembah hitam itu, adalah mereka yang tidak berpendidikan dan tidak kenal agama. Dalam sebuah wawancara di salah satu stasiun radio swasta di Jakarta beberapa tahun silam, seorang narasumber yang berprofesi sebagai wartawan menuturkan bahwa di Yogyakarta ditemukan seorang ABG yang biasa mangkal di sekitar Malioboro sebagai kupu-kupu malam. Yang mencengangkan siang harinya gadis itu rajin bersekolah, malah rajin pula shalat dan puasanya. Ketika diajukan pertanyaan kepadanya tentang sisi kehidupannya yang kontras itu, ia menjawab, “Kalau shalat dan puasa adalah perintah dalam agama saya, sedangkan jadi kupu-kupu malam adalah profesi saya!” Astaghfirullah!
Apakah ini bukti bahwa remaja-remaja kita sudah mengalami penyimpangan moral hingga titik nadir? Bisa jadi. Di alam sekularisme, agama memang hanya menjadi simbol-simbol kehidupan, bukan sebagai aturan. Pengakuan ABG Yogya tadi mengisyaratkan hal demikian. Jadi tidak usah terlalu terkejut banyak anak-anak Islam yang khusyu beribadah, tapi tekun juga berpacaran dan berperilaku bebas. Urusan moral atau akhlak nomor kesekian, yang penting fun, fun, fun.
Alasan Klise
Dari sekian kasus pelacuran di tingkat remaja, masalah ekonomi sering dijadikan alasan. Karena butuh sesuap nasi, dibantinglah harga diri. Tapi kenyataannya hal ini tidak bisa dipukul rata untuk seluruh kasus. Untuk beberapa daerah yang pendapatan per kapitanya rendah, alasan itu bisa jadi benar adanya.
Sejumlah daerah di kawasan Pantura (Pantai Utara Jawa) yang memang tingkat pendapatan warganya rendah, acapkali “memaksa” banyak kaum wanita menjalani profesi haram itu. Selain juga sistem sosial yang menunjang bermunculannya “kembang-kembang” jalanan. Di daerah-daerah tersebut banyak ditemukan wanita-wanita berusia belasan tahun yang telah menjanda. Malah ada yang lebih dari sekali menyandang status janda.
Tapi, kini yang kian marak adalah mereka yang menjadi wanita malam dengan alasan just for funalias cuma untuk hiburan dan kesenangan. Berbagai liputan media massa menguatkan realitas ini. Banyak remaja putri dari kalangan berada alias terbilang mampu, yang menjalani jalur kelam ini. Pastinya, mereka tidak kekurangan makan atau uang untuk jajan. Untuk kelompok yang seperti ini, menjadi wanita malam bukanlah profesi, tapi gaya hidup. Berbeda dengan wanita malam papan bawah, mereka tidak tampil norak, dan bahkan tidak pasang tarif khusus. Kalau pasangan kencannya cocok, kencan gratis pun mereka jalankan.
Di Bandung, umumnya para ABG yang jadi pekerja seks ini malah tidak mau disebut pelacur. “Kan kita nggak dibayar dan kalau pun saya mau ngelakuin begituan, bukan karena bayarannya tapi karena saya suka,” jelas Yuni yang mengungkapkan dirinya dan umumnya teman-teman nongkrongnya, berasal dari keluarga yang kurang harmonis (Media Indonesia dalam Menelusuri Pelacuran ABG di Sejumlah Kota (19), 23 Agustus 1999).
Masih dalam laporan yang diungkap Media Indonesia. Nola, sebut saja begitu. Mojang Priangan ini memang tak memasang tarif untuk kencan, bahkan bisa gratis. “Yang penting mau traktir di restoran yang kelasnya oke, terus mau beliin baju dan yang pasti punya mobil yang asyik buat jalan-jalan,” kata Nola yang ceplas-ceplos ini.
Jadi, sebetulnya tidak semua yang menjalani profesi sebagai aktivis prostitusi ini karena kepepet untuk menyambung hidup. Lebih banyak yang melakukannya karena suka sama suka.
Zina Itu Haram
Jangan salah menilai, mentang-mentang yang melakukan pergaulan bebas itu banyak, lalu kita berpikir bahwa aktivitas tersebut adalah legal, baik secara moral ataupun hukum. Suara terbanyak itu belum tentu mewakili kebenaran. Begitu pula meski prostitusi itu mendapat restu dari Pemda, tapi bukan berarti Allah juga merestui. Dalam pandangan Islam aktivitas tersebut jelas “dikutuk.” Allah berfirman,
“Dan jagnanlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk.” (al-Isra’:32)
Ungkapan dalam Al-Qur’an bahwa zina adalah perbuatan yang keji dan jalan yang buruk, merupakan peringatan dan penjelasan bahwa perbuatan tersebut adalah haram.
Wahai pembaca, kita semua yakin kalau seluruh manusia ini taat kepada Allah dan tunduk kepada aturan yang dibuat-Nya, pasti segalanya aman. al-Ustadz Husein Abdullah dalam kitabDirasat fil Fikril Islamiy-nya menuliskan bahwa salah satu tujuan didatangkannya syariat Islam ke permukaan bumi adalah untuk menjaga kesucian manusia dan masyarakat, serta menjaga kebersihan garis keturunan keluarga (nasab). Praktik perzinaan jelas-jelas menodai kesucian umat manusia dan merusak nasab, meskipun manusia melakukannya atas dasar suka sama suka.
Wahai pembaca, manusia adalah makhluk yang mulia, selama mereka taat kepada Allah S.W.T. Manusia yang bisa mengekang hawa nafsunya dengan mengikuti petunjuk agama, akan mendapatkan kemuliaan hidup. Bukan saja kemuliaan, tapi juga kebahagiaan, dunia dan akhirat. Dalam pandangan Islam, makna kebahagiaan yang benar bukanlah semata memperoleh kepuasan materi atau jasmani. Kebahagiaan tidak akan ditemukan dalam arena gaul bebas atau zina. Malah bukan kebahagiaan yang akan datang, tapi kesengsaraan. Sudah merusak harga diri, risiko tertular PMS (Penyakit Menular Seksual) menjadi kian tinggi.
Menurut catatan, mereka yang berisiko tertular virus HIV yang mematikan adalah para anak-anak muda. Kini frekuensi penularannya sudah semakin kencang, dari satu orang per lima menit menjadi satu orang per tiga menit. Itu baru kesengsaraan di dunia, belum lagi dosa-dosa yang harus ditanggung kelak di akhirat.
Melihat bahayanya, wajarlah bila agama kita menempatkan perilaku amoral ini sebagai satu di antara tujuh dosa-dosa besar. Sabda Nabi S.A.W, “Jauhilah tujuh perkara yang merusak... mempersekutukan Allah, sihir, berzina, memakan riba,...” Tentu, aksi pencegahan terhadap aktivitas terkutuk ini juga harus dilakukan. Allah S.W.T menetapkan sanksi yang berat bagi para pelaku kejahatan tersebut,
“Wanita yang berzina dan laki-laki yang berzina, maka cambuklah tiap seorang dari keduanya seratus kali cambukan. Janganlah belas kasihan kepada keduanya mencegah kamu untuk (menjalankan) agama Allah, jika kamu beriman kepada Allah dan hari akhir. Hendaklah (pelaksanaan) hukuman mereka disaksikan oleh sekumpulan dari orang-orang yang beriman.”(an-Nuur:2)
Nah, hukum cambuk merupakan sanksi bagi para pelaku perzinaan yang masih lajang. Bagi mereka yang sudah menikah, hukumannya jauh lebih berat, dirajam hingga menemui ajal.
Tobatlah
Para remaja yang terjerembab dalam dunia kelam ini sebenarnya sedang lapar dan dahaga akan kebahagiaan. Sayangnya, menurut hati mereka bahagia itu adalah terpenuhinya keinginan materi dan jasmani. Bahagia itu adalah uang, makan di restoran yang mewah, baju-baju mahal, sampai gaul bebas. Padahal, yang mereka dapatkan adalah kebahagiaan semu dan sesaat. Kita percaya dalam batin mereka banyak terdapat penyesalan dan tetesan air mata. Andai kebahagiaan yang kita cari, lalu mengapa harus menyengsarakan diri?
Banyak orang yang secara materi dan jasmani berkecukupan tapi kenyataannya menderita. Marlyn Monroe, bintang sensual tahun 60-an, jelas terkenal tapi itu tidak membuatnya bahagia. Ketenaran dan kekayaan yang diperoleh malah menyiksa batinnya. Demikian pula sensualitas wajah dan fisik yang dimilikinya malah membuatnya sulit mendapatkan cinta yang hakiki. Entah sudah berapa pria yang hadir dalam hidupnya tapi tidak satu pun yang membahagiakannya. Meski pria itu adalah Presiden AS John F. Kennedy yang muda dan tampan.
Ada pula yang meniti jalan kelam itu dengan falsafah “sudah kepalang basah.” Ternoda oleh pacar, sekalian saja menceburkan diri menjadi penghibur profesional. Kawan, itulah yang dinamakan putus asa. Seorang muslim pantang berputus asa, apalagi dari ampunan dan rahmat Allah. Manusia saja ada yang begitu pengampun, apalagi Tuhannya manusia. Sebesar apapun dosa yang kita lakukan, maghfirah dari Allah mendahului murka-Nya. Dosa perzinaan yang pernah dilakukan, bukanlah dosa yang tak berampun.
Lalu bagaimana soal ‘kesucian’ yang sudah hilang? Kawan, dengan tobat yang kita lakukan insya Allah Dia akan memberikan jalan yang terbaik bagi kita. Bahkan pasangan hidup yang baik. Yakinlah.
0 komentar:
Posting Komentar