Sepanjang Jalan Thamarin dan Sudirman ditutup bagi pesta rakyat. Jokowi membangun 16 panggung di sepanjang jalan utama itu. Berlangsung pesta semalaman. Hanya menyambut tahun tahun baru, dan pesta kembang api.
Hujan tak peduli. Rakyat DKI laki-perempuan tumplek di area tempat hiburan, dan sebagian besar di Bunderan HI. Menyambut tahun baru masehi 2013. Ketika pergantian tahun barlangsung dari 2012 ke 2013 berlangsung. Riuah membahana. Disertai bunyi petasan dan terompet. Hiruk pikuk. Rakyat DKI begitu sangat luar biasa menyambut tahun baru 2013 masehi.
Media elektronik dan cetak dari kalangan kristen dan sekuler seperti Kompas dan Tempo dan lainnya membuat liputan yang sangat luas, acara menyambut tahun baru 2013 masehi, diberi warna baru, sebagai pesta "rakyat". Pesta "rakyat" itu, mengulangi apa yang sudah pernah diselenggarakan oleh Gubernur Ali Sadikin.
Pesta tahun baru masehi itu, sejatinya tak bisa dipisahkan dengan natalan, yang baru usai. Natalan memperingati lahirnya Jesus, dan dilanjutkan dengan tahun baru. Pesta kembang api dan terompet, sekarang sudah menjadi sangat identik dengan pesta rakyat. Padahal, tahun baru masehi itu, tak lain, pesta kemusyrikan. Memperingati lahirnya anak tuhan Jesus.
Di dalam surah Mariam, betapa murkanya Allah Rabbul Alamin, ketika ada makhluk yang dinisbahkan sebagai tuhan. Mengapa Allah Rabbu Alamin mengutuk orang Yahudi, karena menjadikan Uzair sebagai anak tuhan, dan mengapa Allah Rabbul Alamin mengutuk orang Nasrani, karena menjadi Isa sebagai anak tuhan. Allah Rabbul Alamin di dalam surah Mariam, sangat marah ketika disejajarkan dengan makhluk disejajarkan dengan tuhan.
Sekarang perisitwa yang sangat luar biasa terjadi di DKI Jakarta. Seperti Tsunami yang terjadi Desember 2004 di Aceh. Aparat keamanan membuat acara pesta tahun baru di pantai Banda Aceh, pesta tahun baru. Padahal, sudah diperingatkan, dan acara itu tetap berlangsung. Terjadilah tsunami yang sangat hebat.
Belum pernah sepanjang sejarah di DKI Jakarta benar-benar tenggelam oleh banjir. Termasuk Bunderan HI (Hotel Indonesia), yang menjadi pusat pesta kemusyrikan, tenggelam oleh banjir. Hujan yang berlangsung selama tiga hari, cukup membuat DKI Jakarta lumpuh total. Banjir menggenangi DKI Jakarta. Termasuk Istana Negara, tak luput dari banjir.
Padahal, Jawa Timur, Jawa Tengah, dan sebagian Jawa Barat, huja tidak terlalu tinggi. Tetapi, curah hujan di DKI Jakarta dan Bogor serta sekitarnya begitu lebat, dan menggenangi Jakarta. DKI Jakarta seperti memang mendapatkan kiriman hujan dari langit. Kemudian banjir. Tak ada yang dapat menghindari dari banjir. Semua acara pesta kembang api, pesta kemusyrikan yang sangat meriah, di Jalan Thamrin, Sudirman, Bunderan HI, dan Ancol, sekarang hanya menyisakan kepedihan.
Jakarta hanya menunggu akan tenggelam. Karena keserakahan manusia. Daerah resapan sudah habis. Sepanjang pantai utara dari Marunda, Ancol, Pantai Indah Kapok, sampai daerah Tangerang, semuanya sudah beralih fungsi. Ada yang menjadi apartemen, lapangan golf, mall, dan plaza, termasuk menjadi gudang penyimpanan.
Dulu pantai yang rawa-rawa dan hutan bakau telah beralih fungsi. Resapan air semakin sedikit. Belum lagi sekarang jalan-jalan banyak yang dibeton. Semua itu tak terlepas dari izin Pemprov DKI. Dan semuanya itu faktor uang. Segalanya berubah karena uang.Pemprov DKI dengan mudah mengalihkan status tanah-tanah yang ada, dan izin dapat dibeli. Inilah yang akhirnya akan menenggelamkan DKI Jakarta. Belum lagi setu yang sudah diuruk, dan menjadi apartemen, mall, dan plaza.
DKI Jakarta tidak memiliki sistem drainase yang baik. Karena Dinas PU, tak berpikir mengantisipasi banjir atau curah hujan, dan mungkin banyak dana yang dikorup. Banjir di Jakarta betul-betul sistemik. Semuanya kehancuran disebabkan karena faktor manusia yang memiliki kekuasaaan, dan menggunakan kekuasan melakukan kejahatan, berupa korupsi dan menumpuk kekayaan pribadi, dan mengorbankan hari depan rakyat.
Pesta kembang api dan menyambut hari kemusyrikan dan kedurhakaan sudah usai, sekarang tinggal termenung. Mobil-mobil teronggok di basemen gedung di Jakarta oleh lumpur. Akibat tanggul di Jalan Latuharhary jebol. Rumah hancur, sofa, dan barang-barang mewah orang kaya, semua luluh-lantak oleh lumpur dan air. Tak bersisa. Para pengusaha dan pedagang di mall, dan plaza yang terkena banjir, rugi ratusan miliar. Akibat dagangan terendam banjir. Semuanya tak berguna.
Rakyat kecil yang mengharapkan "dewa" penyalamat Jokowi dan Ahok, hanya bisa melihat dari atap-atap rumah mereka, yang sudah terendam oleh banjir. Jokowi dan Ahok oleh koran-koran kristen seperti Kompas, diopinikan manusia "hebat" yang bisa mengubah keadaan dalam waktu sekejab. Bahkan, secara konsisten terus dilansir dan diberitakan tentang langkah-langkah Jokowi, dan ini tujuannya mengangkat profil Jokowi, dan diarahkan menjadi tokoh di tahun 2014.
Jika Joko berhasil melalui opini dan pembirataan oleh media, seperti Kompas, maka itu jalan bagi Jokowi, running di 2014, sebagai tokoh alternatif, yang naik ke pentas politik di tingkat nasional. Sebagai capres atau cawapres. Jika skenario itu berhasil, dan Jokowi menang di tahun 2014, maka DKI Jakarta akan dipimpin Ahok, yang kristen. Itulah sebuah jalan cerita yang dibuat skenarionya.
Tetapi, Allah Rabbul Alamin mempunyai rencana yang lain, ingin menguji manusia, seperti Jokowi, dan Jakarta di tenggelamkan oleh banjir. Selama 9 bulan di Jakarta di dera oleh kemarau yang panjang, dan sekarang DKI Jakarta lumpuh oleh banjir. Impian yang sangat penuh dengan ambisi itu, akhirnya pupus oleh kehendak Allah Azza Wa Jalla. Wallahu'alam.
voa-islam.com
0 komentar:
Posting Komentar