Kamis, 10 Januari 2013

Jepang Ubah Fokus Pertahanan ke China, Korut




Kapal penghancur Angkatan Pertahanan Maritim Jepang (MSDF) Kurama memimpin armada kapal MSDF dibelakan bendera AL Jepang berkibar selama latihan menjelang tinjauan armada kapal AL hari Minngu berikut di Teluk Sagami pesisir Yokohama dalam arsip foto (22/10/2006). Jepang menyingkap penyisiran terbaru dari kepolisian pertahanan nasional pada Jumat (17/12). (ANTARA/REUTERS/Issei Kato)

Tokyo  - Jepang mengatakan pada Jumat akan mengubah fokus pertahanan dari ancaman Perang Dingin Soviet mengarah ke kepulauan selatan dekat China, mengecap peningkatan militer tetangga raksasanya sebagai "kekhawatiran" global.

Disamping peningkatan pasukan selatan dan armada kapal selam serta pesawat tempur, Jepang akan memperkuat rudal pertahanan terhadap ancaman nuklir dari Korea Utara (Korut), menurut laporan rapat tinjauan besar strategis Jepang.

Pemerintah Jepang secara resmi menyetujui Panduan Program Pertahanan Nasional beberapa bulan setelah pertikaian kewilayahan yang terpicu dengan China dan beberapa minggu setelah Korut menembakkan artilerinya ke wilayah Korea Selatan.

Panduan baru tersebut dicap Korut -- yang dalam beberapa tahun terakhir menembakkan rudal dan melewati Jepang, melakukan pengujian nuklir tahap dua dan bulan lalu mengumumkan instalasi pengayaan uranium baru -- sebagai "faktor mendesak terhadap ketidakstabilan".

Jepang, seperti sekutunya Amerika Serikat, juga telah menyuarakan kecemasan akan peningkatan militer China serta keseriusan pada teritori yang dianggap wilayah perairan masa nenek moyang di laut China Timur dan China Selatan.

"China memodernisasi pasukan militer dengan pesat dan memperluas aktivitasnya di perairan sekitar," menurut panduan tersebut yang disetujui oleh kabinet pimpinan Perdana Menteri Naoto Kan pada Jumat.

"Ditambah dengan rendahnya transparansi militer China dan isu keamanan, hal tersebut menyebabkan kekhawatiran untuk komunitas kawasan dan internasional," jelas panduan yang akan menjadi perencanaan strategi dalam satu dekade ke depan.

Jepang akan menambahkan armada kapal selamnya dari 16 menjadi 22 dan memodernisasi pesawat jet tempur, tetapi akan membongkar lebih dari 200 tank dan 200 pucuk artileri, menggunakan penghematan tersebut untuk melunasi penguatan pertahanan di kepulauan selatan jauh, katanya.

Mereka juga akan menggandakan jumlah penangkal rudal dari darat Patriot Advanced Capability-3 dari tiga menjadi enam, serta meningkatkan dari empat menjadi enam jumlah penangkal rudal dari laut Standard Missile-3 pada kapal penghancur Aegis.

"Kami akan membangun pasukan pertahanan dinamis yang didukung teknologi dan intelijen mutakhir, dengan kesiapan, mobilitas, fleksibilitas, ketahanan dan multi-disiplin," tulisnya, menekankan kemampuan pertahanan yang lebih gesit.

Rencana tersebut merupakan pergeseran dari ancaman invasi Soviet pada masa Perang Dingin dan menyerap kekuatan pasukan di pulau utara Hokkaido, juga memotong sejumlah 200 tank dan 200 pucuk artileri.

Rekomendasi penguatan tidak ditujukan pada angkatan darat, melainkan angkatan udara dan laut, utamanya di kepulauan Nansei di ujung selatan Okinawa, tempat markas besar Amerika Serikat, dan dekat dengan gugusan pulau garis depan tak jauh dari Taiwan.

"Dengan penyusutan peralatan dan pasukan tipe Perang Dingin, kami akan berkonsentrasi pada area seperti pengawasan maritim dan rudal pertahanan di wilayah, seperti di kepulauan Nansei," menurut panduan tersebut.

Pasukan Bela Diri Jepang (SDF) merupakan kekuatan militer beranggotakan sukarelawan, yang secara konstitusional melarang melakukan tindakan ofensif.

Berdasarkan konstitusi paska Perang Dunia II, Jepang harus "selamanya menolak perang sebagai hak kedaulatan negara," tetapi sekarang memiliki pasukan lebih besar dibanding Inggris atau Prancis dan, menurut pakar pertahanan, pasukan pertahanan paling canggih di Asia.

Anggaran pertahanan Jepang telah lama dipatok secara tidak resmi sekitar satu persen dari jumlah hasil produk domestik bruto, atau kira-kira 50 miliar dolar AS -- menempatkan pada posisi tujuh besar dunia, kata para pakar dilaporkan AFP.






sumber

0 komentar:

Posting Komentar

Form Kritik & Saran

Nama

Email *

Pesan *