TNI AD tidak mau tanggung-tanggung dalam memodernisasi persenjataan
mereka. Rencana Pembelian 8 unit AH 64 D Apache Longbow semakin
mendekati kenyataan setelah kongres AS memberikan lampu hijau untuk
menjual helikopter itu kepada Indonesia.
JKGR- : Kementerian Pertahanan akan tetap membeli helikopter Apache dari Amerika Serikat. Harga
yang mahal tidak menyurutkan niat pemerintah. “Harganya memang sangat
mahal, kami harus mempertimbangkan kekuatan anggaran,” ujar Kepala Badan
Perencanaan Pertahanan Mayor Jenderal Ediwan Prabowo kepada Tempo, Rabu, 9 Januari 2013. …”Congress notification sudah kami terima, kini tinggal tunggu persetujuan DPR kita,” kata Ediwan.
HELLFIRE
Pembelian 8 unit AH 64 D Apache Longbow juga meliputi persenjataan
mutakhir milik Amerika Serikat, yakni 32 launcher misil M299A1
HELLFIRE serta 140 rudal HELLFIRE AGM-114R3.
Apache Longbow Enhancements:
- Longer-range weapons accuracy and all-weather/night fighting
- Detection of objects (moving or stationary) without being detected
- Classification and threat-prioritization of up to 128 targets in less than a minute
- Integrated sensors, networking, and digital communications for situational awareness, management of the combat arena in real time, and digital transmission of images and target locations to joint operations battlefield commanders
Sejumlah peralatan pendukung untuk helikopter Apache ini juga diborong Indonesia termasuk:
" 19 T-700-GE-701D Engines (16 installed and 3 spares), 9
Modernized Target Acquisition and Designation Sight/Modernized Pilot
Night Vision Sensors, 4 AN/APG-78 Fire Control Radars (FCR) with Radar
Electronics Units (Longbow Component), 4 AN/APR-48A Radar Frequency
Interferometers, 10 AAR-57(V) 3/5 Common Missile Warning Systems (CMWS)
with 5 th Sensor and Improved Countermeasure Dispenser, 10 AN/AVR-2B
Laser Detecting Sets, 10 AN/APR-39A(V)4 Radar Signal Detecting Sets, 24
Integrated Helmet and Display Sight Systems (IHDSS-21) ".
Mi-35 P
Selain AH 64 D Apache Longbow, TNI AD juga telah memiliki Letayushiy tank atau tank terbang, Mi-35P (Mil Mi-24 (NATO: Hind).
Menurut Jane’s Defence, Mil Mi-35P memiliki kesamaan fungsi dengan jenis helikopter AH-1 Cobra, UH-60 Black Hawk, AH-64 Apache, A129 Mangusta dan Kamov Ka-52 Alligator.
Mi-35P merupakan helikopter bermesin ganda yang ditujukan untuk
memberikan dukungan bagi tentara darat dari jarak dekat, menghancurkan
kendaraan lapis baja serta sebagai alat transportasi pasukan atau
barang; artinya helikopter ini merupakan alat tempur pasukan infantri
yang terbang.
Kinerja
- Laju maksimum: 335 km/h (208 mph)
- Jarak jangkau: 450 km
- Batas tertinggi servis: 4.500 m
Persenjataan
- 12,7 mm YaKB-12.7 Yakushev-Borzov multi-barrel machinegun
- 1500 kg bom
- 4× Peluru kendali anti tank (AT-9 Spiral-2) alias 9M120 Ataka.
- 4× 57 mm S-5 rocket pod atau 4× 80 mm S-8 rocket pod
- 2× 23 mm meriam dua laras atau
- 4× tangki bahan bakar eksterna
Sebagai rudal anti tank, jangkauan AT-9 cukup jauh, bisa mencapai 6 –
8 Km dengan kecepatan luncur 550 meter per detik. Rusia sangat
mengandalkan AT-9 sebagai pilihan alutsista mereka. Selain dirancang
untuk diluncurkan dari heli Mi-35/Mi-24, heli tempur kelas berat Mi-28
Havoc juga mengandalkan AT-9 untuk menghancurkan tank musuh.
AH 64 D Apache dan Mi35P
Helikopter serbu tetap saja memiliki kelemahan dalam medan
pertempuran. AH-64 Apache hanya bisa terbang selama 3 jam 9 menit, dan
harus turun / menarik diri dari medan pertempuran, untuk pengisian ulang
bahan bakar. Karena keterbatasan itu, maka helikopter serbu disebut
sebagai alutsista bantuan bagi pertempuran/ serangan darat.
Heli Apache AH 64 maupun Mi35P lebih ditujukan sebagai fungsi Attack
(bantuan), menetralisir sasaran yang sulit dituntaskan oleh pasukan
darat.
Lalu unit mana yang mengisi posisi defence/ pertahanan, embeded
dengan pasukan kavaleri, jika MBT Leopard 2 dan IFV Marder bergerak di
medan pertempuran. Begitu pula dengan perlindungan terhadap MLRS Astros
II dan Meriam Caesar 155mm yang baru dibeli.
Yom Kippur 1973
Peperangan Yom Kippur antara Israel dan Mesir bisa memberi gambaran betapa pentingnya rudal pertahanan bagi satuan lapis baja.
Pagi 6 Oktober 1973, setelah Brigade lapis baja Mesir berhasil
menyeberangi Terusan Suez dan menyapu pasukan Israel di pos terdepan,
Angkatan Udara Israel langsung mengudara memburu satuan lapis baja
Mesir.
Mereka tidak sadar rudal anti-udara Mesir sudah menunggu di
belakang satuan Lapis baja. Ratusan pesawat Israel yang melakukan
penyerbuan rontok dimakan SAM Mesir.
Kesalahan Mesir adalah, payung udara ini tidak terus bergerak bersama
dengan satuan lapis baja yang terus melaju ke depan. Akhirnya Israel
menemukan celah untuk melakukan serangan balik, mengisolasi satuan lapis
baja yang sudah menyeberangi terusan Suez dan melakukan penghancuran.
Tunguska Atau Pantsyr
TNI AD pun mulai mencari sistem persenjataan anti-udara yang bisa
melindungi kendaraan lapis baja saat bergerak di medan pertempuran.
Untuk itu Tunguska M1 Anti-Aircraft System milik Rusia (NATO SA-19
Grison) mulai dilirik.
Tunguska M1 merupakan sistem senjata dan rudal, untuk pertahanan
udara low level, baik untuk pesawat terbang, helikopter maupaun sasaran
darat. Kelebihannya, persenjataan ini bisa membidik targetnya baik dalam
keadaan diam maupun saat bergerak, dilengkapi rudal jarak jauh serta
senjata mesin, untuk pertahanan jarak dekat. Tunguska sudah digunakan
Angkatan darat Rusia sejak tahun 1998 dan telah diekspor ke Jerman,
India, Peru, Maroko dan Ukraina.
Dengan kecepatan maksimum 900 meter/second, rudal ini mampu membidik
sasaran darat 15 meter hingga 6 km untuk sasaran darat dan 6 hingga 15
km untuk sasaran udara. Tunguska juga dilengkapi dengan dua twin-barrel
30mm anti-aircraft guns yang bisa menyemburkan peluru 5000 butir per
menit dengan jarak 3 km untuk sasaran udara. Untuk sasaran udara bisa
mencapai 4 km.
Radar Tunguska mampu menjejak musuh dikejauhan 18 km dan mulai bisa tracking di jarak 16 km.
Pantsyr S1
Pilihan lainnya adalah senjata sistem pertahanan udara jarak dekat
Pantsyr-S 1 (SA-22 Greyhound). Senjata ini lebih maut untuk menangkis
berbagai jenis senjata: pesawat tempur, helikopter, roket, peluru
kendali, precision-guided munition hingga unmanned air vehicles. Pantsyr
juga bisa menghantam light-armoured ground targets.
Produsen pantsyr S1 sama dengan Tunguska M1, didisain oleh KBP
Instrument Design Bureau, di Tula dan dirakit oleh Ulyanovsk Mechanical
Plant, Ulyanovsk, Rusia. Pantsyr diyakini lebih akurat dibandingkan
Tunguska M1, karenasistemnya pun lebih baru. Sistem pertahanan dan
persenjataannya dapat diaktifkan dalam beberapa mode frekuensi dan
beroperasi pada multimode adaptive radar-optical control system.
Pantsyr didisain untuk menghadapi semua tipe target, khususnya
high-precision weapons. Pantsyr ini dioperasikan oleh Uni Emirate Arab
sejak tahun 2007. Suriah menerima sekitar 50 pantsyr pada tahun 2008.
Jordiania juga memesannya dengan jumlah yang dirahasiakan.
Pantsyr S1 surface-to-air missiles
Pantsyr-S1 mengusung 12 rudal 57E6 permukaan-ke-udara dengan hulu
ledak 16 kg. Rudal ini memiliki berat 65kg dan memiliki kecepatan
maksimum 1,1 km/ detik dengan daya jangkau 1 hingga 12 km.
Dua senjata 2A72 30mm dilengkapi dengan 750 putaran dari berbagai
amunisi (HE (high-explosive) fragmentation, fragmentation tracer and
armour-piercing with tracer). Menyemburkan 700 putaran/ menit dengan
jarak hingga 4 km.
Jarak deteksi sasaran 30 km dan tracking 30km. Air defence system ini
mampu menjejak benda sebesar 2cm² hingga 3cm² untuk target sejauh 24
km. Radar Pantsyr dapat menjejak rudal yang sedang dalam perjalannaya
menuju sasaran.
Rudal ini dipasang di truk The Ural-5323 truck 8×8 atau di kendaraan lapis baja (tracked).
Ada baiknya yang dipilih adalah Pantsyr yang menggunakan platform
tank (roda rantai/ tracked) agar bisa mengikuti pergerakan MBT Leopard/
IFV Marder serta lapis baja kavaleri lainnya.
Kasus perang Yom Kippur 1973 menunjukkan, satuan pertahanan udara
Mesir tidak bisa mengikuti kecepatan pergerakan lapis baja, menyebabkan
payung udara bagi lapis baja bolong dan berhasil dimanfaatkan Israel.
Jika ke depan TNI jadi membeli sistem persenjataan pertahanan udara
jarak jauh seperti S-400 atau S-300 maka Pantsyr juga bisa melindungi S
300 tersebut.
Membeli Pantsyr dan S-300 adalah harga yang terlalu murah untuk
melindungi ratusan juta penduduk Indonesia serta menjaga wilayah
Indonesia yang sangat luas dari Sabang sampai Merauke beserta
kekayaannya yang melimpah.
Hal itu pula yang diyakini oleh Vietnam. Meski ekonomi mereka relatif
lebih lemah dari Indonesia, namun untuk urusan menjaga tanah air dan
rakyatnya, Alutsista nomer 1 yang mereka beli, seperti 6 KS Kilo,
Frigate Gepard Class Rusia, serta 40 Rudal Pertahanan pantai Bastion-P
Yakhont (SS-N-26) anti-ship missiles
Sumber : JKGR
0 komentar:
Posting Komentar