Sudah menjadi rahasia umum jika zionisme
yahudi Israelberusaha masuk ke Indonesia- negeri dengan komunitas
Muslim terbesar di dunia-dengan menghalalkan segala macam cara. Setelah
terbongkarnya kedatangan rahasia Amira Arnon-Duta Besar Israel untuk
Singapura-ke Jakarta pada tanggal 20-27 Maret lalu, kini tersebar sebuah
dokumen yang memperlihatkan nama Hani Yahya Assegaf-anak dari agen BIN
Yahya Assegaf-menjadi pendiri LSM Indonesia Israel Public Affairs
Comitte (IIPAC), bersama Benyamin Ketang, selaku Direktur IIPAC.
Di dokumen Akta Pendirian IIPAC yang
didaftarkan melalui Notaris Nirmawati Marcia SH di Jakarta tertanggal 21
Januari 2002, tercatat nama-nama pendiri IIPAC, yakni sebanyak 5 orang,
yaitu :
- Benyamin Ketang
- Mr. Sakata Barus
- Mr. Poppe Alexander Z
- Mr. Hani Yahya Assegaf alias Han Sagov
- Mr. Y. Gatot Prihandono, SSI
Di
Pasal 2 Akta Pendirian tersebut dijelaskan tujuan IIPAC, yakni untuk
menyelenggarakan kerjasama dengan lembaga-lembaga Israel, Yahudi
Internasional, dan melindungi hak-hak warga Yahudi dan keturunan Yahudi
di Indonesia serta memajukan kerjasama bisnis, investasi, IT, dan
pendidikan tinggi dengan universitas di seluruh dunia.
Dalam artikel yang ditulis oleh
Artawijaya berjudul “Waspada, Hubungan Gelap Penguasa dan
Pengusaha Israel” dijelaskan bagaimana Direktur IIPAC, Benyamin Ketang,
begitu bernafsu untuk bisa membuka hubungan dengan zionis yahudi Israel.
Benjamin Ketang mengatakan,”Saya rasa
dampak ekspansi Israel di Indonesia tidak perlu 10 tahun dari sekarang.
Tiga tahun saja kalau ada komando dari Israel, maka mereka akan
beramai-ramai datang keIndonesia,” ujarnya. Pria asal Jember, Jawa
Timur, yang merupakan alumnus Hebrew University ini kemudian menegaskan,
“Tradisi orang Yahudi itu kalau komunikasi selalu dengan high level,
levelnya pasti presiden atau menteri…” Ketang yang membidani lahirnya
lembaga lobi Yahudi di Indonesia ini menyatakan, investor Israel saat
ini melirik sektor teknologi informasi dan pertanian. Dua sektor ini
tentu sangat strategis dan penting, karena berkaitan denga hajat hidup
orang banyak.
Sementara itu Munarman menjelaskan
kaitan Hani Yahya Assegaf, sebagai pendiri ke-3 dari IIPAC dengan
Benyamin Ketang, dan agenda Zionisme Yahudi Internasional. “Kalau kita
perhatikan tujuan IIPAC dalam pasal dua jelas, yakni untuk
menyelenggarakan kerjasama dengan lembaga-lembaga Israel, Yahudi
Internasional. Yahudi Internasional ini jangan lupa, sebagaimana dalam
buku “International Jews” karya Henry Ford, itu jelas sekali bagaimana
kejahatan-kejahatan International Jews ini. Nah, dia bekerjasama dengan
lembaga-lembaga internasional Yahudi tersebut, dan melindungi hak-hak
warga Negara Yahudi dan keturunan Yahudi di Indonesia. Jadi jelas sekali
agendanya apa. Serta memajukan kerjasama bisnis, investasi, IT, dan
pendidikan tinggi dengan universitas di seluruh dunia. Saya kira
agendanya sangat jelas sekali. Benyamin Ketang sendiri kalau kita lihat
di dokumennya, adalah lulusan Hebrew University. Jadi dia memang dididik
di Yerusalem, dia lulus tahun 2006, dengan gelar Master of Arts. Jadi,
kaitannya jelas sekali antara Hani Assegaf, Benyamin Ketang, dan Yahya
Assegaf. Clearly!”
Dalam sebuah dokumen, nampak ijazah
Benyamin Ketang, lelaki kelahiran 22 September 1972, asal Dusun Krajan
RT 03/04 Desa Taman Sari Wuluhan, Jember, Jawa Timur, lulusan The Hebrew
University of Jerusalem, Rothberg International School. Kelulusannya
dalam ijazah tersebut ditanda tangani oleh Prof. Steven Kaplan,
tertanggal 28 Juli, 2006.
Menurut Artawijaya, Benjamin Ketang
adalah kader muda NU binaan Gus Dur yang berhasil menyelesaikan studi
masternya di Hebrew University, Jerussalem. Benjamin Ketang yang bernama
asli Nur Hamid adalah kader muda NU yang diplot untuk membangun sebuah
jejaring politik dan bisnis Yahudi di Indonesia. IIPAC yang diketuai
Ketang beraliansi ke AIPAC dan Australia Jewish Comitte.
Menurut
Benjamin Ketang sendiri, kemunculan IIPAC berawal dari kegagalan upaya
Menteri Luar Negeri Alwi Shihab (1999-2001) atas sokongan Presiden
Abdurrahman Wahid untuk membuka hubungan dagang dengan Israel. Tak lama
setelah kegagalan rencana Wahid dan Alwi itulah, terbentuk sebuah
lembaga berbasis di Jakarta yang bercita-cita mengarahkan opini publik
dan elit Indonesia agar pro-Israel. Lembaga yang dikendalikan delapan
orang itu bernama Indonesia-Israel Public Affairs Committee, disingkat
IIPAC. Logonya Bintang Daud bersegi selusin tapi warna dasarnya merah
dan putih.
Benyamin Ketang, Unggun Dahana, dan
komunitas Yahudi di Indonesia yang dibangunnya pernah merencanakan untuk
merayakan kemerdekaan Israel, Sabtu 14 Mei 2011 lalu. Selain itu,
mereka bersama dengan aktivis Yahudi Israel lainnya, pernah mengadakan
seminar akhir zaman “Persiapan Pembangunan Bait Allah” di Kelapa Gading
Trade Center Hypermart Lt.2, Sabtu (25/06/2011).
Dalam sebuah semiloka bertajuk
“Mengungkap Jaringan Yahudi di Indonesia, Ahad (31/1/2010), Munarman, SH
mengatakan bahwa jaringan Yahudi menjalankan operasinya
di Indonesia dengan menggunakan cover atau samaran. Salah satunya adalah
kegiatan dagang.
“Cara yang paling ampuh dalam
mengelabuhi masyarakat adalah dengan informasi. Alatnya adalah
media massa untuk melakukan propaganda. Propaganda itu dilakukan dengan
menampilkan citra diri baik, menyembunyikan keburukan dirinya, dan
membongkar kejelekan pihak lawan. Itulah yg dilakukan oleh
media massa Zionis Israel“.
Wikileaks : Anti Islam, pro Israel!
Kini
menjadi lebih jelas mengapa Wikileaks membocorkan dokumen yang
memfitnah FPI dan kaitannya dengan Yahya Assegaf, agen BIN, dan anaknya
Hani Assegaf, yang merupakan pendiri IIPAC. Wikileaks, yang awalnya
mendapat simpati seluruh dunia karena menjadi organisasi internasional
pembocor dokumen Negara melalui situsnya, sejak November 2010, ternyata
tidak lain hanya merupakan antek Zionis Yahudi Internasional. Hal ini
semakin diperkuat dengan tidak adanya dan tidak beraninya Wikileaks
membocorkan kawat diplomatik kedubes Amerika yang ada di
Tel Aviv, Israel.
Hingga saat ini, belum penah ada rilis
bahwa Wikileaks membocorkan dokumen kawat diplomatik kedutaan besar
Amerika yang ada di Tel Aviv, Israel, yang mengungkapkan kebobrokan
ataupun adanya skandal politik di negeri Zionis tersebut. Bahkan, kalau
kita telusuri ke halaman penyimpanan dokumen Wikileaks, kita hanya
menemukan 3 buah artikel tentang Israel, yang itupun belum
dipublikasikan.
Sebenarnya, keberadaan organisasi
Wikileaks dan para pendirinya juga cukup misterius. Hingga saat ini,
hanya Julian Assange yang diketahui identitasnya oleh publik. Assange
juga menjabat sebagai direktur dan anggota dari Dewan Penasihat
Wikileaks. Sebelum mendirikan Wikileaks, Assange yang berasal
dari Australia merupakan seorang penerbit dan jurnalis. Julian Assange
dipilih untuk mewakili Wikileaks di publik karena keadaan dirinya yang
tidak memiliki rumah ataupun keluarga sehingga dianggap merupakan sosok
yang tepat. Sementara itu, pendiri Wikileaks yang lainnya memilih untuk
tidak mengungkapkan identitasnya.
Sayangnya, bocoran dari Wikileaks
terlanjur dipercaya publik. Padahal, tidak sedikit informasi dari
Wikileaks justru menyesatkan dan merugikan umat Islam, contohnya dalam
kasus fitnah terhadap FPI.
Munarman SH, berpendapat bahwa
bocoran-bocoran Wikileaks itu penuh dengan rekayasa dan keganjilan.
Karenanya, Munarman menyayangkan ketidakkritisan media dalam mengutip
bocoran Wikileaks. Semestinya, media mengungkapkan fakta-fakta ganjil
dan pola kerja Wikileaks yang hanya bersumber pada kawat diplomatik
Amerika kepada Washington, ungkapnya dalam sebuah wawancara, Senin
(5/09/2011).
“Kalau kita lihat pola yang ada di
Wikileaks maka mereka selalu mengambil sumbernya dari kawat diplomatik
kedutaan Amerika di seluruh dunia, baik itu Indonesia, Malaysia, hampir
semua Negara pernah dibocorkan oleh Wikileaks dan itu sumber
satu-satunya adalah kawat diplomatik yang merupakan laporan
diplomat-diplomat Amerika kepada Washington. Namun kita harus melihat
dengan jernih, belum pernah ada bocoran kawat diplomatik oleh kedutaan
Amerika di Tel Aviv, Israel. Jadi tidak pernah ada penilaian oleh
diplomat Amerika terhadap kondisi Israel yang dibocorkan oleh Wikileaks.
Ini adalah sebuah fakta yang harus menjadi perhatian. Dari sini
sebetulnya kita bisa melihat sebetulnya fungsi dari Wikileaks adalah
membuat destabilisasi di rezim-rezim dimana Negara yang rezimnya sudah
tidak disukai Amerika, untuk menggoyang.”
Beliau menambahkan bahwa modus yang
ditempuh Wikileaks penuh rekayasa dan menghalalkan segala cara. Salah
satunya adalah dengan metode viktimisasi yang mengesankan pendiri
Wikileaks sebagai sosok tertindas dan paling diburu Amerika. Padahal
faktanya sampai sekarang pendiri Wikileaks masih aman-aman saja. “Jadi
mereka mau mengesankan kepada publik terlebih dahulu bahwa Jullian
Assange diblame, dicap sebagai orang yang ditindas karena membocorkan
informasi, agar Jullian Assange dan Wikileaks tidak lagi dicurigai
informasinya tidak akurat. Dengan dia diburu oleh pemerintah Swedia dan
kemudian Amerika pura-pura ikut. Tapi sampai sekarang tidak pernah
ditindak, bahwa Amerika akan melakukan tuntutan hukum kepada Jullian
Assange tidak pernah ketahuan sampai sekarang, gertak sambal itu.
Dengan memposisikan sebagai korban tanpa reserve terlebih dahulu
nantinya orang akan mendukung, ini yang terjadi dengan Wikileaks
sekarang. Apa pun yang dikeluarkan oleh Wikileaks orang sudah tidak
mempertanyakan lagi, karena menganggap Wikileaks ini bertentangan dengan
Amerika, bertentangan dengan negara-negara Barat tapi tidak ada satu
pun informasi yang keluar mengenai Israel,” pungkasnya.
Kini, jelaslah sudah hubungan dan kaitan
antara Wikileaks, agen BIN, dan konspirasi Zionisme Israel untuk
menghancurkan gerakan Islam. Waspadalah, Waspadalah…! [slm/fpi]
0 komentar:
Posting Komentar