Departemen Pertahanan Amerika Serikat telah membentuk skuadron operasional pertama dari pesawat tempur F-35 Joint Strike Fighter (JSF). Pesawat tempur yang berfitur siluman dan memiliki kecepatan supersonik ini kedepannya dimaksudkan untuk menggantikan setidaknya tujuh jenis pesawat tempur yang saat ini digunakan oleh AS dan sekutunya.
Skuadron pertama F-35 ini telah dikirimkan pada Selasa, 20 November 2012 lalu ke skuadron Yuma di Arizona yang sebelumnya menggunakan F/A-18 Super Hornet sebagai Marine Fighter Attack Squadron (VMFA) 121.
Skuadron F-35 ini merupakan yang pertama dan ditujukan untuk digunakan dalam perang sesungguhnya. Versi B dari F-35 JSF dirancang untuk Korps Marinir, mampu lepas landas dan mendarat secara vertikal layaknya helikopter, telah juga tiba pada Jumat, 23 November 2012 lalu di Marine Corps Air Station Yuma, AS
Proyek US$ 396 miliar dari F-35, merupakan proyek termahal Pentagon yang telah dan sedang dikembangkan oleh pabrikan kedirgantaraan AS Lockheed Martin sejak tahun 2001.
F-35, yang dijuluki sebagai Lightning II (petir), dikembangkan dalam 3 versi, yaitu versi lepas landas dan mendarat vertikal untuk lokasi berbahaya atau dari kapal amfibi kecil, versi yang menggunakan landasan pacu konvensional (biasa) untuk Angkatan Udara, dan versi kapal induk untuk Angkatan Laut.
Pejabat Lockheed Martin menilai skuadron pertama dari F-35 ini merupakan tonggak penting bagi keberhasilan program, menunjukkan kepercayaan dari pemerintah AS dalam keamanan, kemampuan dan desain dari F-35.
Lockheed Martin saat ini setidaknya telah memproduksi sekitar 65 dari rencana 3.100 unit jet tempur F-35. Model F-35 untuk operasional (seri produksi) telah terbang lebih dari 5.000 jam yang dilakukan dalam 10 bulan pertama di tahun ini, seperti yang dikatakan Steve O'Bryan, wakil presiden Lockheed Martin untuk Pengembangan Bisnis dan Program Integrasi F-35.
Richard Aboulafia, seorang analis kedirgantaraan dan wakil presiden untuk Grup Teal, mengatakan F-35 masih "jauh dari siap" untuk dioperasikan. Namun hal ini (skuadron operasional pertama) penting untuk Lockheed dan Korps Marinir untuk mengetahui kemampuan operasional dan keterbatasannya.
"Dari semua risiko dalam program F-35, hal yang paling rumit dan sebagai penguras anggaran adalah untuk menghasilkan F-35 versi lepas landas dan mendarat secara vertikal," kata Aboulafia.
"Mereka harus membuat program ini secepat mungkin, baik untuk melindungi anggaran dan untuk menggantikan armada sebelumnya yang sudah berumur dengan generasi berikutnya," kata Aboulafia.
Korps Marinir AS berharap bisa mendapatkan 17 dari 38 F-35 nya dalam pembelian untuk kontrak hingga 2012 ini, kata Kapten Richard Ulsh, juru bicara Korps Marinir AS. Total, Korps Marinir AS akan memperoleh 420 F-35, untuk ditugaskan di 18 skuadron aktif, dua skuadron cadangan dan dua skuadron pelatihan.
Menurut komandan Skuadron VMFA-121, Letnan Kolonel Jeff Scott, F-35 adalah pesawat yang luar biasa. Pesawat ini bukan hanya 1 langkah lebih maju dari pesawat tercanggih sebelumnya, namun lima atau enam langkah melampaui dari apa yang AS miliki saat ini.
Sensor integrasi dari F-35 sangat mengesankan. Komputernya mampu melakukan banyak pekerjaan dan memberikan pilot informasi yang akurat, lanjut Scott. Kemungkinan skuadron F-35 ini akan mulai terbang di sekitar wilayah Yuma pada Desember atau Januari 2013 sambil menunggu proses pemeriksaan, pemeliharaan dan lainnya.
Saat ini hanya pilot tes F-35 yang dizinkan mengoperasikan fitur F-35B, yaitu versi lepas landas dan mendarat secara vertikal. Kemungkinan, baru pada tahun depan skuadron pertama F-35 ini dilengkapi dengan pilot yang berkemampuan ini.
Dibawah ini sebuah video pendek yang menunjukkan sebuah F-35B lepas landas dan mendarat secara vertikal, mengesankan.
0 komentar:
Posting Komentar