Oleh: Ustadz Abu Khalid Resa Gunarsa, Lc
(Alumni Universitas Al Azhar Mesir, Da'i di Islamic Center Bathah Riyadh KSA)
Berangkat dari akidah yang rusak dan
absurd, sekte Syi'ah kerap menebar kekejian dan kebiadaban kepada kaum
muslimin. Sejarah mencatat lembaran demi lembaran kelam kejahatan mereka
dan tidak ada seorang pun yang dapat mengingkarinya. Berikut adalah
diantara sebagian 'kecil' catatan sejarah kejahatan mereka yang
digoreskan oleh para ahli sejarah Islam. Mudah-mudahan kita dapat
mengambil pelajaran dan berhati-hati, karena sejarah seringkali
terulang.
Jatuhnya Kota Bagdad
Pada tahun 656 H, Hulagu Khan, Raja
Tatar berhasil menguasai kota Baghdad yang saat itu menjadi pusat
peradaban Islam di bawah kekuasaan Bani Abbasiyyah. Keberhasilan invansi
Tatar ini tidak lepas dari peran dua orang Syi'ah. Yang pertama adalah
seorang menteri pengkhianat khalifah Muktashim yang bernama Mu'yyiduddin
Muhammad Ibnul Alqamy. Dan yang kedua adalah seorang ahli nujum
Nashirudin Ath Thusi penasehat Hulagu.
Pada akhir kepemimpinan khalifah
Mustanshir, jumlah pasukan Bani Abbasiyyah mencapai seratus ribu
pasukan. Sepeninggal Mustanshir dan tampuk kepemimpinan dipegang oleh
Muktashim, Ibnul Alqamy membuat usulan-usulan kepada khalifah untuk
mengurangi jumlah pasukan dengan alasan untuk menghemat biaya. Hal itu
pun diikuti oleh khalifah. Padahal itu merupakan taktik untuk melemahkan
kekuatan pasukan. Hingga akhirnya jumlah pasukan hanya sepuluh ribu
saja.
Pada saat yang sama, Ibnul Alqami
menjalin hubungan gelap dengan Hulagu. Ia sering menulis surat kepada
Hulagu dan memberinya motivasi untuk mengusai Baghdad serta berjanji
akan membantunya sambil menggambarkan kondisi pertahanan Bagdad ketika
itu yang semakin melemah. Itu semua ia lakukan demi memberantas sunnah,
menampakkan bid'ah rafidhah dan mengganti kekuasaan dari Bani Abbasiyyah
kepada Alawiyyah.
Pasukan Hulagu pun kemudian bergerak
menuju Bagdad. Pasukan Khalifah baru menyadari bahwa Tatar telah
bergerak masuk. Upaya penghadangan Tatar yang dilakukan oleh khalifah
gagal hingga akhirnya Tatar berhasil menguasai sebagian wilayah Bagdad.
Dalam kondisi itu, Ibnul Alqami mendatangi Hulagu dan membuat
perencanaan dengannya kemudian kembali kepada khalifah Muktashim dan
mengusulkan kepadanya untuk melakukan perdamaian seraya berkata bahwa
Hulagu akan tetap memberinya kekuasaan sebagaimana yang Hulagu lakukan
terhadap penguasa Romawi. Ia pun berkeinginan menikahkan putrinya dengan
anak laki-laki kahlifah yang bernama Abu Bakar. Ia terus mengusulkan
agar penawaran itu disetujui oleh khalifah. Maka khalifah pun berangkat
dengan membawa para pembesar pemerintahannya dalam jumlah yang sangat
banyak (dikatakan sekitar 1200 orang)
Khalifah menempatkan rombongannya di
sebuah tenda. Lalu menteri Ibnul Alqami mengundang para ahli fikih dan
tokoh untuk menyaksiakan akad pernikahan. Maka berkumpulah para tokoh
dan guru Bagdad yang diantaranya adalah Muhyiddin Ibnul Jauzi beserta
anak-anaknya untuk mendatangi Hulagu. Sesampainya di tempat Tatar,
pasukan Tatar malah membunuhi mereka semua. Begitulah setiap kelompok
dari rombongan khalifah datang dan dibantai habis semuanya. Tidak cukup
sampai disitu, pembantaian berlanjut kepada seluruh penduduk Bagdad.
Tidak ada yang tersisa dari penduduk kota Bagdad kecuali yang
bersembunyi. Hulagu juga membunuh khalifah dengan cara mencekiknya atas
nasehat Ibnul Alqami.
Pembantaian Tatar terhadap penduduk
Bagdad berlangsung selama empat puluh hari. Satu juta korban lebih tewas
dalam pambantaian ini. Kota Bagdad hancur berdarah-darah, rumah-rumah
porak-poranda, buku-buku peninggalan para ulama dibakar habis dan Bagdad
pun jatuh kepada penguasa kafir Hulagu Khan.
Selain peran Ibnul Alqami, peristiwa ini
juga tidak lepas dari peran seorang Syi'ah lainnya bernama Nashirudin
At Thushi, penasehat Hulagu yang dari jauh-jauh hari telah mempengaruhi
Hulagu untuk menguasai kota Bagdad. [Lihat Al Bidayah wa Al Nihayah,
vol. 13, hal. 192, 234 – 237, Al-Nujuum Al Zaahirah fii Muluuk Mishr wa
Al Qahirah, vol. 2, hal. 259 – 260]
Konspirasi Syi'ah Ubaidiyyah dan Pasukan Salib
Ketika kerajaan Islam Saljuqi sedang
dalam pengintaian pasukan salib, orang-orang Syi'ah Ubaidiyyah yang
menamakan diri mereka sebagai Fathimiyyah memanfaatkan keadaan. Ketika
pasukan salib sedang mengepung Antakia, mereka mengirim utusan kepada
pasukan salib untuk melakukan kerjasama dalam memerangi kerajaan Islam
Saljuqi serta membuat perjanjian untuk membagi wilayah selatan (syiria)
untuk pasukan salib dan wilayah utara (palestina) untuk mereka. Pasukan
salib pun menyambut tawaran itu.
Maka, terjadilah pertempuran antara
pasukan salib dan pasukan Saljuqi. Saat terjadi peperangan antara
pasukan Saljuqi dengan pasukan salib, orang-orang Syi'ah Ubaidiyyah
sibuk untuk memperluas kekuasaan mereka di Pelestina yang saat itu
berada di bawah kekuasaan Saljuqi.
Akan tetapi kemudian pasukan salib
mengkhianati perjanjian mereka dan merangsek masuk ke wilayah Palestina
pada musim semi tahun 492 H dengan kekuatan seribu pasukan berkuda dan
lima ribu invanteri saja. Pasukan Ubaidiyyah melawan mereka namun demi
tanah dan diri mereka saja, bukan untuk jihad. Hingga satu per satu dari
daerah Palestina jatuh ke tangan pasukan salib dan mereka pun membantai
kaum muslimin. Mereka membunuhnya di depan Masjid Al Aqsha. Lebih dari
tujuh puluh ribu orang tewas dalam peristiwa berdarah itu, termasuk para
ulama. [Lihat Tarikh Islam, Mahmud Syakir, vol. 6, hal. 256-257, Tarikh
Al Fathimiyyin, hal. 437]
Syi'ah Qaramithah
Al Hafidz Ibnu Katsir dalam (Al Bidayah
wa Al Nihayah, vol. 11, hal. 149) menceritakan, di antara peristiwa pada
tahun 312 H bulan Muharram, Abu Thahir Al Husain bin Abu Sa'id Al
Janabi –semoga Allah melaknatnya- menyerang para jemaah haji yang tengah
dalam perjalanan pulang dari baitullah dan telah menunaikan kewajiban
haji. Mereka merampok dan membunuh mereka. Korban pun berjatuhan dengan
jumlah yang sangat banyak –hanya Allah yang mengetahuinya. Mereka juga
menawan para wanita dan anak-anak mereka sekehendaknya dan merampas
harta mereka yang mereka inginkan.
Ibnu Katsir juga menceritakan pada tahun
317 H, orang-orang Syi'ah Qaramithah telah mencuri hajar aswad dari
baitullah. Dalam tahun itu, rombongan dari Iraq yang dipimpin orang
Manshur Ad Daimamy datang ke Makkah dengan damai. Kemudian pada hari
tarwiyah, orang-orang Qaramithah menyerang mereka, merampas harta dan
membantainya di masjidil haram, di depan Kabah. Para jemaah haji
berhamburan. Diantara mereka ada yang berpegangan dengan kain penutup
Kabah. Akan tetapi itu tidak bermanfaat bagi mereka. Orang-orang
Qaramithah terus membunuhi orang-orang. Setelah selesai, orang-orang
Qaramithah membuang para korban di sumur zamzam dan tempat-tempat di
masjidil haram.
Qubbah zamzam dihancurkan, pintu kabah
dicopot dan kiswahnya dilepaskan kemudian dirobek-robek. Mereka pun
mengambil hajar aswad dan membawanya pergi ke negara mereka. Selama dua
puluh dua tahun hajar aswad beserta mereka hingga akhirnya mereka
kembalikan pada tahun 339 H.
Daulah Shafawiyyah (Cikal Bakal Syi'ah di Iran)
Dahulu, hampir sembilan pulun persen
penduduk Iran menganut akidah ahli sunnah bermadzhab Syafi'i. Hingga
pada abad ke sepuluh hijriyah tegaklah daulah Shafawiyyah dibawah
kepamimpinan Isma'il Ash-Shafawi. Ia pun kemudian mengumumkan bahwa
ideologi negera adalah Syi'ah Imamiyyah Itsna Asyriyyah, serta memaksa
para warga untuk juga menganutnya.
Ia sangat terkenal sebagai pemimpin yang
bengis dan kejam. Ia membunuh para ulama kaum muslimin beserta
orang-orang awamnya. Sejarah mencatat, ia telah membunuh sekitar satu
juta muslim sunni, merampas harta, menodai kehormatan, memperbudak
wanita mereka dan memaksa para khatib ahli sunnah untuk mencela para
khalifah rasyidin yang tiga (Abu Bakar, Umar dan Ustman –semoga Allah
meridhai mereka) serta untuk mengkultuskan para imam dua belas.
Tidak hanya itu, ia juga memerintahkan
untuk membongkar kuburan ulama kaum muslimin dari kalangan ahli sunnah
dan membakar tulang belulangnya.
Daulah Shafawiyyah berhasil memperluas
kekuasaannya hingga semua penjuru daerah Iran dan wilayah yang ada di
dekatnya. Ismail Shafawi berhasil menaklukkan daulah Turkimaniyyah
berakidah ahli sunnah di Iran, kemudian Faris, Kirman dan Arbastan serta
yang lainnya. Dan setiap peristiwa penaklukan itu, ia membunuh puluhan
ribu ahli sunnah. Hingga ia pun berhasil menyerang Bagdad dan
menguasainya. Ia pun melakukan perbuatan kejinya kepada ahli sunnah
disana. [dinukil dari Tuhfatul Azhar wa Zallaatu al Anhar, Ibnu Syaqdim
As-Syi'i via al Masyru' al Irani al Shafawi al Farisi, hal. 20 -21]
0 komentar:
Posting Komentar