Namanya memang berbau feminim, tapi sosok prototipe hovercraft hasil kreasi Ditbekang TNI AD ini terlihat sangar. Hovercraft yang diberi nama ‘Kartika’ ini body-nya terbilang besar, ditambah taburan warna hijau tuanya memberi kesan angker bagi siapa saja yang baru pertama kali melihatnya.
Dirunut dari kemunculannya, Kartika sejatinya bukan sesuatu suguhan yang terlalu baru dalam perbincangan seputar peralatan militer TNI. Saya pertama kali melihat sosok Kartika pada ajang Indo Defence 2010 bulan November di arena Pekan Raya Jakarta. Awalnya banyak yang mengira bila Kartika adalah hasil pengembangan alat transport untuk Korps Marinir TNI AL, maklum asosiasi paling mudah mengaitkan hovercraft adalah untuk kebutuhan angkatan laut. Tapi ketika ditelaah namanya yang ‘Kartika’ jelas ini merupakan hasil kreatifitas dari TNI AD. Ditambah kru pengawaknya diketahui lebih lanjut berasal dari TNI AD, dimana awaknya terlihat khas menggunakan pakaian mirip flight suite warna hijau penerbang.
Membaca dari spesifikasi yang diutarakan oleh awaknya, hovercraft terbesar yang pernah dibangun di Indonesia ini ditenagai oleh 2 buah mesin diesel berkekuatan 330Hp dengan thrust engine 2x502Hp. Secara teori hovercraft ini mampu dipacu hingga kecepatan 20-25 knot (cruising speed) dengan endurance 5 jam. Sedangkan untuk kecepatan maksimumnya adalah 28 knot (airspeed), atau setara 51 kilometer per jam.
Dari sisi daya angkut, muatan maksimum yang bisa dibawa hingga 3 ton, meski bisa dimaksimalkan sampai 5,5 ton, sehingga sanggup membawa 1 mobil truck ukuran ¾ dan 1 buah minimus sekelas Isuzu Panther. Dalam dimensinya, Kartika memiliki panjang 14,2 meter, lebar 7 meter dan tinggi 3,1 meter. Untuk propeller menggunakan variabel pitch control dengan sistem belt transmision, sedangkan daya angkatnya (lifter) dan pengendalinya memakai sistem centrifugal fan yang terhubung dengan hydraulic motor.
Peran yang diemban Kartika Hovercraft yakni untuk mengangkut pembekalan TNI. Tapi Hovercraft ini juga bisa dimanfaatkan untuk misi kemanusian, misalnya menyalurkan bantuan ke daerah-daerah yang sulit dijangkau. Untuk misi pendaratan amfibi, keberadaan hovercraft akan sangat efektf, pasalnya kendaraan ini berjalan di atas bantalan udara (air cushion). Hovercraft dapat berjalan di atas lumpur, air maupun daratan dengan membawa beban yang cukup berat. Karena tidak adanya kontak langsung antara hovercraft dan permukaan daratan atau air, maka hambatan yang terjadi kecil sehingga hovercraft dapat melaju dengan kecepatan tinggi. Dari sisi keamanan apalagi, unit tempur yang didaratkan dari LPD (landing platform dock) ke pantai juga bisa lebih ‘aman,’ dimana risiko terkena ranjau darat/pantai bisa dieliminir.
Dalam lembar spesifikasinya, hovercraft Kartika disebutkan mampu menerjang ombak dengan ketinggian 1,2 meter dan mampu beroperasi hingga 7 jam, dengan bahan bakar 1,2 ton Solar. Bila di Indo Defence 2010 Kartika sempat melakukan demo mengitari areal parkiran PRJ, maka di Pameran Autsista TNI AD 2012 yang berlangsung di kawasan Monas awal November lalu, Kartika hanya dipajang statis saja. Kartika sejatinya merupakan pengembangan bersama antara Litbang Bekang TNI AD dengan Kabindo dan PT. Sri Rejeki Isman. Sampai saat ini Kartika masih berstatus prototipe, untuk resmi digunakan sebagai arsenal transport TNI jelas masih diperlukan penyempurnaan, semisal pembenahan pada elemen perlindungan body dan bekal senjata untuk perlindungan terbatas.
Meski Kartika digarap oleh TNI AD, ada baiknya hovercraft ini juga diujicobakan untuk embarkasi basah dari kapal LPD milik TNI AL. Secara nantinya bila digunakan dalam operasi militer dan non militer, hovercraft ini memang paling ideal untuk dibawa ke daerah operasi menggunakan LPD sekelas KRI Makassar (590), KRI Surabaya (591), KRI Banjarmasin (592) dan KRI Banda Aceh (593). (Haryo Adjie Nogo Seno)
0 komentar:
Posting Komentar