Beijing: - Tiongkok mengkritik Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe karena menganalogikan prilaku Rusia di Krimea dengan aksi Tiongkok di wilayah-wilayah bersengketa di Laut China Selatan dan Laut China Timur, menuduh Abe munafik.
Kantor berita Jepang Kyodo mewartawakn bahwa Abe telah mencuatkan isu ini pada Pertemuan G7 di Den Haag bulan ini dengan mengingatkanb bahwa Tiongkok berusaha mencoba mengubah status quo melalui paksaan, dan mengatakan hal serupa dengan pencaplokan Rusia atas Krimea bisa terjadi di Asia.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Hong Lei menyebut pernyataan ini sama sekali keluar dari konteks, dan menyerang serangan pribadi kepada Abe sendiri dengan menggunakan bahasa yang tidak biasanya keras.
"Pemimpin Jepang ini hipokrit karena pada satu sisi memajukan hubungan Tiongkok-Jepang dan saat yang lain mengatakan hal-hal buruk tentang Tiongkok di mana pun secara internasional dia berada. Komentar ini kembali mengekspos wajah dia sebenarnya," kata Hong.
"Dia sia-sia mencoba di tingkat internasional menyesatkan masyarakat dengan pemutarbalikkan fakta dan sengaja berbohong serta mencemarkan nama Tiongkok. Tapi ini tidak dapat membohongi komunitas internasional," sambung dia.
Hong mengatakan Jepang-lah yang secara ilegal merebut kepulauan tak berpenghuni yang disebut Diaoyu oleh Tiongkok dan Senkaku oleh Jepang yang emnjadi pusat sengketa teritorial kedua negara.
Tiongkok tegas pada pendiriannya dalam melindungi kedaulatannya di Laut China Selatan dan Laut China Timur, kata Hong seraya menambahkan bahwa Tiongkok menginginkan sengketa ini diselesaikan melalui dialog.
Hubungan Tiongkok dengan Jepang sudah lama dihantui oleh apa yang dipandang Tiongkok sebagai kegagalan Jepang menebus pendudukan brutalnya di Tiongkok sebelum dan selama Perang Dunia Kedua.
Kemarahan Beijing atas masa lalu tak pernah jauh dari permukaan, dan hubungan kedua negara memburuk tajam dalam dua tahun terakhir karena kepulauan yang disengketakan itu, demikian Reuters.
Kantor berita Jepang Kyodo mewartawakn bahwa Abe telah mencuatkan isu ini pada Pertemuan G7 di Den Haag bulan ini dengan mengingatkanb bahwa Tiongkok berusaha mencoba mengubah status quo melalui paksaan, dan mengatakan hal serupa dengan pencaplokan Rusia atas Krimea bisa terjadi di Asia.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Hong Lei menyebut pernyataan ini sama sekali keluar dari konteks, dan menyerang serangan pribadi kepada Abe sendiri dengan menggunakan bahasa yang tidak biasanya keras.
"Pemimpin Jepang ini hipokrit karena pada satu sisi memajukan hubungan Tiongkok-Jepang dan saat yang lain mengatakan hal-hal buruk tentang Tiongkok di mana pun secara internasional dia berada. Komentar ini kembali mengekspos wajah dia sebenarnya," kata Hong.
"Dia sia-sia mencoba di tingkat internasional menyesatkan masyarakat dengan pemutarbalikkan fakta dan sengaja berbohong serta mencemarkan nama Tiongkok. Tapi ini tidak dapat membohongi komunitas internasional," sambung dia.
Hong mengatakan Jepang-lah yang secara ilegal merebut kepulauan tak berpenghuni yang disebut Diaoyu oleh Tiongkok dan Senkaku oleh Jepang yang emnjadi pusat sengketa teritorial kedua negara.
Tiongkok tegas pada pendiriannya dalam melindungi kedaulatannya di Laut China Selatan dan Laut China Timur, kata Hong seraya menambahkan bahwa Tiongkok menginginkan sengketa ini diselesaikan melalui dialog.
Hubungan Tiongkok dengan Jepang sudah lama dihantui oleh apa yang dipandang Tiongkok sebagai kegagalan Jepang menebus pendudukan brutalnya di Tiongkok sebelum dan selama Perang Dunia Kedua.
Kemarahan Beijing atas masa lalu tak pernah jauh dari permukaan, dan hubungan kedua negara memburuk tajam dalam dua tahun terakhir karena kepulauan yang disengketakan itu, demikian Reuters.
0 komentar:
Posting Komentar