Terkuak, Misteri Pindahnya Bandar Udara Internasional Polonia Medan
Pada awalnya Menteri Negara BUMN Dahlan Iskan mengaku mengetahui rencana TNI AU atas lahan Bandara Internasional Polonia (kode IATA: MES; kode ICAO: WIMM) (satellite view) yang sudah ditutup dari aktivitas penerbangan komersil. Tapi, akhirnya Dahlan merahasiakannya.
“Menjadi
milik TNI AU. Selanjutnya terserah TNI AU mau dijadikan apa, karena itu
bukan wilayah saya. Saya tahu akan mereka jadikan apa, tapi saya tidak
akan bilang,” ucap Dahlan sebelum menyambut kedatangan pesawat penumpang
terakhir yang mendarat di Bandara Polonia, Medan, Rabu (24/7/13) tengah
malam.
Alih fungsi lahan Bandara Polonia menjadi
perhatian, meskipun pemerintah telah menetapkan lahan itu diserahkan ke
TNI AU. Meski dinyatakan akan dijadikan pangkalan AU, namun banyak juga
pihak yang menduga lahan dengan luas sekitar 144 hektare itu akan
beralih fungsi menjadi perumahan.
Dugaan ini muncul karena saat ini pun
perumahan sudah mengelilingi Bandara Polonia dan instalasi militer yang
ada di sana. Bahkan jajaran rumah dinas perwira TNI AU di Jalan Mustang
pun sudah sejak lama berubah menjadi perumahan mewah.
Bandara Polonia Medan resmi ditutup
setelah 85 tahun menjadi ikon transportasi udara di Kota Medan pada Rabu
(24/7/13) sekitar pukul 24.00 WIB. Fungsinya resmi digantikan ke
Bandara Kuala Namu, Deliserdang, Sumatera Utara.
Pesawat AirAsia QZ 7803 menjadi pesawat
terakhir yang mendarat di Bandara Polonia. Pesawat yang mengangkut
penumpang dari Bandara Husein Sastranegara, Bandung, ini tiba di Bandara
Polonia Medan, sekitar 23.50 WIB. Berikutnya, Seluruh kesibukan
penerbangan di Medan kini telah dialihkan dari Bandara Polonia ke
Bandara Kuala Namu.
Markas Pesawat Intai TNI-AU
Ke depan, lahan Bandara Polonia rencananya beralih fungsi menjadi pangkalan skuadron pesawat pengintai.
Bocoran ini disampaikan langsung Panglima
Komando Sektor Pertahanan Udara Nasional (Pangkosek Hanudnas) III
Medan, Marsekal Pertama TNI Sungkono di Bandara Kuala Namu, Kamis
(25/7/13).
“Tidak akan ada perubahan fungsi, tetap
menjadi pangkalan udara,” kata Sungkono kepada wartawan. “Dan juga akan
ada tambahan alutsista. Di sana akan ada skuadron pesawat intai,” kata
Sungkono menambahkan.
Sungkono
memaparkan, salah satu pertimbangan menempatkan skuadron pesawat
pengintai di Lanud Suwondo adalah posisinya yang dinilai sangat
strategis.
Ketika ditanya keberadaan perumahan,
termasuk water park, di sekeliling Lanud itu, Sungkono menyatakan hal
itu tidak akan mengganggu. “Itu tidak masalah,” katanya.
Bandara Polonia Ubah Nama Menjadi Lanud Soewondo
Marsekal Pertama TNI Sungkono juga
memaparkan, mulai 25 Juli 2013 seluruh areal bekas Bandara Polonia Medan
itu akan disebut Pangkalan Udara (Lanud) Soewondo. Di sana rencananya
akan ada tiga atau empat skuadron pesawat pengintai. “Lahannya kan cukup
luas, bisa tiga atau empat skuadron,” jelasnya.
Pesawat-pesawat yang terbang dari Lanud
Soewondo tetap akan dikoordinasikan dan dikontrol dari Bandara Kuala
Namu. “Sama seperti di tempat-tempat lain,” ucapnya.
Pria dengan satu bintang di pundak ini
menyatakan rencana penempatan skuadron pesawat pengintai di Lanud
Soewondo itu, diperkirakan terealisasi tahun depan. Seiring proses itu,
mereka sudah merampungkan dokumen serah terima aset dari Angkasa Pura II
ke TNI AU. “Sudah lengkap dokumennya,” jelasnya.
Dalam menanggapi artikel sebelumnya, Penempatan 60% Tentara AS di Australia : 8 Tahun Lagi, Perang Beralih ke Asia Pasifik!
, memang ada bagusnya Indonesia harus memiliki banyak pangkalan
militer, terutama di basis-basis luar dari wilayah Republik ini dari
Sabang hingga Merauke, dari pulau Talaud hingga pulau Rote.
Semua relevansi tersebut sangat penting
selain untuk kestabilan kekuatan di dalam negeri dan untuk mencegah
kekuatan militer asing yang sudah tersebar diluar Indonesia, juga karena
wilayah Indonesia sangat luas.
Dari artikel sebelumnya juga terlihat,
bahkan Indonesia sudah dikelilingi oleh kekuatan asing tersebut yang
berupa pangkalan-pangkalan militer yang jumlahnya sangat banyak. Jika
tak disaingi maka pangkalan-pangkalan militer tersebut akan semakin
aktif dan akan mengancam kebesaran negara Indonesia.
Bandara Internasional Kuala Namu Mulai Beroperasi
Bandara Internasional Kuala Namu (IATA: KNO – ICAO: WIMM) yang berada di kawasan Deli Serdang (satellite view)
resmi beroperasi melayani dunia penerbangan Indonesia, Kamis (25/7/13)
dini hari. Bandara seluas 1.365 hektar (ha) itu menggantikan peran
Polonia yang mulai usang tertinggal zaman.
Jika ditelusuri, pembangunan Kuala Namu
yang menghabiskan dana sebesar Rp 5,8 triliun itu memakan waktu yang
panjang, hampir dua dekade.
Awalnya, pada 1994, sejumlah pejabat
Pemprov Sumut mengeluarkan wacana pembangunan bandara baru untuk
menggantikan Polonia yang berada di tengah kota Medan. Setahun kemudian,
pemerintah pusat memberikan dukungan lewat Keputusan Menteri
Perhubungan Nomor KM 41 Tahun 1995.
Tanpa berpikir lama, Pemprov Sumut pun mencari lokasi di pinggir Medan yang masih luas dan cocok untuk dibangun bandara.
Takdir kemudian menuntun langkah pejabat
Pemprov Sumut menuju Desa Kuala Namu dan menetapkannya sebagai lokasi
pembangunan bandara baru.
Sedianya, pembangunan bandara akan
dilakukan pada 1997. Sayangnya, itu harus tertunda lama lantaran badai
krisis ekonomi menerpa Indonesia.
Di awal 2000, ide pembangunan bandara di
Kuala Namu yang mengendap cukup lama, kembali diangkat dalam rencana
pembangunan nasional. Pengerjaan kontruksi perdana baru dilakukan pada
2006 oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla.
Pengerjaan konstruksi yang lambat karena berbagai hal, membuat target pengoperasian Kuala Namu dimundurkan beberapa kali.
Hingga akhirnya pemerintah menyatakan
bandara yang diproyeksi menjadi hub Internasional di Asia Tenggara itu
siap dioperasikan pada Kamis, (25/7/13) dini hari.
Kapasitas dan Fasilitas
Pembangunan Tahap I disertai pula oleh
pembangunan jalur kereta api dari Stasiun Aras Kabu di Kecamatan
Beringin ke bandara yang berjarak sekitar 450 meter.
Stasiun Aras Kabu sendiri terhubung ke Stasiun Medan dengan jarak 22,96 kilometer.
Diperkirakan dengan jarak tempuh dari
Medan hingga Kuala Namu sejauh itu, maka waktu yang akan ditempuh selama
perjalanan ketera cepat tersebut akan berkisar antara 16-30 menit.
Tahap I bandara diperkirakan dapat
menampung tujuh hingga 10 juta penumpang dan 10.000 pergerakan pesawat
per tahun, sementara setelah selesainya tahap II bandara ini rencananya
akan menampung 25 juta penumpang per tahun.
Luas terminal penumpang yang akan dibangun adalah sekitar 6,5 hektar
dengan fasilitas area komersial seluas 3,5 hektar dan fasilitas kargo
seluas 1,3 hektar.
Bandara International Kuala Namu memiliki
panjang landas pacu 3.750 meter yang cocok untuk didarati pesawat
sebesar Boeing 747, dan mempunyai 8 garbarata.
Walaupun fasilitasnya belum terpasang,
bandara ini sanggup didarati oleh pesawat penumpang terbesar di dunia
saat ini yaitu Airbus A380.
Bandara ini juga adalah bandara ketiga di
Indonesia yang bisa didarati Airbus A380 selain Bandara Hang Nadim dan
Bandara Soekarno-Hatta.
Pada
hari Sabtu 18 Mei 2013, sebuah pesawat Boeing 737-400 Malaysia Airlines
yang seharusnya mendarat di Bandara Polonia, nyaris mendarat di Bandara
Kuala Namu.
Pesawat ini belum sempat mendarat, akan
tetapi roda pesawat sudah dikeluarkan. Begitu pilot sadar bahwa
bandaranya salah, ia langsung menerbangkan pesawat kembali. Pesawat ini
mendarat di Bandara Polonia dengan selamat. (merdeka)
indocropcircles.worpress.com
0 komentar:
Posting Komentar