KUALA LUMPUR, MALAYSIA - Para
Jaksa pada Kamis (17/7/2013) mendakwa dua warga China Malaysia dengan
hasutan dan memicu permusuhan agama setelah mereka memposting sebuah
foto di Facebook yang dianggap sebagai penghinaan terhadap bulan suci
Ramadhan.
Mereka menghadapi ancaman delapan tahun penjara jika terbukti bersalah dari kedua tuduhan tersebut.
Alvin Tan dan Vivian Lee, keduanya etnis China non-Muslim berusia 20-an, menuai kritik ketika mereka mengunggah foto mereka awal bulan ini memakan rebusan daging babi sambil menyampaikan salam kepada umat Islam untuk puasa bulan Ramadhan ini.
Tan dan Lee telah mengklaim pekan lalu bahwa foto itu dimaksudkan untuk sekedar humor.
Pada hari Kamis keduanya mengaku tidak bersalah di pengadilan Kuala Lumpur. Pengadilan menolak untuk mengizinkan mereka untuk tetap bebas dengan jaminan menjelang sidang.
Jaksa Agung Malaysia, Abdul Gani Patail, mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa pihak berwenang ingin mereka ditahan karena "mereka memiliki potensi untuk meng-upload konten yang bisa membangkitkan kemarahan publik." Mereka diharapkan untuk ditempatkan di penjara terpisah menjelang sidang pendahuluan pada Agustus 24 untuk menjadwalkan tanggal sidang.
Hasutan sebagaimana yang didefinisikan oleh hukum Malaysia termasuk menyebarkan niat buruk di antara orang-orang dari berbagai ras. Etnis Muslim Melayu berjumlah hampir dua-pertiga dari 29 juta orang warga Malaysia. Etnis Cina, yang hampir seperempat dari populasi, merupakan komunitas minoritas utama, kebanyakan beragama Buddha dan Kristen.
Abdul Gani mengatakan seorang pria diculik dan dipukuli oleh sekelompok pria pekan ini dalam kasus yang diyakini terkait dengan foto Tan dan Lee. Dia tidak menjelaskan secara detail, namun laporan media Malaysia mengatakan bahwa insiden itu melibatkan seorang pria etnis China yang dilucuti dan akhirnya dibebaskan setelah penyerang itu menulis kata-kata berbahasa Melayu yang diterjemahkan sebagai "Aku menghina agama Islam" dengan tinta di dadanya.
Isu rasial dan agama terkadang menimbulkan ketegangan di Malaysia, meskipun kekerasan etnis jarang terjadi. Dalam kasus lain bulan ini, beberapa aktivis Muslim mendesak pemerintah untuk mengusir Duta Besar Vatikan pertama untuk Malaysia karena mereka percaya ia mencoba untuk campur tangan dalam pertempuran hukum antara pemerintah dan surat kabar Katolik Roma atas penggunaan kata "Allah" sebagai terjemahan untuk Tuhan. (st/aby)
Mereka menghadapi ancaman delapan tahun penjara jika terbukti bersalah dari kedua tuduhan tersebut.
Alvin Tan dan Vivian Lee, keduanya etnis China non-Muslim berusia 20-an, menuai kritik ketika mereka mengunggah foto mereka awal bulan ini memakan rebusan daging babi sambil menyampaikan salam kepada umat Islam untuk puasa bulan Ramadhan ini.
Tan dan Lee telah mengklaim pekan lalu bahwa foto itu dimaksudkan untuk sekedar humor.
Pada hari Kamis keduanya mengaku tidak bersalah di pengadilan Kuala Lumpur. Pengadilan menolak untuk mengizinkan mereka untuk tetap bebas dengan jaminan menjelang sidang.
Jaksa Agung Malaysia, Abdul Gani Patail, mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa pihak berwenang ingin mereka ditahan karena "mereka memiliki potensi untuk meng-upload konten yang bisa membangkitkan kemarahan publik." Mereka diharapkan untuk ditempatkan di penjara terpisah menjelang sidang pendahuluan pada Agustus 24 untuk menjadwalkan tanggal sidang.
Hasutan sebagaimana yang didefinisikan oleh hukum Malaysia termasuk menyebarkan niat buruk di antara orang-orang dari berbagai ras. Etnis Muslim Melayu berjumlah hampir dua-pertiga dari 29 juta orang warga Malaysia. Etnis Cina, yang hampir seperempat dari populasi, merupakan komunitas minoritas utama, kebanyakan beragama Buddha dan Kristen.
Abdul Gani mengatakan seorang pria diculik dan dipukuli oleh sekelompok pria pekan ini dalam kasus yang diyakini terkait dengan foto Tan dan Lee. Dia tidak menjelaskan secara detail, namun laporan media Malaysia mengatakan bahwa insiden itu melibatkan seorang pria etnis China yang dilucuti dan akhirnya dibebaskan setelah penyerang itu menulis kata-kata berbahasa Melayu yang diterjemahkan sebagai "Aku menghina agama Islam" dengan tinta di dadanya.
Isu rasial dan agama terkadang menimbulkan ketegangan di Malaysia, meskipun kekerasan etnis jarang terjadi. Dalam kasus lain bulan ini, beberapa aktivis Muslim mendesak pemerintah untuk mengusir Duta Besar Vatikan pertama untuk Malaysia karena mereka percaya ia mencoba untuk campur tangan dalam pertempuran hukum antara pemerintah dan surat kabar Katolik Roma atas penggunaan kata "Allah" sebagai terjemahan untuk Tuhan. (st/aby)
(voa-islam.com)
0 komentar:
Posting Komentar